KELAINAN SENDI DEGENERATIF
A. Pengertian
Osteoartritis yang dikenal sebagai
penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi )
merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan
ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)
Osteoartritis merupakan golongan
rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan
meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di
bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor
umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994,
Solomon, 1997).
Sedangkan menurut Harry Isbagio &
A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi
yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan
gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta
terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang
membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme,
fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan
subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian.( R. Boedhi Darmojo
& Martono Hadi ,1999)
B. KLASIFIKASI
Osteoartritis
diklasifikasikan menjadi :
- Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan osteoartritis
- Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur
(Long, C Barbara, 1996 hal 336)
C. Penyebab
Beberapa penyebab dan faktor
predisposisi adalah sebagai berikut:
1.
Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan
bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya
berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2.
Pengausan
(wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan
sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan
yang harus dikandungnya.
3.
Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.
4.
Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma
yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi
tersebut.
5.
Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang
biasanya ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis,
sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
6.
Akibat
penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis)
menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan
sendi oleh membran sinovial dan sel-sel
radang.
7.
Joint
Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi
akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.
8.
Penyakit
endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam
proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak
sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit.
Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi
proteaglikan menurun.
9.
Deposit
pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
D. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif
merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan progresif lambat, yang
seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan
degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan
oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi.
Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran
enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk
matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan.
Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat
badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal
dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa
kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya
rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang
digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif
yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi
infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan
menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik
sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme
sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan
kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang
menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.
( Soeparman ,1995)
PATHWAY
E. Gambaran
Klinis
- Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan
bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
- Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul
setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik.
- Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan
cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai
sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
- Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan
aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya
dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.
Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi
dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di
lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas.
Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal
ini belum dapat diketahui penyebabnya.
- Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena
pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya
pemerahan.
- Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
- Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk
sendi.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
Foto
Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi
-
Serologi
dan cairan sinovial dalam batas normal
G. PENATALAKSANAAN
a.
Tindakan
preventif
-
Penurunan
berat badan
-
Pencegahan
cedera
-
Screening
sendi paha
-
Pendekatan
ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja
b.Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul
- Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi
- Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,
- Pembedahan; artroplasti
H. Pengkajian
1.
Aktivitas/Istirahat
-
Nyeri
sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan
pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan, malaise.
Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit:
kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.
2.
Kardiovaskuler
-
Fenomena
Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian kemerahan
pada jari sebelum warna kembali normal.
3.
Integritas
Ego
-
Faktor-faktor
stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor
hubungan.
-
Keputusasaan
dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
-
Ancaman
pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya ketergantungan
pada orang lain.
4.
Makanan /
Cairan
-
Ketidakmampuan
untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan adekuat mual,
anoreksia.
-
Kesulitan
untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
5.
Hygiene
-
Berbagai
kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan pada
orang lain.
6.
Neurosensori
-
Kesemutan
pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
7.
Nyeri/kenyamanan
-
Fase akut
nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan lunak pada
sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).
8.
Keamanan
-
Kulit
mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
-
Lesi
kulit, ulkas kaki
-
Kesulitan
dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
-
Demam
ringan menetap
-
Kekeringan
pada mata dan membran mukosa
9.
Interaksi
Sosial
-
Kerusakan
interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.
10.
Penyuluhan/Pembelajaran
-
Riwayat
rematik pada keluarga
-
Penggunaan
makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa pengujian
-
Riwayat
perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.
11.
Pemeriksaan
Diagnostik
-
Reaksi
aglutinasi: positif
-
LED meningkat pesat
-
protein C
reaktif : positif pada masa inkubasi.
-
SDP:
meningkat pada proses inflamasi
-
JDL:
Menunjukkan ancaman sedang
-
Ig (Igm
& Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
-
RO:
menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis pada tulang
yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan ruang sendi.
I. DIAGNOSA YANG MUNGKIN TIMBUL DAN INTERVENSINYA
a.
Nyeri
akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses
inflamasi, distruksi sendi.
Intervensi:
-
Kaji
keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 – 10). Catat
faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal
-
Beri
matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan saat
klien beristirahat/tidur.
-
Bantu
klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.
Tingkatan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
-
Pantau
penggunaan bantal.
-
Dorong
klien untuk sering mengubah posisi.
-
Bantu
klien untuk mandi hangat pada waktu bangun tidur.
-
Bantu
klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.
-
Pantau
suhu kompres.
-
Berikan
masase yang lembut.
-
Dorong
penggunaan teknik manajemen stress misalnya relaksasi progresif sentuhan
terapeutik bio feedback, visualisasi, pedoman imajinasi hipnotis diri dan
pengendalian nafas.
-
Libatkan
dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
-
Beri obat
sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
-
Bantu
klien dengan terapi fisik.
Hasil yang diharapkan/Kriteria evaluasi
-
Menunjukkan
nyeri berkurang atau terkontrol
-
Terlihat
rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
-
Mengikuti
program terapi.
-
Menggunakan
keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
b.
Kerusakan
Mobilitas Fisik Berhubungan dengan :
-
Deformitas
skeletal
-
Nyeri,
ketidaknyamanan
-
Penurunan
kekuatan otot
Intervensi:
-
Pantau
tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi
-
Pertahankan
tirah baring/duduk jika diperlukan
-
Jadwal
aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus-menerus dan tidur malam
hari tidak terganggu.
-
Bantu klien
dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan isometric jika
memungkinkan
-
Dorongkan
untuk mempertahankan posisi tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan.
-
Berikan
lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan pegangan
tinggi dan bak dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda
penyelamat
-
Kolaborasi
ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vasional.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi
-
Mempertahankan
fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktor
-
Mempertahankan
ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh
-
Mendemonstrasikan
teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
c.
Gangguan
Citra Tubuh/Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan:
-
Perubahan
kemampuan melakukan tugas-tugas umum
-
Peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Intervensi:
-
Dorong
klien mengungkapkan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa
depan.
-
Diskusikan
dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang. Memastikan bagaimana pandangan
pribadi klien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek
seksual
-
Akui dan
terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan
-
Perhatikan
perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan
tubuh/perubahan.
-
Susun
batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku
positif yang dapat membantu koping.
-
Bantu
kebutuhan perawatan yang diperlukan klien.
-
Ikutsertakan
klien dalam merencanakan dan membuat jadwal aktivitas.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:
-
Mengungkapkan
peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,
perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.
-
Menyusun
tujuan atau rencana realistis untuk masa mendatang.
d.
Kurang
Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan Auskuloskeletal: Penurunan
Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.
Intervensi:
-
Diskusikan
tingkat fungsi umum; sebelum timbul
eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
-
Pertahankan
mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
-
Kaji
hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi rencana untuk
memodifikasi lingkungan.
-
Kolaborasi
untuk mencapai terapi okupasi.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:
-
Melaksanakan
aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan klien.
-
Mendemonstrasikan
perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
-
Mengidentifikasikan
sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan.
e.
Resiko
Tinggi terhadap Kerusakan Penatalaksanaan Lingkungan berhubungan dengan :
-
Proses
penyakit degeneratif jangka panjang.
-
Sistem
pendukung tidak adekuat.
Intervensi:
-
Kaji
tingkat fungsi fisik
-
Evaluasi
lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri.
-
Tentukan
sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual.
-
Identifikasi
untuk peralatan yang diperlukan misal alat bantu mobilisasi.
Hasil yang Diharapkan/Kriteria Evaluasi :
-
Mempertahankan
keamanan lingkungan yang meningkatkan perkembangan.
-
Mendemonstrasikan
penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.
f.
Kurang
Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan Kebutuhan
Perawatan dan Pengobatan berhubungan dengan:
-
Kurangnya
pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.
Intervensi :
-
Tinjau
proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan
-
Diskusikan
kebiasaan pasien dalam melaksanakan proses sakit melalui diet, obat-obatan dan
program diet seimbang, latihan dan istirahat.
-
Bantu
dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat,
perawatan diri, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stress.
-
Tekankan
pentingnya melanjutkan manajemen farmakologi terapi.
-
Identifikasi
efek samping obat.
-
Diskusikan
teknik menghemat energi.
-
Berikan
informasi tentang alat bantu misalnya tongkat, tempat duduk, dan palang
keamanan.
-
Dorong
klien untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat
maupun pada saat melakukan aktivitas.
-
Diskusikan
pentingnya pemeriksaan lanjutan misalnya LED, kadar salisilat, PT.
-
Beri
konseling sesuai dengan prioritas kebutuhan klien.
Hasil yang diharapkan/Kriteria Evaluasi:
-
Menunjukkan
pemahaman tentang kondisi/pragnosis dan perawatan.
-
Mengembangkan
rencana untuk perawatan diri termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau
pembatasan aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Long C Barbara, Perawatan Medikal
Bedah (Suatu pendekatan proses Keperawatan), Yayasan Ikatan alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung, 1996
Smeltzer
C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih
Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.
Doenges,
EM. (2000 ), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001),
Jakarta, EGC.
Price,
S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology
Clinical Concept of Disease Process, Alih Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit, Jakarta, EGC.
Depkes,
RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan
pada Klien dengan Gangguan Sistem Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes.
R.
Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri
Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta, Balai Penerbit FK Universitas
Indonesia.
A. Soeparman (1995), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.
Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana Asuhan Keperawatan
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
|
Rencana
Tindakan
|
1.
|
Nyeri kronis berhubungan dengan
|
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 5 hari, klien
akan:
-
Menunjukkan
nyeri hilang/terkontrol
-
Klien
terlihat rileks dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
-
Mengikuti
program terapi
-
Menggabungkan
keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
|
-
Kaji
keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 – 10), catat
faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri.
-
Beri
matras dan kasur keras bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan saat klien beristirahat/tidur.
-
Bantu
klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk diskusi,
tinggikan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
-
Pantau
penggunaan bantal
-
Dorong
klien untuk mengubah posisi.
-
Bantu
klien untuk mengompres hangat pada
sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.
-
Pantau
suhu kompres
-
Dorong
untuk menggunakan
|
|
Kurang perawatan diri berhubungan dengan
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari klien akan:
-
Melaksanakan
aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan klien
-
Mendemonstrasikan
perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
-
Mengidentifikasi
sumber-sumber pribadi yang dapat memenuhi kebutuhan.
|
-
Diskusikan
tingkat fungsi umum; sebelum timbul eksaserbasi penyakit dan potensial
perubahan yang sekarang diantisipasi
-
Pertahankan
mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
-
Kaji
hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi rencana
untuk memodifikasi lingkungan.
-
Kolaborasi
untuk terapi okupasi
|
|
Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan lingkungan
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari klien dapat:
-
Mempertahankan
keamanan, lingkungan yang meningkatkan perkembangan
-
Mendemonstrasikan
penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.
|
-
Kaji
tingkat fungsi fisik
-
Evaluasi
lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri
-
Tentukan
sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individu
-
Identifikasi
sistem pendukung yang tersedia untuk klien
-
Identifikasi
untuk peralatan yang diperlukan misalnya alat-alat bantu mobilisasi.
|
|
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
kemampuan klien untuk mengingat informasi yang diberikan
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari klien akan:
-
Menunjukkan
pemahaman tentang kondisi/prognosis dan perawatan
-
Mengembangkan
rencana untuk keperawatan diri termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten
dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas
|
-
Tinjau
proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan
-
Diskusikan
kebiasaan klien dalam melaksanakan proses sakit melalui diet, obat-obatan dan
program diet seimbang, latihan dan istirahat.
-
Bantu
dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat,
perawatan diri, pemberian obat-obatan, terapi fisik dan manajemen stres.
-
Tekankan
pentingnya melanjutkan manajemen farmakologi terapi.
-
Identifikasi
efek samping obat.
-
Diskusikan
teknik menghemat energi
-
Berikan
informasi tentang alat bantu misalnya tongkat, tempat duduk dan palang
keamanan.
Beri konseling sesuai prioritas kebutuhan klien.
Teknik manajemen stres misalnya relaksasi progresif, sentuhan
terapeutik biofeedback, visualisasi, pedoman imajinasi hipnotis diri dan
pengendalian nafas.
-
Libatkan
dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
-
Beri
obat sebelum aktivitas latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
-
Bantu
klien dengan terapi fisik.
|
|
Gangguan Citra tubuh
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari klien akan:
-
Mengungkapkan
peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit
perubahan gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.
-
Menyusun
tujuan rencana realistis untuk masa mendatang.
|
-
Dorong
klien mengungkapkan mengenai masa lalu tentang proses penyakit, harapan masa
depan.
-
Diskusikan
arti dari kehilangan/ perubahan pada dirinya. Memastikan bagaimana pandangan
pribadi klien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termsuk aspek-aspek
seksual.
-
Akui dan
terima perasaan berduka, bermusuhan, dan ketergantungan.
-
Perhatikan
perilaku menarik diri, penyangkalan atau terlalu memperhatikan tubuh/
perubahannya.
-
Susun
batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien mengidentifikasi perilaku
positif yang dapat emmbantu koping.
-
Bantu
kebutuhan perawatan yang diperlukan klien.
-
Beri
bantuan positif bila perlu.
-
Ikutseratkan
dalam perencanaan dan pembuatan jadwal aktivitas.
|
|
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari klien dapat:
-
mempertahankan
fungsi posisi dengan tidak hadirnya kontraktor.
-
Mempertahankan
atau meningkatkan kekuatan dan fungsi komponen bagian tubuh.
-
Mendemonstrasikan
teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
|
-
Pantau
tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi.
-
Pertahankan
tirah baring/ duduk jika diperlukan.
-
Jadwal
aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus-menerus dan tidur
malam hari tidak terganggu.
-
Bantu
klien dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan isometrik
jika memungkinkan.
-
Dorong
klien untuk mempertahankan posisi tegak dan duduk tinggi, berdiri dan
berjalan.
-
Berikan
lingkungan yang aman.
-
Kolaborasi
ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vokasional.
|
0 komentar:
Posting Komentar