BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA
A.
Pengertian Kesehatan
Jiwa
Pengertian kesehatan jiwa banyak dikemukakan oleh para ahli termasuk
oleh organisasi, diantaranya menurut :
1. WHO
Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada
gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya.
2. UU Kesehatan
Jiwa No 3 tahun 1996
Kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, intelectual, emocional secara optimal dari seseorang dan perkembangan
ini berjalan selaras dengan orang lain.
3. Stuart &
Laraia
Indikator sehat jiwa meliputi sifat yang
positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,
keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan
dalam beradaptasi dengan lingkungan
4. Rosdahl
Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh
berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta
terbebas dari stress yang serius.
B.
Kriteria Sehat Jiwa
1. WHO, mengemukakan bahwa kriteria sehat jiwa
terdiri dari:
a. Sikap positif
terhadap diri sendiri
hal ini dapat dipercayai jika melihat diri
sendiri secara utuh/total
contoh: membendingkan dengan teman sebaya
pasti ada kekurangan dan kelebihan. Apakah kekurangan tersebut dapat diperbaiki
atau tidak. Ingat, jangan mimpi bahwa anda tidak punya kelemahan.
b. Tumbuh dan
berkembang baik fisik dan psikologis dan puncaknya adalah aktualisasi diri
c. Integrasi
Harus mempunyai satu kesatuan yang utuh.
Jangan hanya menonjolkan yang positif saja tapi yang negatif juga merupakan
bagian anda. Jadi seluruh aspek merupakan satu kesatuan.
d. Otonomi
orang dewasa harus mengambil keputusan
untuk diri sendiri dan menerima masukan dari orang lain dengan keputusan
sendiri sehingga keputusan pasienpun bukan diatur oleh perawat tapi mereka yang
memilih sendiri
e. Persepsi sesuai
dengan kenyataan
Stressor sering dimulai secara tidak
akurat. Contoh: putus
pacar karena perbedaan adat
2. A. H. Maslow
Bila kebutuhan dasar terpenuhi maka akan
tercapai aktualisasi diri. Cirinya adalah:
a.
Persepsi
akurat terhadap realitas
b.
Menerima
diri orang lain, dan hakekat manusia tinggi
c.
Mewujudkan
spontanitas
d.
Promblem
centered yang
akhirnya memerlukan self centered
e.
Butuh
privasi
f.
Otonomi
dan mandiri
g. Penghargaan baru, hal ini bersifat dinamis
sehingga mampu memperbaiki diri
h.
Mengalami
pengalaman pribadi yang dalam dan tinggi
i.
Berminat
terhadap kesejahteraan manusia
j.
Hubungan
intim dengan orang terdekat
k.
Demokrasi
l.
Etik
kuat
m. Humor/tidak bermusuhan
n.
Kreatif
o.
Bertahan
atau melawan persetujuan asal bapak senang
3. Yahoda
a. Sikap positif terhadap diri sendiri
b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
c. Integrasi (keseimbangan/keutuhan)
d. Otonomi
e. Persepsi realitas
f. Environmental Mastery (kecakapan dalam adaptasi dengan
lingkungan)
C.
Rentang Sehat Jiwa
1.
Dinamis
bukan titik statis
2.
Rentang
dimulai dari sehat optimal-mati
3.
Ada
tahap tahap: Sakit kronis - Mati dan
Sehat Optimal
4.
Adanya
variasi tiap individu
5.
Menggambarkan
kemampuan adaptasi
6.
Berfungsi
secara efektif: sehat
D.
Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa
1. Menurut Dorothy,
Cecelia
Perawatan Psikiatric/Keperawatan Kesehatan
Jiwa adalah proses dimana perawat membantu individu/kelompok dalam mengembangkan
konsep diri yang positif, meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih
harnonis serta agar berperan lebih produktif di masyarakat.
2. Menurut ANA
Keperawatan Jiwa adalah area khusus dalam
praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar
dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental
masyarakat dimana klien berada
3. Menurut Kaplan
Sadock
Proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan prilaku yang akan mendukung integrasi. Pasien
atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas
4. Caroline
dalam Basic Nursing, 1999
Keahlian perawat kesehatan mental adalah
merawat seseorang dengan penyimpangan mental, dimana memberikan kesempatan
kepada perawat untuk mengoptimalkan kemampuannya, harus peka, memiliki
kemampuan untuk mendengar, tidak hanya menyalahkan, memberikan penguatan atau
dukungan, memahami dan memberikan dorongan.
5. Menurut Stuart Sundeen
Keperawatan mental adalah proses
interpersonal dalam meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang berpengaruh
pada fungsi integrasi. Pasien tersebut biasa individu, keluarga, kelompok,
organisasi atau masyarakat. Tiga area praktik keperawatan mental yaitu
perawatan langsung, komunikasi dan management.
E.
Perkembangan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Ø 1958
Perkembangan keperawatan kesehatan jiwa
dimulai dari cara menangani klien yang memiliki masalah sikap, perasaan dan
konflik
Ø 1960
Berkembang ke arah perkembangan primer dan
penanganan secara multidisiplin
Ø 1970
Perkembangan selanjutnya pada bidang
spesialisasi keperawatan jiwa yang membutuhkan pendidikan keterampilan khusus
Bidang spesialisasi praktek keperawatan
yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri
sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya.
F.
Peran Perawat Kesehatan Jiwa
Menurut Weiss (1947) yang dikutip oleh
Stuart Sundeen dalam Principles and Practice of Psychiatric Nursing
Care (1995), peran perawat adalah sebagai Attitude Therapy, yakni:
1. Mengobservasi perubahan, baik perubahan
kecil atau menetap yang terjadi pada klien
2. Mendemontrasikan penerimaan
3. Respek
4. Memahami klien
5. Mempromosikan ketertarikan klien dan
beradaptasi dalam interaksi
Sedangkan menurut Peplau, peran perawat meliputi:
1. Sebagai pendidik
2. Sebagai pemimpin dalam situasi yang
bersifat lokal, nasional dan internasional
3. Sebagai ”surrogate parent”
4. Sebagai konselor.
Dan yang lain dari peran perawat adalah:
1. Bekerjasama dengan lembaga kesehatan
mental
2. Konsultasi dengan yayasan kesejahteraan
3. Memberikan pelayanan pada klien di luar
klinik
4. Aktif melakukan penelitian
5. Membantu pendidikan masyarakat.
G.
Konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa
Model
|
View of behavioral deviation
|
Therapeutic proces
|
Roles of patient & therapist
|
Psychoanalitycal
(Freud, Erickson)
|
Ego tidak mampu mengontrol
ansietas, konflik tidak sesuatu.
|
Asosiasi bebas &
analisis mimpi.
Transferen untuk memperbaiki
traumatik masa lalu.
|
Pasien: mengungkapkan semua
pikiran dan mimpi
Terapist: menginterpretasi
pikiran dan mimpi pasien
|
Interpersonal
(Sullivan,
Peplau)
|
Ansietas timbul & dialami secara interpersonal,
basic fear is fear of rejection
|
Building feeling security
Trusting relationship & interpersonal satisfation
|
Pasien: share anxieties
Terapist: use empathy & relationship
|
Social (Caplan, Szasz)
|
Social & environmental factors create stress,
which cause anxiety & symptom
|
Environmental manipulation & social support.
|
Pasien: menyampaikan masalah menggunkan sumber yang
ada di masyarakat
Terapist: menggali system
social klien
|
Existensial
(Ellis,
Rogers)
|
Individu gagal menemukan
& menerima diri sendiri
|
Experience in relationship, conduction in group.
Encouraged to accep self & control behavior.
|
Pasien: berperan serta dalam pengalaman yang berarti
untuk mempelajari diri.
Terapist: memperluas
kesadaran diri klien.
|
Supportive
Therapy(Wermon, Rockland)
|
Faktor biopsikososial &
respon maladaptif saat ini
|
Menguatkan respon koping
adaptif
|
Pasien: terlibat dalam identifikasi coping
Terapist: hubungan yang hangat dan empatik
|
Medical
(Meyer,
Kraeplin)
|
Combination from physiological, genetic, environmental
& social
|
Pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik
& tehnik interpersonal
|
Pasien: menjalani prosedur
diagnostic & terapi jangka panjang
Terapist: therapy, repport effects, diagnose illness,
therapeutic approach
|
H.
Prinsip Dasar Upaya Pencegahan Dalam Keperawatan Jiwa
1. Upaya
promotif/preventif (pencegahan primer)
Usaha-usaha ini meliputi usaha promosi dan
pencegahan terjadinya gangguan mental dengan kegiatan-kegiatan berikut:
§ Pendidikan kesehatan tentang
prinsip-prinsip kesehatan mental
§ Usaha-usaha untuk meningkatkan kondisi
kehidupan, bebas dari kemiskinan dan peningkatan pendidikan kesehatan
§ Pengkajian terhadap stres-stres yang
potensial dari perubahan-perubahan kehidupan dimana dapat menimbulkan gangguan
mental serta merujuk ke unit pelayanan yang sesuai
§ Membantu pasien-pasien di rumah sakit umum
untuk usaha-usaha pencegahan masalah psikiatrik
§ Bekerjasama dengan keluarga/kelompok untuk
mendorong anggota-anggota keluarga/kelompok dapat berfungsi dengan baik
§ Berperan serta dalam kegiatan masyarakat
dan politik yang ada kaitannya dalam bidang kesehatan jiwa
2. Upaya kuratif
(pencegahan sekunder)
Usaha yang meliputi pengurangan, jumlah
angka kesakitan dengan deteksi dini dan pengobatan, dengan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
·
Menyelenggarakan
skrining test dan mengevaluasi hasil
·
Kunjungan
rumah untuk persiapan perawatan dan pemberian pengobatan
·
Pelayanan
pengobatan gawat darurat dan pelayanan psikiatri di rumah sakit umum
·
Menyelenggrakan
milieu therapy
·
Supervisi
pada pasien yang mendapatkan pengobatan
·
Pelayanan
pencegahan bunuh diri
·
Memberikan
konseling terbatas/sederhana
·
Menyelenggarakan
intervensi krisis
·
Pelayanan
psikoterapi kepada individu, keluarga, kelompok dari berbagai tingkatan umur
·
Berintegrasi
dengan organisasi-organisasi dan masyarakat dalam mengidentifikasi
masalah-masalah kesehatan jiwa
3. Upaya
rehabilitatif (pencegahan tertier)
Yaitu usaha untuk mengurangi gejala sisa
dan atau bahaya akibat adanya penyakit/gangguan dengan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
·
Peningkatan
latihan vokasional dan rehabilitasi
·
Penyelenggaraan
program latihan (after care) bagi pasien setelah pulang
dirawat ke masyarakat
·
Menyelenggarakan ”partial
hospitalization”
I.
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Perawat perlu mengkaji data demografi,
riwayat kesehatan dahulu, kegiatan hidup klien sehari-hari, keadaan fifik,
status mental, hubungan interpersonal serta riwayat personal dan keluarga
a. Data demografi
Pengkajian data demografi meliputi nama,
tempat dan tanggal lahir klien, pendidikan, alamat orang tua, serta data lain
yang dianggap perlu diketahui. Riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan
pengobatan yang pernah diterima klien, juga perlu dikaji. Selain itu kehidupan
sehari-hari klien meliputi keadaan gizi termasuk berat badan, jadwal makan dan
minat terhadap makanan tertentu, tidur termasuk kebiasaan dan kualitas tidur,
eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi,
kecacatan dan keterbatasan lainnya.
b. Fisik
Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa
keadaan kulit, kepala rambut, mata, telinga, hidung, mulut, pernapasan,
kardiovaskuler, musculoskeletal dan neurologis klien. Pemeriksaan fisik lengkap
saat diperlukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap
perilaku klien. Misalnya klien yang menderita DM atau asma sering berperilaku
merusak dalam usahanya untuk mengendalikan lingkungan. Selain itu hasil
pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam menentukan pengobatan yang
diperlukan. Bahkan untuk mengetahui kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah
dialami klien.
c. Status mental
Pemeriksaan status mental klien bermanfaat
untuk memberikan gambaran mengenai fungsi ego klien. Perawat membandingkan
perilaku dengan tingkat fungsi ego klien dari waktu ke waktu. Oleh karena itu
status mental klien perlu dikaji setiap waktu dengan suasana santai bagi klien
Pemeriksaan status mental meliputi:
keadaan emosi, proses berfikir dan isi pikir, halusinasi dan persepsi, cara
berbicara dan orientasi, keinginan untuk bunuh diri dan membunuh. Pengkajian
terhadap hubungan interpersonal klien dilihat dalam hubungannya dengan orang
lain yang penting untuk mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia. Pertanyaan
yang perlu diperhatikan perawat ketika mengkaji hubungan interpersonal klien
antara lain:
1)
Apakah
klien berhubungan dengan orang lain dengan usia sebanya dan dengan jenis
kelamin tertentu.
2)
Apa
posisi klien dalam struktur kekuasaan dalam kelompok
3)
Bagaimana
ketermpilan sosial klien ketika menjalin dan berhubungan dengan orang lain.
4)
Apakah
klien mempunyai teman dekat.
d. Riwayat personal
dan keluarga
Riwayat personal dan keluarga meliputi
faktor pencetus masalah, tumbuh kembang klien, biasanya dikumpulkan oleh tim
kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk mengerti perilaku klien dan
membantu menyusun tujuan asuhan keperawatan.
Pengumpulan data keluarga merupakan bagian
penting dari pengkajian melalui pengalihan focus dari klien sebagai individu ke
sistem keluarga. Tiap anggota keluarga di beri kesempatan untuk mengidentifikasi
siapa yang bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
2.
Diagnosa keperawatan
Untuk menegakan diagnosa keperawatan, data
yang telah dikumpulkan kemuadian dianalisa sebagai dasar perencanaan asuhan
keperawatan selanjutnya.
3.
Perencanaan
Setelah pengkajian selesai dan maslah
utama yang dialami klien telah teridentifikasi, rencana perawatan dan
pengobatan yang komprehensif.
Untuk klien yang dirawat di unit perawatan
jiwa, tujuan umumnya adalah sebagai berikut:
a. Memenuhi kebutuhan emosi klien dan
kebutuhan untuk dihargai
b. Mengurangi ketegangan pada anak dan
keutuhan untuk berperilaku defensive.
c. Membantu klien menjalan hubungan positif
dengan orang lain
d. Membentu mengembangkan identitas diri
klien
e. Memberikan klien kesempatan untuk menjalin
kembali tahapan perkembangan terdahulu yang belum terseleseikan secara tuntas
f. Membantu klien untuk berkomunikasi secara
efektif
g. Mencegah anak untuk menyakiti baik dirinya
maupun diri orang lain
h. Membantu klien memelihara kesehatan
fisiknya.
4.
Implementasi.
Berbagai bentuk terapi pada klien dan
keluarga dapat diterapkan, antara lain:
a. Terapi bermain
Pada umumnya merupakan media yang tepat
bagi klien untuk mengekspresikan konflik yang belum terselesaikan, selain juga
berfungsi untuk:
1)
Menguasai
dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak dapat dikendalikan
sebelumnya
2)
Berkomunikasi
dengan kebutuhan yang tidak disadari
3)
Berkomunikasi
dengan orang lain
4)
Menggali
dan mencoba belajar bagaimana hubungan dengan diri sendiri, dunia luar dan
orang lain.
5)
Mencocokan
tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas
b. Terapi keluarga
Semua anggota keluarga perlu
diikutsertakan dalam terapi keluarga. Orang tua perlu belajar secara bertahap
tentang peran meraka dalam permasalahan yang dihadapi dan bertanggungjawab
terhadap perubahan yang terjadi pada klein dan keluarga. Biasanya cukup sulit
bagi keluarga untuk menyadari bahwa keadaan dalam keluarga turut menimbulkan
gangguan pada anggota keluarganya. Oleh karena itu perawat perlu berhati-hati dalam
meningkatkan kesadaran keluarga.
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok dapat berupa suatu
kelompok yang melakukan kegiatan atau berbicara. Terapi kelompok ini sangat
bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas, mengendalikan impuls (dorongan
internal), meningkatkan harga diri, memfasilitasi pertumbuhan, kematangan dan
keterampilan sosial klien. Kelompok dengan lingkungan yang terapeutik
memungkinkan anggotanya untuk menjalin hubungan dan pengalaman sosial yang
positif dalam suatu lingkungan yang terkendali.
d. Psikofarmakologi
Walaupun belum sepenuhnya diterima dalam
psikiatri, tetapi bermanfaat untuk mengurangi gejala (hiperaktif, depresi,
impulsive dan ansietas) dan membantu agar pengobatan lain lebih efektif.
Pemberian obat ini tetap diawasi oleh dokter dan menggunkan pedoman yang tepat
e. Terapi individu
Ada berbagai terapi individu, terapi
bermain psikoanalisa, psikoanalitis berdasarkan psikoterapi dan terapi bermain
pengalaman. Hubungan antara klien dan terapist memberikan kesempatan pada klien
untuk mendapatkan pengalaman mengenai hubungan positif dengan orang lain dengan
penuh kasih sayang.
f. Pendidikan pada
orang tua
Pendidikan pada orang tua merupakan hal
penting untuk mencegah gangguan kesehatan jiwa klien, begitu pula untuk
peningkatan kembali penyembuhan setelah dirawat. Orang tua diajarkan tentang
tahap tumbang klien, sehingga orang tua dapat mengetahui perilaku yang sesuai
dengan klien. Keterampilan
berkomunikasi juga meningkatkan pengertian dan empati antara orang tua dan
anaknya.
g. Terapi
lingkungan
Konsep terapi lingkungan dilandaskan pada
kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang dialami klien. Lingkungan yang aman
dan kegiatan yang teratur dan terprogram, memungkinkan klien untuk mencapai
tugas terapeutik dan rencana penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi
perilaku. Kegiatan yang terstruktur secara formal seperti: belajar, terapi
kelompok dan terapi rekreasi. Kegiatan ruti meliputi: bangun pagi hari, makan
dan jam tidur.
5.
Evaluasi
Pada umumnya pengamatan perawat berfokus
pada perubahan perilaku klien. Apakah klien menunjukan kesadaran dan pengertian
tentang dirinya sendiri melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan untuk
membuat keputusan secara rasional.
Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:
a. Keefektifan intervensi penaggulangan
perilaku
b. Kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain secara wajar
c. Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
d. Kemampuan untuk menggunakan kegiatan
program sebagai rekreasi dan proses belajar
e. Respon terhadap peraturan dan rutinitas
f. Status mental secara menyeluruh