Jumat, 30 Agustus 2013

ASKEP LIMFOMA

LIMFOMA

Definisi

Limfoma merupakan golongan gangguan limfoproliferatif. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi dikaitkan dengan virus Epstein Barr yang ditemukan pada limfoma Burkitt. Dua kategori besar limfoma dilakukan atas dasar histopatologis mikroskopik kelenjar limfe yang terlibat. Kategori tersebut adalah limfoma penyakit Hodkin dan Non – Hodkin.

Patofisiologi
Awal pembentukan tumor pada gangguan ini adalah pada jaringan limfatik sekunder (seperti kelenjar limfe dan limpa)dan selanjutnya dapat timbul penyebaran ke sumsum tulang dan jaringan lain.
Klasifikasi Ann Arbor untuk menentukan stadium penyakit Hodkin dan Limfoma :
1.      Stadium 1 : penyakit mengenai satu kelenjar limfe regional yang terletak di atas atau di bawah diafragma, atau satu  organ atau tempat ekstralimfatik
2.      Stadium 2 : penyakit mengenai lebih dari dua daerah yang berdekatan atau dua daerah yang tidak berdekatan pada satu sisi diafragma, atau satu organ atau tempat ekstralimfatik sepanjang satu kelenjar limfe regional atau lebih pada sisi yang sama dari diafragma
3.      Stadium 3 : penyakit menyebar ke atas dan ke bawah diafragama  , tetapi terbatas hanya pada kelenjar – kelenjar limfe atau ditambah dengan organ atau tempat ekstralimfatik
4.      Stadium 4 : penyakit telah menjadi difus atau menyebar mengenai satu atau lebih organ atau jaringan ekstralimfatik, seperti sumsum tulang belakang atau hati.

Penyakit Hodkin

Secara histologis penyakit ini diklasifikasikan sebagai lymphocyte predominance, nodular sclerosis, mixed celularity, atau lymphocyte depletion. Predominansi limposit umumnya terbatas pada stadium 1 atau 2, sedangkan sclerosis nodular terjadi dengan terlibatnya hilus dan mediastinum. Deplesi limfosit sering terlihat pada penyakit stadium 3 atau 4. Sel Reed Stenberg yang merupakan bentuk histiosit (makrofag jaringan )ganas adalah temuan khas pada limfoma Hodkin 

Penyakit non Hodkin

Merupakan kelompok penyakit heterogen yang dapat didefinisikan sebagai keganasan jaringan limfoid selain penyakit Hodkin. Penyebabnya tidak diketahui ; kemungkinan virus.

Tanda dan gejala

Penyakit Hodkin
Penderita muda umumnya menunjukan kelenjar limfe yang keras , teraba seperti karet, dan membesar, di daerah leher bawah atau daerah supraklavikula, atau disertai batuk kering non produktif sekunder akibat limfadenopati hilus. Kira – kira 25 % dari penderita memiliki gejala demam persisten yang tidak diketahui penyebabnya dan atau keringat di malam hari. Ditambah penurunan berat badan. Pada kasus – kasus tertentu terdapat demam Pel –Ebstein (demam yang memiliki pola siklis , dimana suhu tubuh pada malam hari meningkat, berlangsung dari beberapa hari sampai berminggu – minggu).
Penyakit non Hodkin
 Timbul gejala – gejala demam, penurunan berat badan, berkeringat pada malam hari, tapi insidennya lebih rendah disbanding penyakit Hodkin. Kira – kira 20% atau lebih penderita menunjukan gejala   - gejala yang berkaitan dengan pembesaran kelenjar limfe retroperitonial atau mesenterium, dan timbul nyeri abdomen atau buang air besar yang tidak teratur.

Kemungkinan komplikasi
Apabila penyakit tidak ditangani , perjalanannya akan berlanjut ; pasien akan kehilangan berat badan  dan menjadi kakeksia (kelemahan secara fisik), terjadi infeksi, anemia, timbul edema anasarka(edema umum yang berat,), tekanan darah turun dan kematian pasti akan terjadi dalam    1 – 3 tahun tanpa penaganan.

Pemeriksaan penunjang
Diagnosis penyakit Hodkin tergantung pada ditemukannya sel Reed Sternberg di nodus limfatikus yang diambil. Uji laboratorium meliputi hitung darah lengkap , hitung trombosit, laju endap darah, dan pemeriksaan fungsi hati dan ginjal. Biopsy sumsum tulang dan scan hati dan limpa dilakukan untuk menentukan apakah organ tersebut terlibat. Rontgen dada dan scan tulang pelvis, vertebra dan tulang panjang dilakukan untuk mengidentifikasi keterlibatanya.

Penatalaksanaan
Pada penyakit Hodkin penatalaksanaan terutama ditentukan oleh stadium penyakitnya dan bukan oleh jenis histologisnya. Penyakit Hodkin potensial dapat disembuhkan dengan radioterapi, selama masih terbatas pada rangkaian nodus limfe, limpa dan orofaring. Pasien yang penyakitnya belum menyebar harus mendapat radiasi kuratif dengan dosis yang cukup tinggi untuk menghancurkan sel tumor tidak hanya pada nodus tumor yang jelas tampak, tapi juga pada nodus di sekitarnya dan rangkaian nodus limfatikus. Bila ada tanda penyebaran di luar daerah yang dapat ditangani tentu saja secara otomatis tidak memungkinkan pasien untuk menjalani program tersebut, dimana pada kasus tersebut dapat diberikan kombinasi kemoterapi dan radioterapi paliatif.
Pada penyakit non Hodkin, apabila masih terlokalisasi , radiasi merupakan penanganan pilihan. Jika terdapat keterlibatan umum , dipakai kombinasi kemoterapi.

KEMOTERAPI
Pengertian
Kemoterapi adalah obat anti cancer yang diberikan dengan tujuan untuk menghambat pertumbuhan dan menghancurkan sel-sel cancer.

Teknik memberikan kemoterapi
1.      Teknik adjuvant, yaitu kemoterapi diberikan sesudah operasi tujuannya untuk menghancurkan sel-sel cancer yang sudah terlanjur menyebar tetapi belum memberikan gejala (mikro metastase).
2.      Teknik neoadjuvant, yaitu kemoterapi diberikan sebelum operasi tujuannya untuk membuat tumor yang sangat besar bila diopersai menjadi lebih kecil sehingga memungkinkan untuk dilakukan operasi.
3.      Teknik memberikan kemoterapi pada cancer yang sudah metastase, dengan tujuan untuk menghilangkan gejala, merperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia penderita. 


Cara memberikan kemoterapi
            Kemoterapi diberikan melalui injeksi intravena, ada juga yang per oral, frekuensi pemberian tergantung dari jenis obat dan regimen yang digunakan. Umumnya diberikan setiap 3-4 minngu, ada juga yang setiap 1-2 minggu. Lama pemberian 4-6 kali ada beberapa yang diberikan 8-12 kali. Untuk evaluasi hasil pengobatan teknik neoadjuvant dilakukan setelah tiga kali siklus, untuk teknik adjuvant antara 3-5 tahun, dan akan dilakukan pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik, laboratorium, USG, CT-Scan setiap 6-12 bulan. Syarat pemberian kemoterapi adalah keadaan umum baik, tidak didapatkan gangguan fungsi darah, hati dan ginjal.

Efek samping Kemoterapi
            Efek samping kemoterapi yang paling sering dijumpai adalah mual, muntah, penurunan jumlah sel-sel darah, dan rambut rontok, efeksamping yang lain relatif jarang dijumpai tergantung dari jenis obat yang diberikan.
            Faktor utama yang menentukan apakah penderita yang menjalani kemoterapi akan mengalami mual-muntah adalah jenis obat yang diberikan. Beberapa jenis obat  efek mual dan muntahnya sangat kuat adalah golongan cisplatin, yang efek mual sangat ringan golongan 5 FU.
            Kemoterapi dapat menimbulkan muntah karena obat kemoterapi merangsang saraf mual yang terdapat di dinding saluran cerna, kedua akan merangsang pusat mual dan muntah yang ada di otak. Mual-muntah dapat terjadi akut 1 sampai 24 jam pertama setelah kemoterapi, lambat terjadi 2 sampai 7 hari setelah kemoterapi, bahkan ada yang sebelum kemoterapi yang disebut antisipatori vomitus.
            Prinsip utama pengangan muntah akibat kemoterapi adalah pencegahan dengan cara memberikan obat anti mual dan muntah sebelum kemoterapi diberikan. Efek samping kerontokan rambut tidak dapat dicegah tetapi rambut akan tumbuh 3 sampai 6 bulan setelah kemoterapi selesai.





PROSES PERAWATAN PADA KLIEN LIMFOMA YANG MENJALANI KEMOTERAPI
PENGKAJIAN
            Hal yang perlu dikaji pada klien dengan limfoma adalah reaksi klien terhadap diagnosis dan kemampuannya untuk mengatasi situasi tersebut, keluhan yang dirasakan sebelum kemoterapi, selama dan sesudah kemoterapi.
            Berdasarkan pengkajian dan gejala yang muncul diagnosa keperawatan utama mencakup antara lain :
1.      Kurang pengetahuan tentang penyakit limfoma, terapi (kemoterapi) dan pilihan pengobatan berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi.
2.      Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri kimia (proses cancer, atau terapi kemoterapi, diskontinuitas jaringan).
3.      Resiko infeksi berhubungan dengan inadekuat pertahanan primer atau imunosupresi.
4.      Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor psikologis.
5.      Cemas berhubungan dengan status kesehatan. 
6.      Hipertermi berhubungan dengan penyakitnya. 

RENCANA KEPERAWATAN
1.      Dx : Kurang pengetahuan tentang penyakit limfoma, terapi (kemoterapi) dan pilihan pengobatan berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi.
NOC dan indikator
NIC dan aktifitas
NOC : Pengetahuan tentang penyakit dan terapi, setelah diberikan penjelasan 2x klien mengerti proses penyakit dan program terapi serta perawatan yang diberikan.
Indikator :
Klien mampu menjelaskan kembali tentang proses penyakit. Program terapi dan mengenal kebutuhan perawatan tanpa cemas
NIC : Pengetahuan penyakit
Aktifitas :
1.      Jelaskan tentang proses penyakit.
2.      Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobatan.
3.      Jelaskan tindakan untuk mencegah komplikasi.
4.      Tanyakan kembali   pengetahuan klien tentang penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan.

2.      Dx Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri kimia (proses cancer, atau terapi kemoterapi, diskontinuitas jaringan).
NOC dan indikator
NIC dan aktifitas
NOC : Kontrol nyeri, setelah dilakukan perawatan 3x24 jam nyeri klien berkurang.
Indikator,
1.       Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri.
2.       Klien menyatakan nyeri berkurang.
3.       Klien mampu istirahat/tidur.
4.       Menggunakan teknik non farmakologi.
NIC : Manajemen nyeri
Aktifitas :
1.      Lakukan penilaian terhadap nyeri, lokasi, karakteristik dan faktor-faktor yang dapat menambah nyeri.
2.      Amati isyarat non verbal tentang kegelisahan.
3.      Fasilitasi lingkungan nyaman.
4.      Berikan obat anti sakit.
5.      Bantu klien menemukan posisi yang nyaman.
6.      Berikan massage di punggung.


3.      Dx Resiko infeksi berhubungan dengan inadekuat pertahanan primer atau imunosupresi.
NOC dan indikator
NIC dan aktifitas
NOC : Kontrol infeksi dan kontrol resiko, setelah dilakukan perawatan 3x24 jam tidak terjadi infeksi sekunder.
Indikator,
1.      Bebas dari tanda-tanda infeksi.
2.      Angka leukosit normal.
3.      Klien mengatakan tahu tentang tanda-tanda infeksi.

NIC : Perawatan payudara/luka
Aktifitas :
1.      Amati luka dari tanda-tanda infeksi.
2.      Lakukan perawtan payudara dengan teknik aseptik dan gunakan kassa steril untuk mearawat dan menutup luka.
3.      Anjurkan pada klien untuk melaporkan dan mengenali tanda-tanda infeksi.
4.      Kelola terapi sesuai program. 

NIC : Kontrol infeksi
1.      Batasi pengunjung.
2.      Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat klien.
3.      Tingkatkan masukan gizi yang cukup.
4.      Anjurkan istirahat cukup.
5.      Pastikan penanganan asepti derah IV.
6.      Berikan PENKES tentang resiko infeksi.
4.      Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor psikologis.
NOC dan indikator
NIC dan aktifitas
NOC : Status nutrisi, setelah diberikan penjelasan dan perawatan 4x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Indikator :
1.   Pemasukan nutrisi yang adekuat.
2.   Klien mampu menghabiskan diet yang dihidangkan.
3.   Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
4.   Nilai laboratorium, protein total 6-8 gr%, albumin 3,5-5,4 gr%, globulin 1,8-3,6 gr%, Hb tidak kurang dari 10 gr%.
5.   Membran mukosa dan konjungtiva tidak pucat.
NIC : Terapi gizi.
Aktifitas :
1.  Monitor masukan makanan/minuman dan hitung kalori harian secara tepat.
2.  Kolaborasi ahli gizi.
3.  Pastikan dapat diet TKTP.
4.  Berikan perawatan mulut.
5.  Pantau hasil laboratorium protein, albumin, globulin dan Hb.
6.  Jauhkan benda-benda yang tidak enak untuk dipandang seperti urinal, kotak drainase bebat dan pispot.
7.  Sajikan makanan yang hangat dengan variasi yang menarik.


5.      Cemas berhubungan dengan status kesehatan.   
NOC dan indikator
NIC dan aktifitas
NOC : Kontrol kecemasan dan coping, setelah dilakukan perawatan 2x24 jam cemas klien hilang atau berkurang.
Indikator,
1.      Mengungkapkan cara mengatasi cemas.
2.      Mampu menggunakan coping.
3.      Bisa tidur.
4.      Mengungkapkan tidak ada penyebab fisik yang dapat menyebabkan cemas
NIC : Penurunan kecemasan.
Aktifitas :
1.      Bina hubungan saling percaya.
2.      Libatkan keluarga.
3.      Jelaskan semua prosedur.
4.      Hargai pengetahuan klien tentang penyakitnya.
5.      Bantu klien untuk mengefektifkan sumber support.
7.      Berikan reinforcemen untuk menggunakan sumber coping yang efektif.





6.      Hipertermi berhubungan dengan penyakitnya. 
NOC dan indikator
NIC dan aktifitas
NOC : Termoregulasi, setelah dilakukan perawatan 1x24 jam klien dapat menunjukkan termoregulasi yang baik.
Indikator,
1.      Suhu tubuh dalam batas normal.
2.      Nadi dan RR dalam rentang normal.
3.      Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak pusing.
NIC : Pengaturan suhu
Aktifitas
1.   Monitor suhu tiap 2 jam.
2.   Monitor TD, nadi dan RR.
3.   Monitor warna dan suhu kulit.
4.   Monitor tanda-tanda hipertemi dan hipotermi.
5.   Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.
6.   Selimuti klien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh.
7.   Ajarkan pada klien cara mencegah keletihan akibat panas.
8.   Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan.
9.   Berikan antipiretik jika perlu


0 komentar:

Posting Komentar

 
;