Jumat, 30 Agustus 2013

ASKEP KATARAK

KATARAK

1.      Pengertian
Katarak adalah kekeruhan(bayangan seperti awan) pada lensa tanpa disertai rasa nyeri yang berangsur-angsur penglihatan menjadi kabur dan akhirnya tidak dapat melihat oleh karena mata tidak dapat menerima cahaya.
Klasifikasi  katarak :
&  Katarak senilis
Dibagi dalam 4 stadium yaitu ;
a.       Katarak insipien : kekeruhan lensa sangat tipis terutama di bagian peifer kortek. Biasanya tidak menimbulkan gangguan penglihatan dan masih dapat dikoreksi 6/6.
b.      Katarak Imatur ; kekeruhan terutama terjadi di bagian posterior uji bayangan masih positif. Visus 3/60-6/30.
c.       Katarak matur : kekeruhan lensa sudah menyeluruh dan uji bayangan sudah negatif. Tajam penglihatan bervariasi antara 1/300 – seper tak terhingga.
d.      Katarak hipermetur : terjadi pengerutan kapsul lensa, kortek lensa mencair dan nukleus bergerak ke bawah disebut juga katarak Morgagni.
&   Katarak komplikata : katarak yang berkembang  sebagai efek langsung dari adanya penyakit intraokuler sesuai fisiologi lensa.Misal : uveitis anterior kronis, gloukoma kongesti akut.
&   Katarak toksika : jarang terjadi, biasanya karena obat steroid, klorpromazin, preparat emas.
&   Katarak yang berhubungan dengan penyakit sistemik : bisa menyertai kelainan sistemik DM, sindroma hipokalsemi, hipoparatiroidisme.
&   Katarak traumatik : katarak akibat trauma, paling sering adanya korpus alienum yang menyebabkan lesi atau injury pada lensa atau oleh trauma tumpul pada bola mata.
&   Katarak kongenital : kekeruhan lensa yang terjadi sejak lahir atau segera setelah lahir.


2.      Etiologi
Degenerasi, gangguan metabolik, radiasi, pengaruh zat kimia, infeksi dan penyakit mata lain.
Penyebab umumnya adalah karena proses ketuaan ( katarak senillis)
Kongenital, merupakan salah satu kelaianan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal seperti pada german measless.
Penyebab yang lain bisa meliputi trauma, infeksi pada traktur uvea, penyakit sistemik seperti DM dan pemaparan berlebihan dengan sinar ultraviolet

3.      Patofisiologi
Lensa normalnya bening/transparan agar cahaya dapat masuk kedalam mata. Perubahan biokimia dapat terjadi pada lensa, sehingga menyebabkan perubahan pada susunan anatomi maupun fisiologinya
Trauma dapat menyebabkan perubahan pada serabut-serabut yang menyebabkan lensa menjadi keruh, kemudian menghalangi jalannya cahaya yang masuk kedalam retina. Katarak matur merupakan perkembangan dari berbagai  katarak pada kapsul lensa. Dewasa ini katarak dapat di hilangkan melalui tindakan operasi.
Bagaimanapun derajat penurunan tajam penglihatan akan mengganggu aktifitas sehari-hari. Katarak dapat berkembang pada kedua mata, sebagaimana pada katarak senillis, hanya saja rentangnya yang berbeda

4.      Tanda dan Gejala
a.       Tanda : Lensa keruh, Penglihatan kabur secara berangsur-angsur tanpa rasa sakit, pupil berwarna putih, miopisasi pada katarak intumessen.
b.      Gejala : Merasa silau terhadap cahaya matahari, Penglihatan kabur secara berangsur-angsur tanpa rasa sakit, Penglihatan diplopia monokuler (dobel), Persepsi warna berubah, perubahan kebiasaan hidup.

5.      Golongan berisiko
Golongan yang berisiko mengidap katarak adalah seperti berikut:
-        DM
-        Merokok
-        Peningkatan asam urat
-        Hipertensi
-        Defisiensi anti oksidan
-        Miopi yang tinggi
-        Ibu mengandung yang mengidap penyakit rubella
-                           Orang dewasa yang berusia 60 tahun keatas
6.      Diagnosis :
a.       Kartu snellen : untuk memeriksa tajam penglihatan, pada stadium insipien dan imatur dicoba untuk koreksi
b.      Lampu senter : untuk memeriksa pupil. Reflek pupil masih normal, tampak kekeruhan pada lensa, terutama bila pupil dilebarkan. Proyeksi sinar dan warna pada katarak matur diperiksa untuk mengetahui fungsi retina secara garis besar.
c.       Oftalmoskopi : pupil hendaknya dilebarkan dulu. Pada katarak insipien dan matur tampak kekeruhan, kehitam-hitaman dengan latar belakang kemerahan, sedang pada katarak matur hanya tampak warna kehitaman.
d.      Slit lamp : untuk mengetahui posisi dan tebal kekeruhan.
7.      Data Penunjang
-        Pemeriksaan laboratorium
-        Pemeriksaan EKG
-        Pemeriksaan USG mata
-        Pemeriksaan biometri
8.         Komplikasi
Komplikasi pada katarak yang mungkin terjadi antara lain :
-        Glaukoma
-        Hyphema
-        Tegangan pada jahitan
-        Infeksi
9.      Penatalaksanaan
a.      Non Bedah :
Tak ada spesifik, midriatik siklopegik dapat digunakan pada katarak sentral yang kecil.

b.      Bedah :
Dilakukan bila tajam penglihatan sudah mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila katarak senilis sudah matur.
Pengangkatan lensa dapat dilakukan dengan :
a.       Ekstrakapsuler + IOL
b.      Intrakapsule + IOL
c.       Setelah itu, untuk koreksi afakia dapat dipakai : kacamata, lensa kontak atau pemasangan/implantasi lensa intra okuler.

10.  Diagnosa keperawatan
·         Pre bedah
1. Kurang Pengetahuan
2.Cemas b/d krisis situasional
·         Pasca bedah
3.Resiko Infeksi b/d tindakan invasive Resiko Infeksi b/d tindakan invasive
4.Nyeri akut b/d cidera fisik akibat pembedahan

1
Kurang Pengetahuan

Definisi :
Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic spesifik.

Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai.


Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
NOC :
v  Kowlwdge : disease process
v  Kowledge : health Behavior

Kriteria Hasil :
v  Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
v  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
v  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
NIC :
Teaching : disease Process
1.      Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
2.      Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3.      Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
4.      Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5.      Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
6.      Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7.      Hindari harapan yang kosong
8.      Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
9.      Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
10.  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11.  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
12.  Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
13.  Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
14.  Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat




2

Cemas b/d krisis situasional

Definisi :
Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menyetujui terhadap tindakan
Ditandai dengan
Gelisah
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
Cemas

NOC :
v  Anxiety control
v  Coping
v  Impulse control

Kriteria Hasil :
v  Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
v  Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
v  Vital sign dalam batas normal
v  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
v  Gunakan pendekatan yang menenangkan
v  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
v  Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
v  Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres
v  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
v  Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
v  Dorong keluarga untuk menemani anak
v  Lakukan back / neck rub
v  Dengarkan dengan penuh perhatian
v  Identifikasi tingkat kecemasan
v  Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
v  Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
v  Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
v  Barikan obat untuk mengurangi kecemasan






3
Pasca Bedah
Resiko Infeksi b/d tindakan invasive Resiko Infeksi b/d tindakan invasive

Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
v  Prosedur Infasif
v  Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen
v  Trauma
v  Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
v  Ruptur membran amnion
v  Agen farmasi (imunosupresan)
v  Malnutrisi
v  Peningkatan paparan lingkungan patogen
v  Imonusupresi
v  Ketidakadekuatan imum buatan
v  Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
v  Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik)
v  Penyakit kronik
NOC :
v  Immune Status
v  Knowledge : Infection control
v  Risk control

Kriteria Hasil :
v  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
v  Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,
v  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
v  Jumlah leukosit dalam batas normal
v  Menunjukkan perilaku hidup sehat

NIC :
Infection Control (Kontrol infeksi)
v  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
v  Pertahankan teknik isolasi
v  Batasi pengunjung bila perlu
v  Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
v  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
v  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
v  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
v  Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
v  Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
v  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
v  Tingktkan intake nutrisi
v  Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
v  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
v  Monitor hitung granulosit, WBC
v  Monitor kerentanan terhadap infeksi
v  Batasi pengunjung
v  Saring pengunjung terhadap penyakit menular
v  Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
v  Pertahankan teknik isolasi k/p
v  Berikan perawatan kuliat pada area epidema
v  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
v  Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
v  Dorong masukkan nutrisi yang cukup
v  Dorong masukan cairan
v  Dorong istirahat
v  Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
v  Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
v  Ajarkan cara menghindari infeksi
v  Laporkan kecurigaan infeksi
v  Laporkan kultur positif

4
Nyeri akut b/d cidera fisik akibat pembedahan

Definisi :
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.

Batasan karakteristik :
Laporan secara verbal atau non verbal
Fakta dari observasi
Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
Gerakan melindungi
Tingkah laku berhati-hati
Muka topeng
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan dan minum

Faktor yang berhubungan :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)

NOC :
v  Pain Level,
v  Pain control,
v  Comfort level
Kriteria Hasil :
v  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
v  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
v  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
v  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
v  Tanda vital dalam rentang normal

NIC :

Pain Management

v  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
v  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
v  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
v  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
v  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
v  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
v  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
v  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
v  Kurangi faktor presipitasi nyeri
v  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
v  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
v  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
v  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
v  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
v  Tingkatkan istirahat
v  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
v  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration
v  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
v  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
v  Cek riwayat alergi
v  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
v  Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
v  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
v  Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
v  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
v  Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
v  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)








0 komentar:

Posting Komentar

 
;