TONSILITIS
A. PENGERTIAN
Tonsilitis adalah suatu inflamasi (peradangan) pada
tonsil.
B. PENYEBAB
Penyebab radang akut ini ialah kuman golongan
streptokokus B hemolytikus, streptokokus viridans dan streptokokus pyogenes,
yang merupakan penyebab pada 50% pada kasus. Sisanya disebabkan oleh infeksi
virus yaitu adenovirus, ECHO, virus influenza, serta herpes. Cara infeksinya
ialah oleh percikan ludah (droplet infeksi).
C. TANDA DAN GEJALA
Gejala yang sering ditemukan adalah suhu tubuh naik
sampai mencapai 40 derajat celsius, rasa lesu, rasa nyeri di sendi, odimofagi,
tidak nafsu makan, rasa nyeri di telinga (otalgia),
karena nyeri alih (referred pain) melalui
nervus glosofaringeus (N IX).
Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil
membengkak, hiperemis, terlihat detritus berbentuk folikel, lakuna atau
beberapa membran.
D. PATOFISIOLOGI
Mula-mula terjadi infiltrasi pada lapisan epitel. Bila
epitel terkikis, maka jaringan limfoid superfisial mengadakan reaksi, terdapat
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Proses ini
secara klinis tampak pada kriptur tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut
detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang
terlepas. Suatu tonsilitis akut dengan detritus, yang jelas disebut tonsilitis
folikularis. Bila bercak-bercak detritus itu berdekatan menjadi satu, maka
terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus yang melebar itu dapat lebih
lebar lagi, sehingga terbentuk membran semu (psedomembran).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, dan pengumpulan
riwayat kesehatan yang cermat untuk menyingkirkan kondisi sistemik atau kondisi
yang berkaitan. Usap tonsilar dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi pada tonsilitis akut adalah antibiotik atau
sulfonamida, antipiretik dan obat kumur atau obat isap yang mengandung
desinfektan. Tonsilektomi bisanya dilakukan jika pengobatan medis tidak
menunjukkan hasil, dan terdapat abses hipertrofi atau tonsilar berat yang menyumbat
faring, membuat kesulitan menelan dan membahayakan jalan napas. Terapi
antibiotik yang sesuai diresepkan untuk pasien yang menjalani tonsilektomi.
Terapi antibiotik yang paling umum adalah penisilin oral, yang diminum selama
10 hari. Amoksilin dan eritromisin merupakan alternatif.
G. POTENSIAL KOMPLIKASI
1. Perdarahan
2. Abses peritonsilar
3. Abses parafaring
4. Toksemia
5. Septikemia
6. Otitis media akut
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TONSILITIS
A. PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan pasien yang lengkap yang menunjukkan
kemungkinan tanda dan gejala sakit kepala, sakit tenggorok dan nyeri sekitar
mata dan pada kedua sisi hidung, kesulitan menelan, batuk, suara serak, demam,
hidung tersumbat dan rasa tidak nyaman umum dan keletihan. Menetapkan kapan
gejala mulai timbul, apa yang menjadi pencetusnya, apa jika ada yang dapat
menghilangkan atau meringankan gejala tersebut, dan apa yang memperburuk gejala
tersebut juga identifikasi setiap riwayat alergi atau adanya penyakit yang timbul
bersamaan. Tonsil diinspeksi terhadap temuan abnormal seperti warna kemerahan,
asimetris atau adanya drainase, ulserasi atau pembesaran.
B. MASALAH YANG LAZIM MUNCUL
1. Prabedah
a. Nyeri akut b.d engan injuri fisik: kerusakan jaringan
b. Gangguan
menelan
2. Pasca bedah
a. Nyeri akut b.d engan injuri fisik: kerusakan jaringan
b. Risiko infeksi b.d kerusakan jaringan
c. PK: perdarahan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana Keperawatan
|
|
Tujuan Tindakan
|
Rencana Tindakan
|
||
1
|
Nyeri akut b.d engan injuri fisik: kerusakan jaringan
Definisi :
Sensori yang tidak menyenangkan dan
pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan
jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri
Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai
berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan
durasi kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik :
-
Laporan secara verbal atau non verbal
-
Fakta dari observasi
-
Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
-
Gerakan melindungi
-
Tingkah laku berhati-hati
-
Muka topeng
-
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau
gerakan kacau, menyeringai)
-
Terfokus pada diri sendiri
-
Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
-
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
-
Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
-
Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
-
Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Faktor yang berhubungan :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik,
psikologis)
|
NOC :
Pain Level, Pain Control, Comfort Level
Pain : Disruptive Effects
Kriteria Hasil :
|
1.
Manajemen nyeri :
Definisi : mengurangi nyeri dan menurunkan tingkat nyeri yang dirasakan
pasien.
Intervensi :
Definisi : penggunaan agen farmakologi untuk menghentikan atau mengurangi
nyeri.
Intervensi :
|
2
|
Resiko Infeksi b.d kerusakan jaringan
Definisi : Peningkatan resiko masuknya
organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
-
Prosedur Infasif
-
Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari
paparan patogen
-
Trauma
-
Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan
lingkungan
-
Ruptur membran amnion
-
Agen farmasi (imunosupresan)
-
Malnutrisi
-
Peningkatan paparan lingkungan patogen
-
Imonusupresi
-
Ketidakadekuatan imum buatan
-
Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
-
Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak
utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan
sekresi pH, perubahan peristaltik)
- Nyeri kronis
|
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection Control
Risk Control
Kriteria Hasil :
Menunjukkan perilaku hidup sehat (menjaga kebersihan) seperti mencuci
tangan, perawatan mulut, dan lain-lain.
|
1. Infection Control
Definisi :
Meminimalkan mendapatkan infeksi dan trasmisi agen
infeksi
Intervensi :
2. Infection Protection
Deinisi :
Pencegahan dan deteksi dini infeksi pada pasien yang
beresiko
Intervensi :
|
3
|
Gangguan menelan
Definisi :
Fungsi tubuh yang tidak normal dalam
mekanisme menelan berkaitan dengan gangguan fungsi dalam mulut, paryng, atau
struktur esophagus.
Batasan karakteristik :
Kerusakan pada tahap pharyng :
-
Perubahan pada posisi kepala
-
Tidak adekuatnya elevasi laryng
-
Makan tidak masuk
-
Demam yang tidak jelas
-
Keterlambatan menelan
-
Kambuhnya infeksi paru
-
Cegukan
-
Reflux ke hidung
-
Tercekik, batuk terus menerus atau tersumbat
-
Multiple swallows
-
Ketidaknormalan pada tahap pharyngeal
Kerusakan pada tahap esophageal :
-
Heart burn atau nyeri epigastrik
-
Nafas berbau asam
-
Ketidakstabilan sekitar waktu makan yang tidak
dapat dijelaskan
-
Muntah di bantal
-
Tersedak saat menelan
-
Muntahan isi lambung atau WET BURPS
-
Bruxism
-
Batuk malam hari atau terbangun
-
Observasi kesulitan menelan (misal : tertahannya
makanan di rongga mulut, batuk/tercekik)
-
Kepala hiperoklusi, menunduk selalu atau sesudah
makan
-
Ketidaknormalan phase esophageal dalam proses
menelan
-
ODYNOPHAGIA
-
Menolak makan/konsumsi sedikit
-
Mengeluh ketika menelan
-
Hematemesis
-
Muntah
Kerusakan pada tahap oral :
-
Kurangnya/keterbatasan gerak lidah untuk membentuk
bolus
-
Kelemahan dalam menghisap atau tidak efisien dalam
proses menyusu
-
Bibir menutup tidak sempurna
-
Makanan terdorong keluar mulut
-
Pembentukan bolus yang terlambat
-
Makanan jatuh dari mulut
-
Bolus yang masuk sempurna
-
Ketidakmampuan membersihkan rongga mulut
-
Lama mengunyah dengan
-
Reflek hidung
-
Batuk, tercekik, tersumbat sebelum menelan
-
Ketidaknormalan dalam fase oral
-
PLACENEAL DEGLUTITION
-
Kurang pengunyahan
-
Menumpuk dalam rongga mulut bagian samping
Siallorhea atau ngiller
-
Faktor yang berhubungan :
Defisit Kongenital :
-
Anomali jalan nafas bagian atas
-
Kegagalan perkembangan atau Protein Energy
Malnutrisi (PEM)
-
Kondisi dengan hypotoni (kekuatan tonus yang
rendah) yang signifikan
-
Gangguan respirasi
-
Riwayat NGT
-
Masalah berhubungan dengan perilaku makan
-
Perilaku merusak diri
-
Kelemahan neuromuskular (misal : Penurunan atau
tidak adanya reflek menelan, penurunan kekuatan atau kesalahan dalam
mengunyah, kesalahan perseptual, paralisis otot muka)
-
Obstruksi mekanis (misal : oedema, trachesotomi,
tumor)
-
Penyakit jantung bawaan
-
Kelemahan syaraf kranial
Masalah neurologi :
-
Anomali jalan nafas bagian atas
-
Ketidaknormalan laring
Akalasia
|
NOC :
Swallowing Status
Kriteria Hasil :
|
Aspiration Precaution
Definisi: Mencegah atau meminimalkan faktor
risiko pasiko pasien mengalami aspirasi
|
4
|
PK: perdarahan
|
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama....x24 jam perawat dapat meminimalkan perdarahan dan
mencegah komplikasi dengan kriteria :
-
tidak
terjadi perdarahan
-
vital
sign normal
-
Anemis
(-)
|
a.
Monitor keadaan umum pasien
b.
Monitor tanda-tanda vital
c.
Monitor jumlah perdarahan pasien
d.
Kaji kondisi luka post operasi
e.
Awasi jika terjadi anemi
f.
Kolaborasi dengan dokter mengenai masalah yang terjadi
berhubungan perdarahan : pemberian tranfusi, medicasi dll.
|
DAFTAR PUSTAKA
- Brunner
dan Suddarth, 2000, Keperawatan
Medikal Bedah, edisi 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
- Johnson
M, 2000, Nursing Outcomes
Clasifications (NOC), Second editions, Mosby Inc, Iowa.
- McCloskey.
J.C, 1996, Nursing Interventions
Clasifications (NIC), Second editions, Mosby Inc, Iowa.
- Linda Jual Carpenito, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan,
edisi 6 EGC, Jakarta.
- NANDA,
2001, Nursing Diagnosis: Defenitions
and Clasificatiion 2001-2002, Philadelphia.
- Soepardi
E.A, Iskandar N, 2000, Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, edisi 4, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.