Selasa, 19 November 2013

LAB SKILL : PROTAP PEMASANGAN ETT (ENDOTRAKEAL TUBE), VENA SEKSI, SIRKUMSISI


Pengertian Intubasi
Intubasi adalah memasukkan pipa jalan nafas buatan kedalam trachea melalui mulut.
Tujuan Intubasi
1.      Membebaskan jalan nafas
2.      Untuk pemberian pernafasan mekanis (dengan ventilator).
Persiapan Alat:
1.      Laryngoscope
2.      Endotracheal tube (ETT)
3.      Mandrin
4.      Xylocain jelly
5.      Sarung tangan steril
6.      Xylocain spray
7.      Spuit 10 cc
8.      Orofaringeal tube (guedel)
9.      Stetoskop
10.  Bag Valve Mask (ambubag)
11.  Suction kateter
12.  Plester
13.  Gunting
14.  Masker
Langkah - langkah Intubasi
1.      Posisi pasien terlentang dengan kepala ekstensiett
2.      Petugas mencuci tangan
3.      Petugas memakai masker dan sarung tangan
4.      Melakukan suction
5.      Melakukan intubasi dan menyiapkan mesin pernafasan
6.      Memompa dengan ambu bag
7.      Mendengarkan suara nafas dengan stetoskop
8.      Mengisi cuff dengan udara
9.      Fiksasi ETT dengan plaster
10.  Pasang Orofaringeal tube
11.  Hubungkan pasien ke ventilator yang sudah disiapkan
12.  Pernafasan yang adekuat dapat di monitor melalui AGD ± ½ - 1jam setelah intubasi selesai
13.  Mencuci tangan sesudah melakukan intubasi











LAB SKILL VENA SEKSI

Introduksi
a.       Definisi
Vena seksi merupakan prosedur pembedahan gawat darurat untuk mendapatkan akses pembuluh darah vena pada resusitasi penderita syok hipovolemik.
b.      Ruang lingkup
Syok merupakan keadaan dimana terdapat ketidak normalan dari sistem peredaran darah yang mengakibatkan perfusi organ dan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat. Salah satu jenis keadaan syok ini adalah syok hipovolemik, dimana penyebabnya bisa karena perdarahan atau bukan perdarahan. Penanganan pertama dari keadaan syok hipovolemik adalah resusitasi cairan baik peroral, enteral maupun perenteral. Perenteral disini meliputi pembedahan dan non pembedahan. Dalam kaitan penegakan diagnosa dan pengobatan, diperlukan beberapa disiplin ilmu terkait antara lain patologi klinik, dan radiologi.
c.       Indikasi operasi
Penderita syok hipovolemik yang dengan cara non pembedahan (perkutaneus) tidak bisa didapatkan akses vena untuk resusitasi cairan.
d.      Kontra indikasi operasi:
1.      Trombosis vena
2.      Koagulopati (PT atau PTT > 1.5 x kontrol)
e.       Diagnosis Banding untuk Syok hipovolemik
1.      Syok kardiogenik
2.      Syok septik
3.      Syok neurogenik
f.       Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan ronsen (toraks dan panggul)
2.      Lavase peritoneal untuk diagnosis perdarahan intra abdominal
3.      Ultrasound abdominal
4.      Foto polos toraks

Tehnik Operasi
1.      Siapkan kulit pergelangan kaki dengan larutan antiseptik dan tutup daerah lapangan operasi dengan duk steril atau bisa juga daerah femoral atau di lengan penderita.
2.      Lakukan anestesi infiltrasi pada kulit dengan lidokain 0.5%.
3.      Insisi kulit melintang setebalnya dibuat di daerah anestesia sepanjang 2.5 cm.
4.      Diseksi tumpul, dengan menggunakan klem hemostat yang lengkung, vena diidentifikasi dan dipotong dan dibebaskan dari semua jaringan disekitarnya.
5.      Angkat dan diseksi vena tsb sepanjang kira-kira 2cm untuk melepaskannya dari dasar.
6.      Ikat vena bagian distal, dan mobilisasi vena, tinggalkan jahitan di tempat untuk ditarik (traction).
7.      Pasang pengikat keliling pembuluhnya, arah cephalad
8.      Buat venotomi yang kecil melintang dan dilatasi perlahan-lahan dengan ujung klem hemostat yang ditutup.
9.      Masukkan kanul plastik melalui venotomi dan ikat dengan ligasi proksimal keliling pembuluh dan kanul. Kanul harus dimasukkan dengan panjang yang cukup untuk mencegah terlepas.
10.  Sambung pipa intravena dengan kanul dan tutuplah insisinya dengan jahitan interupsi.
11.  Pasang pembalut steril dengan salep antibiotik topikal.

Komplikasi operasi
Komplikasi yang terjadi adalah perdarahan. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan bebat tekan. Komplikasi lain adalah infeksi baik flebitis maupun selulitis, untuk menanganinya cabut kateter, kompres hangat, serta elevasikan tungkai, serta berikan antibiotik jika perlu. Komplikasi lain adalah hematoma, trombose pembuluh, robekan syaraf serta arteri.
Mortalitas (tidak ada)
Perawatan Pasca Bedah
Perawatan pasca vena seksi harus benar-benar diperhatikan terutama daerah tempat di lakukan vena seksi harus bebas infeksi. Hal ini bisa dicegah dengan rawat luka setiap hari, serta ditutup dengan kassa steril. Jika ada indikasi infeksi sebaiknya kateter vena di cabut.

Follow-Up
Penderita pasca syok hipovolemik setelah syok teratasi. Kateter vena dapat dilepas dan bila penderita sudah bisa peroral sebaiknya terapi maintenance dengan peroral atau dengan menggunakan akses intravena lainnya yang non pembedahan. Luka pasca vena seksi harus dirawat aseptik.
Yang dievaluasi: klinis, tanda-tanda vital, tanda-tanda infeksi











LAB SKILL SIRKUMSISI

Secara medis, sirkumsisi dilakukan dengan tujuan untuk kebersihan danpenanganan kelainan pada penis seperti Phimosis, parapimosis, kondilomaakuminata, dan juga inidkasi untuk melakukan sirkumsisi adalah karna masalah sosial yaitu agama.
Sedangkan kontraindikasi tindakan sirkumsis yaitu :
1.      Kelaianan bawaan yang memerlukan jaringan untuk memperbaikikelainan tersebut, seperti pada Hipospadia
2.      Infeksi aktif, yaitu seperti pada Gonorrhoe dan Balanoprostitis
Alat dan bahan yang digunakan adalah :
1.      Korentang (prinsip Steril)
2.      Needler Holder
3.      Klem Duk
4.      Duk
5.      Pinset yang terdiri dari 2 yaitu : pinset sirurgis (kait), dan pinsetanatomis (ga ada kait)
6.      Klem arteri , fungsinya yaitu mengklem Preputium
7.      Klem Mosquito / klem bengkok, jika terjadi perdarahan minimal harustersedia 4 klem
8.      Gunting jaringan ( bentuknya itu, yang satu sisi tumpul, dan satusisinya lagi tajam)
9.      Gunting benang (bentuknya ada kait)
10.  Jarum yang terdiri dari 2 yaitu : jarum cuting (bentuknya yaituujungnya segitiga fungsinya untuk menjahit), dan jarum non cuting(bentuknya bunder, fungsinya untuk menjahit kulit jaringan yangrapuh)
11.  Kom (baskom kecil yang diisi Betadine banyak)
12.  Kasa steril
13.  Benang yang terdiri dari 2 macam yaitu : benang serap (yaitu Catgut)dan benang yang tidak bisa diserap (yaitu Silk).
14.  Spuit 3 cc
15.  Anastesi (Lidokain) 2 ampule
16.  Hand scunt (sesuai ukuran)
17.  Bengkok
18.  Betadine
Cara melakukan Sirkumsisi :
1.      Menenangkan pasien
2.      Meminta Pasien Berbaring biasa
3.      Memakai Hand scunt (prinsip steril)
4.      Melakukan tindakan Aseptik. Daerah genital dibersihkan denganbetadine terlebih dahulu, dari central ke perifer.
5.      Memasang Duk lubang didaerah genital
6.      Melakukan tindakan anastesi dengan cara :-Mengisi spuit dengan cairan anastesi-Tusukkan jarum pada pangkal penis ke arah samping (dorso lateral)dengan sudut kira-kira 60 derajat-Lakukan aspirasi bila tidak terdapat darah dalam spuit, masukkancairan anstesi 1-2 cc-Jarum ditarik perlahan-lahan sampai lepas dari kulit-Lakukan cara yang sama untuk sisi satunya.
7.      Preputium didorong ke arah pangkal penis sampai sulcus glandis terlihat jelas. Bila terjadi perlengketan, lepaskan perlengketantersebut dengan klem bengkok
8.      Membersihkan glans penis dari smegma dan kotoran dengan betadine
9.      Preputium dikembalikan ke kedudukan semula.
10.  Memasang klem arteri pada preputium pada pukul 11.00 , pukul 13.00 , dan pukul 06. 00
11.  Masukkan gunting diantara 2 klem arteri yang berada pada dorsumpenis dengan ujung gunting yang tajam berada diluar preputium.
12.  Preputium digunting lurus sampai kira-kira 0,5 – 0,75 cm dari proyeksicorona glandis
13.  Gunting diarahkan ke kiri dan kanan sejajar corona glandis sampaifrenulum preputii
14.  Frenulum preputiin dipotong kira-kira 0,75 cm dari perlekatan denganglans penis.
15.  Tekan perdarahan yang terjadi dengan kasa steril.
16.  Lepaskan perlahan-lahan kasa steril tersebut sambil mencari sumberperdarahan.
17.  Melakukan perawatan perdarahan. Sumber perdarahan dijepit denganklem arteri dan diikat.
18.  Setelah semua sumber perdarahan diikat, periksa sekali lagi untukmemastikan memang sudah tidak ada lagi sumber perdarahan.
19.  Penjahitan. Tujuan penjahitan adalah untuk mendekatkan potongan kulit luar dengan potongan kulit bagian dalam supaya cepatpenyembuhannya.
20.  Perawatan pasca sirkumsisi. Setelah diyakini tidak ada lagiperdarahan, penis dibersihkan dengan betadine. Jangan sampai adasisa darah pada glan penis. Ambil kasa yang dlipat memanjang dandiolesi salep antibiotika. Balut luka dengan tidak terlalu kuat agartidak menimbulkan pembengkakan penis. Balutan diperkuat denganplester.
21.  Pasien diberi antibiotika dengan analgesik peroral
22.  Pasien diminta datang lagi untuk kontrol luka 3-4 hari lagi
NB :
Yang perlu diingat adalah
Pada bagian preputium yang dijahit pada arah jam 12, jam 3, dan jam 9 itu menggunakan jahitan biasa, dimana dilekatkan antaramukosa dan preputium-

Pada bagian frenulum. Pada saat digunting agak sedkit keatasdikedua sisi, kemudian dijait dengan menggunakan jait 8(menyilang).

0 komentar:

Posting Komentar

 
;