Senin, 16 September 2013

ASKEP RADANG SINUS (Sinusitus Infeksiosa)

RADANG SINUS

Sinusitus Infeksiosa
Pengertian
Adalah peradangan pada sinus aksesoris hidung/sinus paranasal.

Etiologi
1.    virus
Sinusitus virus terjadi biasanya terjadi selama infeksi saluranm napas atas. Virus yang lazim menyerang hidung dan nasopharing juga menyerang sinus. Mukosa sinus paranasalis berjalan kontinu dengan mukosa hidung dan penyakit virus yang menyerang hidung perlu dicurigai dapat meluas ke sinus.
2.    Bakteri
Edema dan hilangnya fungsi silia normal pada infeksi virus menciptakan suatu lingkungan yang ideal untuk perkembangan infeksi bakteri. Organisme penyebab sinusitis mungkin sama dengan penyebab otitis media. Yang paling sering ditemukan dalam frekuensi yang makin menurun adalah: S. Pneumoniae, H. Influenzae, bakteri anaerob, branhamella catarrhalis, streptokok alfa, Satpylococcus aureus, dan S. Pyogenes.
3.    Jamur
Sinusitus Akut
Sinusitis maksilaris
Sinusitus maksilaris akut biasanya mengikuti infeksi saluran napas atas yang ringan. Alergi hidung kronik, benda asing dan deviasi septum nasi merupakan factor-faktor predisposisi local yang paling sering ditemukan.
Gejala
Gejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam malaise, dan nyeri kepala yang tidak jelas yang biasanya reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin. Wajah terasa bengkak, penuh dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk, serta nyeri pada palpasi dan perkusi. Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk. Transluminasi berkurang bila sinus penuh cairan.

Pemeriksaan Penunjang
1.    Radiology
Radiogram sinus harus dibuat dengan posisi tegak dan telentang. Gambaran radiology mula-mula berupa peneblan mukosa, selanjutnya diikuti opasifikasi sinus lengkap akibat mukosa yang membengkak hebat atu akibat cairan yang memenuhi sinus, akhirnya akan terbentu air fluid level yang khas akibat akumulasi pus.
2.    USG
3.    Hitung darah lengkap
4.    Biakan Hidung
Terapi
1.    Farmakologik
a.    Antibiotik spectrum luas
Missal:  amoksisilin, ampisilin, eritromisin plus sulfonimid
Alternative lain: amoksisilin/klavulanat, sefalosklor, sefuroksim, dan trimetropin plus selfonamid.
b.    Dekongestan: pseudoefedrin
c.     Tetes hidung poten: fenilefrin/oksimetazolin dapat digunakan selama beberapa hari pertama kemudian harus dihentikan.
d.    Analgetik: aspirin atau asetaminofen
2.    kompres hangat pada wajah untuk meringankan gejala
3.    Pengangkatan benda asing
4.    koreksi bedah septum nasi yang berdeviasi

Sinusitus Ethmoidalis
Biasa terjadi pada anak-anak, seringkali bermanifestasi sebagai selulitis orbita. Pada orang dewasa seringkali bersama-sama dengan sinusitis maksilaris, serta dianggap sebagai penyerta sinusitis frontalis yang tidak dapat dielakkan.
Gejala
Gejala berupa nyeri dan nyeri tekan diantara kedua mata dan diatas jembatan hidung, drainase dan sumbatn hidung.
Terapi:
1.    Farmakologik
a.    Antibiotik sistemik
b.    Dekongestan hidung
c.    Obat semprot atau tetes vasokonstriktor topical.
  1. etmoidektomi: jika terjadi ancaman terjadinya komplikasi atau perbaikan yang tidak memadai

Sinusitus Frontalis
Selain ditemukan gejala infeksi yang khas juga terdapat nyeri kepala yang khas. Nyeri berlokasi di atas alis mata, biasa pada pagi hari dan memburuk menjelang tengah hari, kemudian perlahan-lahan m,ereda himgga menjelang malam. Pasien biasanya mengatakan dahi tersa nyeri bila disentuh, dan mungkin terdapat pembengkakan superorbita. Tanda patognomonik adalah nyeri yang hebat pada palpasi atau perkusi di atas daerah sinus yang terinfeksi. Transluminasi dapat terganggu. Radiogram memperlihatkan adanya penebalan periosteum atau kekeruhan sinus yang menyeluruh, atau suatu air fluid level.
Terapi
  1. Farmakologik: antibiotic, dekongestan, tetes hidung vasokonstriktor
  2. Drainase denag teknik trepanasi bila terjadi kegagalan penyembuhan segera atau timbul komplikasi.

Sinusitis Sfenoidalis
Sangat jarang terjadi. Ciri: nyeri kepala mengarah pada verteks kranium. Gejala menjadi satu dengan gejal infeksi sinus lain.

Sinusitis kronik
Adalah sinusitis yang berlangsung selama beberapa bulan atau tahun. Gambaran patologi sinusitis kronik adalah kompleks dan irreversible. Mukosa umumnya menebal, membentuk lipatan-lipatan atau pseudotolip. Epitel permukaan tampak mengalami deskuamasi, regenerasi, metaplasia, ayau epitel biasa dalam jumlah yang bervariasi pada suatu irisan histology yang sama. Pembentukan mikroabses dan jaringan granulasi bersama-sama dengan pembentukan jaringan parut. Secara menyeluruh, terjadi infiltrate sel bundar dan polimorfonuklear dalam lapisan submukosa.

Etiologi:
Sinusitis akut yang berulang dengan penyembuhan yang tidak lengkap.
Patofisiologi
Perubahan struktur ostium sinus, lesi                                       poliposis nasal
dlm rongga hidung, septum nasi                                              (rhinitis alergika)
 


Kegagalan drainase dan ventilase sinus
Kegagalan mengobati sinusitis akut berulang
regenerasi epitel permukaan bersilia yang tidak lengkap
Kegagalan mengeluarkan secret hidung
Predisposisi infeksi

polusi
zat kimia


Gejala
Selama aksaserbasi akut mirip dengan gejala sinusitis akut, namun diluar masa itu gejala yang timbul berupa:
1. Perasaan penuh pada wajah dan hidung
2. hipersekresi yang seringkali purulen
3. Kadang nyeri kepala
4. Hidung sedikit tersumbat
5. Terdapat gejal-gejala factor predisposisi: rhinitis alergika yang menetap
6. batuk kronik dengan laryngitis atau faringitis
Terapi
1. Terapi infeksi dan factor penyebab infeksi secara berbarengan
2. Intervensi bedah

Komplikasi sinusitis
1. Komplikasi orbita
2.mukokel: Kista yang mengandung mucus yang timbul dalam sinus
3.Komplikasi intracranial: meningitis akut, abses dura, abses otak
4.osteomilitis dan abses subperiosteal
5. penyakit sinus lain

Sinusitis non infeksiosa
Barosinusitis
Disebabkan gangguan ostium sehingga ostium tidak mamppu menjaga keseimbangan tekanan dalam sinus. Pengobatan antara lain dengan: dekongestan sistemik dan topical, antibiotic, menghindar perubahan tekanan hingga pulihnya fungsi ostium sinus.
Sinusitis Alergika
Polip dalam hidung biasanya berasal dari sinus dan dapat memenuhi sinus tersebut. Perubahan polipoid mengubah mekanisme homeostatic normal dalam sinus dan merupakan predisposisi sinusitis akut dan kronik.
Terapi polipoid:
1. farmakologik
     a. Steroid (topical dan sistemik)
     b. Dekongestan
     c. Antihistamin
2. Reseksi: jika menyumbat jalan napas atau ostia sinus
3. Pembedahan  sinus tambahan dengan teknik fenestra naso antrum atau sinus frontalis jika polipoid meluas dan berulang. Jika polipoid menyerang konka dilakukan turbinektomi parsial, bedah beku atau diatermi untuk mengecilkan konka.


No
Diagnosa
Tujuan/Kh
Intervensi
Rasional
1.
Nyeri akut b.d agen injury
Klien dapat mengontrol nyeri
KH:
-Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang
-Klien dapat mendeskripsikan bagaimana mengontrol nyeri
-Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi
-Klien dapat menerapkan metode non farmakologik untuk mengontrol nyeri
1. Identifikasi nyeri yang dirasakan klien (P, Q, R, S, T)

1.     Pantau tanda-tanda vital.
2.     Berikan tindakan kenyamanan.
Ajarkan teknik non farmakologik (relaksasi, fantasi, dll) untuk menurunkan nyeri.


4. Berikan analgetik sesuai indikasi
Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.


Memberikan dukungan menurunkan ketegangan otot, meningkatkan relaksasi, menfokuskan ulang perhatian, meningkatkan rasa control diri dan kemampuan kopimg.
Titik managemen intervensi
2.
Resiko infeksi b.d prosedur invasif
Pasien tidak mengalami infeksi
KH:
Klien bebas dari tanda-tanda infeksi
-Klien mampu menjelaskan tanda&gejala infeksi
1.     Mengobservasi&melaporkan tanda&gejal infeksi, spt kemerahan, hangat, rabas dan peningkatan suhu badan
2.     mengkaji suhu klien netropeni setiap 4 jam, melaporkan jika temperature lebih dari 380C





3.     Menggunakan thermometer elektronik atau merkuri untuk mengkaji suhu


4.     Catat7laporkan nilai laboratorium




5.     kaji warna kulit, kelembaban kulit, tekstur dan turgor lakukan dokumentasi yang tepat pada setiap perubahan

6.     Dukung untuk konsumsi diet seimbang, penekanan pada protein untuk pembentukan system imun
Onset infeksi dengan system imun diaktivasi&tanda infeksi muncul

Klien dengan netropeni tidak memproduksi cukup respon inflamasi karena itu panas biasanya tanda&sering merupakan satu-satunya tanda
Nilai suhu memiliki konsekuensi yang penting terhadap pengobatan yang tepat
Nilai lab berkorelasi dgn riwayat klien&pemeriksaan fisik utk memberikan pandangan menyeluruh
Dapat mencegah kerusakan kulit, kulit yang utuh merupakan pertahanan pertama terhadap mikroorganisme
Fungsi imun dipengaruhi oleh intake protein
3.
Kurang pengetahuan b.d kurang mengakses informasi kesehatan
Pengetahuan klien meningkat
KH:
-Klien & keluarga memahami tentang penyakit Stroke, perawatan dan pengobatan
1. Mengkaji kesiapan&kemampuan klien untuk belajar



2. Mengkaji pengetahuan&ketrampilan klien sebelumnya tentang penyakit&pengaruhnya terhadap keinginan belajar

3. Berikan materi yang paling penting pada klien




4. Mengidentifikasi sumber dukungan utama&perhatikan kemampuan klien untuk belajar & mendukung perubahan perilaku yang diperlukan
5. Mengkaji keinginan keluarga untuk mendukung perubahan perilaku klien
6. Evaluasi hasi pembelajarn klie lewat demonstrasi&menyebautkan kembali materi yang diajarkan
Proses belajar tergantung pada situasi tertentu, interaksi social, nilai budaya dan lingkungan
Informasi baru diserap meallui asumsi dan fakta sebelumnya dan bias mempengaruhi proses transformasi
Informasi akan lebih mengena apabila dijelaskan dari konsep yang sederhana ke yang komplek
Dukungan keluarga diperlukan untuk mendukung perubahan perilaku





0 komentar:

Posting Komentar

 
;