Jumat, 30 Agustus 2013

MAKALAH INFEKSI NIFAS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Di negara maju maupun negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, di samping ketidak tersediaan pelayanan atau rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan. Oleh karena itu, pelayanan pascapersalianan harus terselenggara pada masa nifas atau puerperium untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.
1.2.Tujuan
1.      Mengetahui pengertian infeksi nifas
2.      Mengetahui etiologi infeksi nifas
3.      Mengetahui patofisiologi infeksi nifas
4.      Mengetahui cara terjadinya infeksi
5.      Mengetahui Faktor Predisposisi Infeksi Nifas
6.      Mengetahui Tanda dan Gejala Infeksi Nifas
7.      Mengetahui Klasifikasi Infeksi Nifas
8.      Mengetahui Pencegahan Infeksi Nifas
9.      Mengetahui Pengobatan Infeksi Nifas
10.  Mengetahui Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
            Infeksi Nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang masuk ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38 derajat Celsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama (Joint Committee on Maternal Welfare, AS).
2.2. Etiologi
Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ kandungan maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi:
  1. Ektogen (kuman datang dari luar)
  2. Autogen (kuman dari tempat lain)
  3. Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)
Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh:
  1. Streptococcus Haemolyticus Aerobic
  2. Staphylococcus Aerus
  3. Escheria Coli
  4. Clostridium Welchii


·         Streptococcus Haemolyticus Aerobic
Streptococcus Haemolyticus Aerobic merupakan penyebab infeksi yang paling berat. Infeksi ini bersifat eksogen (misal dari penderita lain, alat yang tidak steril, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
·         Staphylococcus Aerus
Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan penyebab infeksi sedang. Sering ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampak sehat.
·         Escheria Coli
Escheria Coli berasal dari kandung kemih atau rektum. Escheria Coli dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium. Kuman ini merupakan penyebab dari infeksi traktus urinarius.
·         Clostridium Welchii
Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan persalinan ditolong dukun.

2.3. Patofisiologi Infeksi Nifas

Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas insersio (pelekatan) plasenta. Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi oleh trombus. Selain itu, kuman dapat masuk melalui servik, vulva, vagina dan perineum.
2.4.Cara Terjadi Infeksi
Infeksi nifas dapat terjadi karena:
  1. Manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksaan dalam berulang-ulang.
  2. Alat-alat tidak steril/ suci hama.
  3. Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat yang terkontaminasi.
  4. Infeksi nosokomial rumah sakit.
  5. Infeksi intrapartum.
  6. Hubungan seksual akhir kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah dini.
2.5.Faktor Predisposisi Infeksi Nifas
Faktor predisposisi infeksi nifas antara lain:
  1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan banyak, pre eklampsia, malnutrisi, anemia, infeksi lain (pneumonia, penyakit jantung, dsb).
  2. Persalinan dengan masalah seperti partus/persalinan lama dengan ketuban pecah dini, korioamnionitis, persalinan traumatik, proses pencegahan infeksi yang kurang baik dan manipulasi yang berlebihan.
  3. Tindakan obstetrik operatif baik per vaginam maupun per abdominal.
  4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim.
  5. Episiotomi atau laserasi jalan lahir.
2.6.Tanda dan Gejala Infeksi Nifas
Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain demam, sakit di daerah infeksi, warna kemerahan, fungsi organ terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas adalah sebagai berikut:
  1. Infeksi lokal
  2. Infeksi umum

*      Infeksi lokal

Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokia bercampur nanah, mobilitas terbatas, suhu badan meningkat.

*      Infeksi umum

Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi meningkat, pernafasan meningkat dan sesak, kesadaran gelisah sampai menurun bahkan koma, gangguan involusi uteri, lokia berbau, bernanah dan kotor.
2.7.Klasifikasi Infeksi Nifas
Penyebaran infeksi nifas terbagi menjadi 2 golongan yaitu:
  1. Infeksi terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium.
  2. Infeksi yang penyebarannya melalui vena-vena (pembuluh darah).
  3. Infeksi yang penyebarannya melalui limfe.
  4. Infeksi yang penyebarannya melalui permukaan endometrium.

1.      Infeksi pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium

Penyebaran infeksi nifas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium meliputi:
  1. Vulvitis
  2. Vaginitis
  3. Servisitis
  4. Endometritis

v  Vulvitis

Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan terjadi di bekas sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah.

v  Vaginitis

Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu pasca melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau luka perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah dari daerah ulkus.

v  Servisitis

Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.

v  Endometritis

Endometritis paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat naik turun. Kumankuman memasuki endometrium (biasanya pada luka insersio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.

2.      Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah

Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah adalah Septikemia, Piemia dan Tromboflebitis pelvica. Infeksi ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus Hemolitikus Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi nifas.

v  Septikemia

Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya langsung masuk ke dalam peredaran darah dan menyebabkan infeksi.
Gejala klinik septikemia lebih akut antara lain: kelihatan sudah sakit dan lemah sejak awal; keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140 – 160 x per menit atau lebih; suhu meningkat antara 39-40 derajat Celcius; tekanan darah turun, keadaan umum memburuk; sesak nafas, kesadaran turun, gelisah.

v  Piemia

Piemia dimulai dengan tromflebitis vena-vena pada daerah perlukaan lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil yang dibawa ke peredaran darah, kemudian terjadi infeksi dan abses pada organ-organ yang diserangnya.
Gejala klinik piemia antara lain: rasa sakit pada daerah tromboflebitis, setelah ada penyebaran trombus terjadi gejala umum diatas; hasil laboratorium menunjukkan leukositosis; lokia berbau, bernanah, involusi jelek.

v  Tromboflebitis

Radang pada vena terdiri dari tromboflebitis pelvis dan tromboflebitis femoralis. Tromboflebitis pelvis yang sering meradang adalah pada vena ovarika, terjadi karena mengalirkan darah dan luka bekas plasenta di daerah fundus uteri. Sedangkan tromboflebitis femoralis dapat menjadi tromboflebitis vena safena magna atau peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran tromboflebitis vena uterin, dan akibat parametritis. Tromboflebitis vena femoralis disebabkan aliran darah lambat pada lipat paha karena tertekan ligamentum inguinale dan kadar fibrinogen meningkat pada masa nifas.

3.      Infeksi nifas yang penyebaran melalui jalan limfe

Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe antara lain peritonitis dan parametritis (Sellulitis Pelvika).

v  Peritonitis

Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvio peritonitis). Gejala klinik antara lain: demam, nyeri perut bawah, keadaan umum baik. Sedangkan peritonitis umum gejalanya: suhu meningkat, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, terdapat abses pada cavum douglas, defense musculair, fasies hypocratica. Peritonitis umum dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh kamatian karena infeksi.

v  Parametritis (sellulitis pelvika)

Gejala klinik parametritis adalah: nyeri saaat dilakukan periksa dalam, demam tinggi menetap, nadi cepat, perut nyeri, sebelah/kedua belah bagian bawah terjadi pembentukkan infiltrat yang dapat teraba selama periksa dalam. Infiltrat terkadang menjadi abses.

4.      Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium

Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium adalah salfingitis dan ooforitis. Gejala salfingitis dan ooforitis hampir sama dengan pelvio peritonitis.

2.8.Pencegahan Infeksi Nifas

Infeksi nifas dapat timbul selama kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga pencegahannya berbeda.

a.      Selama kehamilan

Pencegahan infeksi selama kehamilan, antara lain:
  1. Perbaikan gizi.
  2. Hubungan seksual pada umur kehamilan tua sebaiknya tidak dilakukan.

b.      Selama persalinan

Pencegahan infeksi selama persalinan adalah sebagai berikut:
  1. Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalan lahir.
  2. Membatasi perlukaan jalan lahir.
  3. Mencegah perdarahan banyak.
  4. Menghindari persalinan lama.
  5. Menjaga sterilitas ruang bersalin dan alat yang digunakan.

c.       Selama nifas

Pencegahan infeksi selama nifas antara lain:
  1. Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.
  2. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama.
  3. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat.
  4. Membatasi tamu yang berkunjung.
  5. Mobilisasi dini.
2.9.Pengobatan Infeksi Nifas
Pengobatan infeksi pada masa nifas antara lain:
  1. Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka operasi dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat.
  2. Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
  3. Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium.
  4. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai.
2.10. Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas
Infeksi nifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut:
  1. Pemberian Sulfonamid – Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185 gr, sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian peroral.
  2. Pemberian Penisilin – Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM, penisilin G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam IM ditambah ampisilin kapsul 4×250 gr peroral.
  3. Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.
  4. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.
  5. Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.



BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Luka-luka pascapersalinan harus dirawat dengan baik. Menjaga kebersihan pada bekas luka mutlak dilakukan. Alat-alat, pakaian, dan kain yang dikenakan ibu harus benar-benar dijaga kebersihannya. Hal lain yang juga harus diwaspadai selama masa nifas selain infeksi adalah terjadinya anemia. Bila ibu mengalami perdarahan yang sangat banyak, atau sudah terjadi anemia selama masa kehamilan, hal ini dikhawatirkan akan memengaruhi proses kontraksi pada rahim untuk kembali seperti semula. Ini terjadi karena darah tak cukup memberikan oksigen ke rahim. Bila anemia hanya ringan, maka untuk mengatasinya cukup dengan mengonsumsi makanan kaya zat besi. Namun bila kondisinya sangat parah, dokter akan melakukan transfusi darah.

3.2. Saran
Supaya tidak terjadi infeksi pada masa nifas, saat hamil cegah jangan sampai terjadi anemia, malnutrisi, serta munculnya penyakit-penyakit yang diderita ibu. Sebaiknya juga tidak melakukan, mengurangi, atau melakukan dengan hati-hati hubungan seksual saat hamil tua karena bisa menyebabkan pecahnya ketuban dan menjadi jalan masuk kuman penyebab infeksi ke dalam jalan lahir.






DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendekia.
Khaidir, M. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan
Infeksi Nifas.
khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/askep-
klien-dengan-infeksi-nifas.html diunduh 4 Oktober 2011. 01:04 AM.





0 komentar:

Posting Komentar

 
;