Selasa, 02 Juli 2013

KONSEP ANC (Antenatal Care) Dan PIJAT BAYI



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan profesional keperawatan yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya, berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik dan psikososial untuk mencapai kesejahteraan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan mendidik WUS dan melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah kehamilanpersalinan dan nifas, membantu dan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan secara dini dari keadaan normal selama kehamilan sampai persalinan dan masa diantara dua kehamilan, memberikan konsultasi tentang perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan, membantu dalam proses persalinan dan menolong persalinan normal, merawat wanita masa nifas dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari menuju kemandirian, merujuk kepada tim kesehatan lain untuk kondisi­kondisi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.

B.       Tujuan
a.      Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memehami konsep keperawatan maternitas tentang cara pemberian asuhan keperawatan antenatal care.


b.      Tujuan Khusus
·      Mahasiswa dapat memahami pengertian ANC
·      Mahasiswa dapat memahami tujuan ANC
·      Mahasiswa dapat memahami fase kehamilan
·      Mahasiswa dapat memahami tanda dan gejala ANC
·      Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang ANC
·      Mahasiswa dapat memahami perubahan-perubahan dan adaptasi psikologis dalam masa kehamilan
·      Mahasiswa dapat memahami teknik pemijatan bayi
·      Mahasiswa dapat memahami tujuan pemijatan bayi
·      Mahasiswa dapat memahami manfaat pemijatan bayi

C.      Manfaat
1.      Memberikan penjelasan tentang konsep antenatal care dan pemberian asuhan keperawatanya.
2.      Mengetahui teknik pemijatan bayi dan dapat mengaplikasikan denan benar sesuai teori yang ada.














BAB II
Tinjauan teori

A.      Definisi Antenatal Care
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghdapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008).
Pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Prawiroharjo 2005)
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan. (Henderson 2006)

B.       Tujuan Antenatal care
Menurut Depkes RI (2004) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.
Tujuan:
1.    Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
2.    Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi.
3.    Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4.    Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5.    Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Eksklusif.
6.    Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
7.    Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

C.      Dampak Tidak Memeriksakan Kehamilan Secara Teratur
Pelayanan/asuhan antenatal memiliki manfaat yang baik untuk mengetahui perkembangan ibu hamil dan juga janin dalam kandungannya, hal itu dapat tercapai juka ibu melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur dan jika tidak maka akan beresiko bagi ibu dan janin dalam kandungan, dalam Ratirochmat (2009), dijelaskan dampak tersebut sebagai berikut:
1.    Tidak dapat diupayakan kehamilan yang sehat
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi sehingga ibu hamil memerlukan pemantauan selama kahamilan agar dapat diupayakan kehamilan yang sehat.
2.    Tidak dapat melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta persiapan rujukan bila diperlukan.
Dengan tidak memeriksakan keamilan secara teratur maka tidak dapat dikenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum sehingga penatalaksanaan awal dan persiapan rujukan tidak dapat dipersiapkan.
3.    Tidak dapat melakukan Persiapan persalinan yang bersih dan aman
Dengan tidak terdeteksi komplikasi sejak dini maka dapat berdampak pada persalinan dan nifas yang bermasalah.
4.    d.   Ibu, suami dan Keluarga tidak dapat mengetahui perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.



D.      Manifestasi Klinis Anc
Tanda dan gejala (keluhan) pada wanita hamil :
1.    Morning Sicknees
Morning sickness adalah hal yang wajar terjadi pada ibu hamil, terutama di masa-masa awal kehamilan. Setiap pagi, dilalui dengan mual, muntah, juga diiringi dengan pusing kepala. Segala aktivitas menjadi terhambat, karena harus banyak-banyak beristirahat. Hampir sepertiga ibu hamil di dunia mengalami ini. Jadi, jangan kuatir.
Yang patut diwaspadai adalah manakala morning sickness ini menjadi tidak wajar. Misalkan, ada yang sampai tidak bisa melihat makanan dalam bentuk apapun, muntah setiap kali makan sehingga harus diopname berkali-kali.
2.    Kaki keram
3.    Varises tampak
4.    Sesak bagian bawah
5.    Pinggang pegal
6.    Edema
7.    Hemeroit

E.       Fase Kehamilan
Dalam pertumbuhan janin ada beberapa fase yaitu :
1.    Fase 0 – 4 Minggu
Pada minggu-minggu awal ini, janin memiliki panjang tubuh kurang lebih 2 mm. Perkembangannya juga ditandai dengan munculnya cikal bakal otak, sumsum tulang belakang yang masih sederhana, dan tanda-tanda wajah yang akan terbentuk.
2.    Fase 4 – 8 Minggu
Ketika usia kehamilan mulai mencapai usia 6 minggu, jantung janin mulai berdetak, dan semua organ tubuh lainnya mulai terbentuk. Muncul tulang-tulang wajah, mata, jari kaki, dan tangan.

3.    Fase 8 – 12 Minggu
Saat memasuki minggu-minggu ini, organ-organ tubuh utama janin telah terbentuk. Kepalanya berukuran lebih besar daripada badannya, sehingga dapat menampung otak yang terus berkembang dengan pesat. Ia juga telah memiliki dagu, hidung, dan kelopak mata yang jelas. Di dalam rahim, janin mulai diliputi cairan ketuban dan dapat melakukan aktifitas seperti menendang dengan lembut. Organ-organ tubuh utama janin kini telah terbentuk.
4.    Fase 12 – 16 Minggu
Paru-paru janin mulai berkembang dan detak jantungnya dapat didengar melalui alat ultrasonografi (USG). Wajahnya mulai dapat membentuk ekspresi tertentu dan mulai tumbuh alis dan bulu mata. Kini ia dapat memutar kepalanya dan membuka mulut. Rambutnya mulai tumbuh kasar dan berwarna.
5.    Fase 16 – 20 Minggu
Ia mulai dapat bereaksi terhadap suara ibunya. Akar-akar gigi tetap telah muncul di belakang gigi susu. Tubuhnya ditutupi rambut halus yang disebut lanugo. Si kecil kini mulai lebih teratur dan terkoordinasi. Ia bisa mengisap jempol dan bereaksi terhadap suara ibunya. Ujung-ujung indera pengecap mulai berkembang dan bisa membedakan rasa manis dan pahit dan sidik jarinya mulai nampak.
6.    Fase 20 – 24 Minggu
Pada saat ini, ternyata besar tubuh si kecil sudah sebanding dengan badannya. Alat kelaminnya mulai terbentuk, cuping hidungnya terbuka, dan ia mulai melakukan gerakan pernapasan. Pusat-pusat tulangnya pun mulai mengeras. Selain itu, kini ia mulai memiliki waktu-waktu tertentu untuk tidur.
7.    Fase 24 – 28 Minggu
Di bawah kulit, lemak sudah mulai menumpuk, sedangkan di kulit kepalanya rambut mulai bertumbuhan, kelopak matanya membuka, dan otaknya mulai aktif. Ia dapat mendengar sekarang, baik suara dari dalam maupun dari luar (lingkungan). Ia dapat mengenali suara ibunya dan detak jantungnya bertambah cepat jika ibunya berbicara. Atau boleh dikatakan bahwa pada saat ini merupakan masa-masa bagi sang janin mulai mempersiapkan diri menghadapi hari kelahirannya.
8.    Fase 28 – 32 Minggu
Walaupun gerakannya sudah mulai terbatas karena beratnya yang semakin bertambah, namun matanya sudah mulai bisa berkedip bila melihat cahaya melalui dinding perut ibunya. Kepalanya sudah mengarah ke bawah. Paru-parunya belum sempurna, namun jika saat ini ia terlahir ke dunia, si kecil kemungkinan besar telah dapat bertahan hidup.

F.       Perubahan Fisik dan Psikologis Ibu Hamil
a.    Perubahan fisik pada ibu hamil
Kehamilan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan perempuan. Suatu peristiwa yang dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai keluarnya hasil konsepsi dari dalam rahim. Kehamilan membawa perubahan terhadap kondisi fisik dan psikis perempuan yang bersangkutan (Saifuddin, 2002, hlm. 89).
b.   Perubahan Organ
·      Adanya hiperpigmentasi karena meningkatnya MSH terutama pada papilla mammae
·      Perubahan pada perut semakin membesar > 5 bulan pusat menonjol
·      Pada tungkai adanya pelebaran pada vena tungkai
·      Perubahan pada payudara yang semakin membesar dan tegang disebabkan karena meningkatnya hormone estrogen, progesterone
c.    Perbahan pada Alat Kelamin
·      Membesarnya ukuran uterus seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Pembesaran uterus ini mengakibatkan pembesaran abdomen
·      Adanya tanda Chadwick
Yaitu keadaan vulva merah kebiruan karena peningkatan hormone estrogen dan hipervascularisasi
·      Adanya tanda Braxtonhicks
·      Adanya kontraksi dan relaksasi otot uterus pada minggu pertama namun tidak menimbulkan nyeri
·      Pada ovarium Corpus luteum tidak menjadi corpus albican bahkan terus mengeluarkan hormone estrogen dan progesteron untuk menjaga kehamilan
d.   Perubahan pada Alat Pencernaan
·      Adanya rasa mual dan muntah terutama pada pagi hari / morning sickness  disebabkan peningkatan HCG dan perubahanmetabolisme karbohidrat
·      Pada hamil tua nafsu makan menurun dan tidak dapat banyak makan karena alat pencernaan agak terdorong keatas
e.    Perubahan psikologis pada ibu hamil
Kehamilan adalah hal yang luar biasa karena menyangkut perubahan yang fisiologis, biologis dan psikis yang mengubah hidup seorang wanita (Maulana, 2008).
Kehamilan juga merupakan suatu perubahan hormonal, yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap kehamilan yang dapat menimbulkan stres, dapat menjadi perubahan mood, hampir sama seperti saat mereka akan menstruasi atau selama menopause (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2005).
Perubahan psikologis pada wanita hamil dipengaruhi beberapa factor diantaranya:
·      Apakah kehamilan tersebut benar-benar direncanakan atau tidak
·      Apakah kehamilan tersebut memang diinginkan
·      Keadaan status ekonomi
·      Jumlah anak dalam keluarga serta interval antara anak yang lahir
·      Latar belakang kultur budaya serta kepercayaan yang dianut ibu hamil
·      Riwayat penyakit yang diderita ibu termasuk infertilitas yang pernah dialami sebelumnya
G.      Lokasi Pelayanan Antenatal Care
Menurut Dep Kes RI (1994 : 16), tempat pemberian pelayanan antenatal care dapat bersifat statis dan aktif meliputi :
1.    Puskesmas/ puskesmas pembantu
2.    Pondok bersalin desa.
3.    Posyandu.
4.    Rumah sakit pemerintah/ swasta
5.    Rumah sakit bersalin
6.    Tempat praktek swasta (bidan dan dokter).

H.      Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Care
Pelayanan antenatal care selengkapnya mencakup anemnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi dasar dan intervensi khusus sesuai dengan tingkat resiko. Dengan penerapan operasionalnya dikenal standar minimal ”7T” untuk pelayanan antenatal yang terdiri atas :
1.    Timbang berat badan
Penimbangan dilakukan setiap kali ibu hamil memeriksakan diri, karena hubungannnya erat dengan pertambahan berat badan lahir bayi. Berat badan ibu hamil yang sehat akan bertambah antara 10-12 Kg sejak sebelum hamil
2.    Ukuran tekanan darah, diukur setiap kunjungan
Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi. Tekanan darah tinggi, protein urin positif, pandangan kabur atau oedema pada ekstremitas. Apabila tekanan darah mengalami kenaikan 15 mmHg dalam dua kali pengukuran dengan jarak 1 jam atau tekanan darah > 140/90 mmHg  maka ibu hamil mengalami preeklamsi.
3.    Ukur tinggi fundus uteri
Dilakukan setiap kunjungan dimana fundus uteri mulai teraba setelah usia kehamilan > 12 minggu.
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan secara rutin untuk mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan janin intrauterin, tinggi fundus uteri juga dapat digunakan untuk mendeteksi terhadap terjadinya molahidatidosa, janin ganda atau hidramnion.
4.    Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid atau TT lengkap
Mulai diberikan usia kehamilan 16 minggu dengan interval pemberian selanjutnya 4 minggu. Pemberian imunisasi TT  ini untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus.
5.    Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama hamil, mulai diberikan pada usia kehamilan 20 minggu diminum 1 hari 1 tablet.
Pemberian tablet tambah darah dimulai setelah rasa mual hilang satu tablet setiap hari, minimal 90 tablet. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 μg. Tablet besi sebaiknya tidak minum bersama kopi, teh karena dapat mengganggu penyerapan.
6.    Tes laboratorium (rutin dan khusus).
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin, protein urine, gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus dilakukan didaerah prevalensi tinggi dan atau kelompok perilaku terhadap HIV, sifilis, malaria, tubercolusis, cacingan dan thalasemia.
7.    Temu wicara (konseling).
Memberikan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan seperti perawatan diri selam hamil, perawatan payudara, gizi ibu hamil, tanda-tanda bahaya kehamilan dan janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil keputusan dalam perawatan selanjutnya dan mendengarkan keluhan yang disampaikan (Prawirohardjo, 2006).

I.         Frekuensi Kunjungan Antenatal Care
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan dirumahnya.
Selama kehamilan keadaan ibu dan janin harus selalu dipantau jika terjadi penyimpangan dari keadaan normal dapat dideteksi secara dini dan diberikan penanganan yang tepat. Oleh karena itu ibu hamil diharuskan memeriksakan diri secara berkala selama kehamilannya.
Menurut Manuaba (2000 : 129), berdasarkan standar pemeriksaan kehamilan dilakukan berulang dengan ketentuan sebagai berikut :
·      Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
·      Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan.
·      Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan.
·      Setiap minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai dengan bersalin. 
Dalam pelaksanaan ANC terdapat kesepakatan adanya standar minimal yaitu dengan pemeriksaan ANC 4 kali selama kehamilan dengan distribusi sebagai berikut
·      Minimal satu kali pada trimester I (< 14 minggu)
·      Minimal satu kali pada trimester II (14-28 minggu)
·      Minimal dua kali pada trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36). (Saifuddin, 2005))
Menurut Jumiarni (1995 : 34), frekuensi ANC diharapkan paling kurang 8 kali (7 – 9 kali) sehingga pengawasan ibu dan janin dapat dilaksanakan dengan optimal. Pemeriksaan kehamilan tersebut dilaksanakan dengan jadwal dan kegiatan sebagai berikut :
a.    Kunjungan 1 (0-12 minggu) kunjungan II 12-24 minggu
Pada kunjungan ini dilakukan:
1.    Anamnesis lengkap, termasuk mengenai riwayat obstrtric dan ginekologi.
2.    Pemeriksaan fisik ; Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh, bunyi jantung, bunyi pernafasan, reflek patella, edema dan lain-lain.
3.    Pemeriksaan obstetric : Usia kehamilan, tinggi fundus uteri, DJJ (kehamilan lebih dari 12 minggu), pengukuran panggul luar.
4.    Pemeriksaan laboratorium : urine lengkap, darah (Haemoglobin, leukosit, Diff, Golongan darah, Rhesus, sitologi, dan gula darah).
5.    Penilaian status gizi, dilihat dari keseimbangan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB).
6.    Penilaian resiko kehamilan.
7.    KIE pada ibu hamil tentang keberhasilan diri dan gizi ibu hamil.
8.    Pemberian imunisasi TT 1.
b.    Kunjungan III, 28 – 32 Minggu
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, laju pertumbuhan janin, kelainan atau cacat bawaan.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
1.    Anemnese meliputi keluhan dan perkembangan yang dirasakan oleh ibu.
2.    Pemeriksaan fisik dan obstetric (pengukuran panggul luar tak perlu dilakukan lagi).
3.    Pemerksaan dengan USG. Biometri janin (besar dan usia kehamilan), aktifitas janin, kelainan, cairan ketuban dan letak plasenta, serta keadaan plasenta.
4.    Penilaian resiko kehamilan.
5.    KIE tentang perawatan payudara.
6.    Pemberian imunisasi TT 2 dan vitamin bila perlu.


c.    Kunjungan IV kehamilan 34 minggu.
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan dan pemeriksaan laboratorium ulang. Kegiatannya adalah
1.    Anamnese keluhan dan gerakan janin.
2.    Pengamatan gerak janin
3.    Pemeriksaan fisik dan obstetrik (pemeriksaa panggl dalam bagi kehamilan pertama)
4.    Penilaian resiko kehamilan.
5.    Pemeriksaan laboratorium ulang : Hb, Ht, dan gula darah.
6.    Nasehat senam hamil, perawatan payudara dan gizi.
d.    Kunjungan V (36 minggu), Kunjungan VI (38 minggu), Kunjungan VII (40 minggu) (2 minggu 1 kali)
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, aktifitas janin dan pertumbuhan janin secara klinis.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
1.   Anamnese meliputi keluhan, gerakan janin dan keluhan.
2.   Pemeriksaan laboratorium ulang (Hb dan gula darah).
3.   Pemeriksaan fisik dan obstetrik.
4.   Penilaian resiko kehamilan.
5.   USG ulang pada kunjungan 4.
6.   KIE tentang senam hamil, perawatan payudara dan persiapan persalinan.
7.   Pengawasan penyakit yang menyertai kehamilan dan komplikasi trimester III.
8.   Penyuluhan diet 4 sehat 5 sempurna.
e.    Kunjungan VIII 41 minggu, kunjungan IX 42 minggu (1 minggu sekali)
Pemeriksaan terutama ditujukan kepada penilaian, kesejahteraan janin dan fungsi plasenta serta persiapan persalinan.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
1.    Anamnese meliputi keluhan dan lain-lain.
2.    Pengamatan gerak janin.
3.    Pemeriksaan fisik dan obstetric.
4.    Pemeriksaan USG yaitu pemeriksaan yang memantau keadaan jantung janin sehubungan dengan timbulnya kontraksi.
5.    Memberi nasehat tentang tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan dan rencana untuk melahirkan.
6.    Sesuai standar kunjungan ibu hamil diatas maka semakin tua umur kehamilan harus semakin sering memeriksakan kehamilannya, resiko kehamilan semakin tinggi, semakin tinggi pula kebutuhan untuk memeriksakan kehamilannya.

J.        Faktor Resiko Ibu Hamil
Menurut Dep Kes RI (1992) faktor resiko ibu hamil seperti yang tercantum dalam KMS ibu hamil adalah sebagai berikut :
1.          Anemia berat (Hb < 8 gr %)
2.          Tekanan darah diastole > 90 mmHg
3.          Perdarahan selama kehamilan
4.          Kelainan pada persalinan terdahulu
5.          Jarak kehamilan terakhir kurang dari 2 tahun
6.          Tinggi badan kurang dari 140 cm
7.          Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih 35 tahun
8.          Pernah sakit kronis
Tabel 2.3.3.  Penilaian resiko kehamilan (Depkes RI, 1992 : 85)
No.
Kriteria

Jumlah Nilai
1.
Kematian neonatal
Riwayat preterm
Riwayat preeklamsi
Penyakit paru
Anemi 8-10 gr%
Tinggi badan < 145 cm
BB < 40 atau > 70 kg
Premipara < 20 tahun dan > 35 tahun
Multi para > 40 tahun
Paritas > 3
Tanpa antenatal
1
2.
Abortus > 3
Riwayat SC
Placenta previa
Diabetes mellitus
Gemelli
Sungsang
Partus percobaan
Hiperteoridism
2
3.
Riwayat lahir mati
Penyakit ginjal
Partus 32 – 36 minggu
Posterum > 42 minggu
Penyakit hepar
Preeklamsi berat
Sungsang (premipara)
Ketuban pecah > 6 jam
Mekonium (kepala)
Partus > 24 jam
Plasenta previa
 SC
3
4.
Diabetes mellitus
Fitiumcordis
KMK
DJJ ireguler < 120 atau > 180 kali / menit
4
5.
Eklamsi
Hedramnion
Infeksi intra partum
KPD > 24 jam
Incomtabilitas RH
Solutio pacenta
Letak lintang
Prolapsus tali pusat
5

Keterangan :
1.    Bila jumlah nilai resikonya > 3 ibu hamil perlu dirujuk ke Puskesmas untuk mendapatkan pemriksaan dan penanganan yang lebih teliti dari dokter.
2.    Bila jumlah nilai resiko > 5 ibu hamil harus dirujuk ke rumah sakit. Ibu hamil yang boleh ditolong perawat/ bidan hanya pasien dengan resiko rendah dengan nilai < 3.

K.       Pemeriksaan Penunjang
1.    Tes darah
Jenis pemeriksaan ini dianjurkan dokter setelah pasien dinyatakan positif hamil. Contoh darah akan diambil untuk diperiksa apakah terinfeksi virus tertentu atau resus antibodi. Contoh darah calon ibu juga digunakan untuk pemeriksaan hCG. Dunia kedokteran menemukan, kadar hCG yang tinggi pada darah ibu hamil berarti ia memiliki risiko yang tinggi memiliki bayi dengan sindroma Down.
2.    Alfa Fetoprotein (AFP)
Tes ini hanya pada ibu hamil dengan cara mengambil contoh darah untuk diperiksa. Tes dilaksanakan pada minggu ke-16 hingga 18 kehamilan. Kadar Maternal-serum alfa-fetoprotein (MSAFP) yang tinggi menunjukkan adanya cacat pada batang saraf seperti spina bifida (perubahan bentuk atau terbelahnya ujung batang saraf) atau anencephali (tidak terdapatnya semua atau sebagian batang otak). Kecuali itu, kadar MSAFP yang tinggi berisiko terhadap kelahiran prematur atau memiliki bayi dengan berat lahir rendah.
3.    Sampel Chorion Villus (CVS)
Tes ini jarang dilakukan oleh para dokter karena dikhawatirkan berisiko menyebabkan abortus spontan. Tes ini dilakukan untuk memeriksa kemungkinan kerusakan pada kromosom. Serta untuk mendiagnosa penyakit keturunan. Tes CVS ini mampu mendeteksi adanya kelainan pada janin seperti Tay-Sachs, anemia sel sikel, fibrosis berkista, thalasemia, dan sindroma Down.
4.    Ultrasonografi (USG)
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan struktural pada janin, seperti; bibir sumbing atau anggota tubuh yang tidak berkembang. Sayangnya USG tidak bisa mendeteksi kecacatan yang disebabkan oleh faktor genetik. Biasanya USG dilakukan pada minggu ke-12 kehamilan. Pada pemeriksaan lebih lanjut USG digunakan untuk melihat posisi plasenta dan jumlah cairan amnion, sehingga bisa diketahui lebih jauh cacat yang diderita janin. Kelainan jantung, paru-paru, otak, kepala, tulang belakang, ginjal dan kandung kemih, sistem pencernaan, adalah hal-hal yang bisa diketahui lewat USG.
5.    Amiosentesis
Pemeriksaan ini biasanya dianjurkan bila calon ibu berusia di atas 35 tahun. Karena hamil di usia ini memiliki risiko cukup tinggi. Terutama untuk menentukan apakah janin menderita sindroma Down atau tidak. Amniosentesis dilakukan dengan cara mengambil cairan amnion melalui dinding perut ibu. Cairan amnion yang mengandung sel-sel janin, bahan-bahan kimia, dan mikroorganisme, mampu memberikan informasi tentang susunan genetik, kondisi janin, serta tingkat kematangannya. Tes ini dilakukan pada minggu ke-16 dan 18 kehamilan. Sel-sel dari cairan amnion ini kemudian dibiakkan di laboratorium. Umumnya memerlukan waktu sekitar 24 sampai 35 hari untuk mengetahui dengan jelas dan tuntas hasil biakan tersebut.
6.    Sampel darah janin atau cordosentesis
Sampel darah janin yang diambil dari tali pusar. Langkah ini diambil jika cacat yang disebabkan kromosom telah terdeteksi oleh pemeriksaan USG. Biasanya dilakukan setelah kehamilan memasuki usia 20 minggu. Tes ini bisa mendeteksi kelainan kromosom, kelainan metabolis, kelainan gen tunggal, infeksi seperti toksoplasmosis atau rubela, juga kelainan pada darah (rhesus), serta problem plasenta semisal kekurangan oksigen.
7.    Fetoskopi
Meski keuntungan tes ini bisa menemukan kemungkinan mengobati atau memperbaiki kelainan yang terdapat pada janin. Namun tes ini jarang digunakan karena risiko tindakan fetoskopi cukup tinggi. Sekitar 3 persen sampai 5 persen kemungkinan kehilangan janin. Dilakukan dengan menggunakan alat mirip teleskop kecil, lengkap dengan lampu dan lensa-lensa. Dimasukkan melalui irisan kecil pada perut dan rahim ke dalam kantung amnion. Alat-alat ini mampu memotret janin. Tentu saja sebelumnya perut si ibu hamil diolesi antiseptik dan diberi anestesi lokal.
8.    Biopsi kulit janin
Pemeriksaan ini jarang dilakukan di Indonesia. Biopsi kulit janin (FSB) dilakukan untuk mendeteksi kecacatan serius pada genetika kulit yang berasal dari keluarga, seperti epidermolysis bullosa lethalis (EBL). Kondisi ini menunjukkan lapisan kulit yang tidak merekat dengan pas satu sama lainnya sehingga menyebabkan panas yang sangat parah. Biasanya tes ini dilakukan setelah melewati usia kehamilan 15-22 minggu.

L.        Keluhan Pada Masa Kehamilan
Keluhan ada masa hamil menurut Dep.Kes.RI. (1994: 84) adalah suatu kondisi bersifat subyektif dimana pada individu yang hamil terjadi proses adaptasi terhadap kehamilannya. Keluhan-keluhan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

v  Keluhan pada Triwulan I usia kehamilan 1 – 3 bulan
Pada triwulan ini keluhan yang timbul adalah :
1.    Mual dan Muntah
Terutama terjadi pada pagi hari dan akan hilang menjelang tengah hari. (Morning Sicknes)
2.    Perasaan neg atau mual
Hal ini terjadi bila mencium bau yang menyengat penciuman, misalnya : Bawang goreng, minyak rambut.
3.    Pusing terutama bila akan bangun dari tidur, hal ini terjadi karena adanya gangguan keseimbangan, perut kosong.
4.    Sering kencing
Sering kencing terjadi karena tekanan uterus yang membesar dan menekan pada kandung kencing.
5.    Keputihan (leukorhoe)
Pengaruh peningkatan hormon kehamilan (estrogen dan progesteron) yang mempengaruhi mukosa servix dan vagina.
6.    Pengeluaran darah pervagina
7.    Bila terjadi perdarahan, perlu diwaspadai ancaman abortus.
8.    Perut membesar lebih besar dari usia kehamilan
Bila terjadi pembesaran uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan diwaspadai kemungkinan terjadi molla hidatidosa.
v  Keluhan pada triwulan II, usia 4 – 6 bulan
Pada triwulan ini keluhan yang bersifat subyektif sudah berakhir, sehingga bila ada ibu hamil masih mendapatkan keluhan seperti pada triwulan I yang menyangkut faktor-faktor subyektif, perlu diwaspadai kemungkinan adanya faktor psikologis. Pada triwulan ini sering ditandai adanya adaptasi ibu terhadap kehamilannya, perasaan ibu cenderung lebih stabil, karena keluhan yang terjadi pada triwulan I sudah terlewati. Ibu merasakan pengalaman baru, mulai merasakan gerakan bayi, terdengarnya detak jantung janin (DJJ) melalui alat doptone atau melihat gambar/posisi melalui pemeriksaan USG.
Triwulan II juga dikatakan fase aman untuk kehamilan, sehingga aktifitas ibu dapat berjalan tanpa gangguan yang berarti.
v  Pada triwulan III, usia kehamilan 7 – 9 bulan
Pada triwulan ini keluhan yang sering muncul akan mencerminkan prognose kehamilan. Keluhan yang bersifat subyektif perlu mendapatkan perhatian karena hal ini menunjukkan kepada kondisi patologis. Kejadian yang sering timbul antara lain :
1.      Pusing disertai pandangan berkunang-kunang
Hal ini dapat menunjukkan kemungkinan terjadi anemia dengan HB kurang dari 10 %.
2.      Pandangan mata kaburdisertai pusing
Hal ini dapat digunakan rujukan kemungkinan adanya hipertensi.
3.      Kaki odem
Odem pada kaki perlu dicurigai karena sebagai salah satu gejala dari trias klasik ekslamsi, yakni hipertensi, odem pada kaki dan protein uri. Sesak nafas pada triwulan III perlu dicurigai kemungkinan adanya kelainan adanya kelainan letak (sungsang) kelainan posisi bayi.
4.      Perdarahan
Pada triwulan III bisa terjadi perdarahan pervaginam perlu dicurigai adanya placenta praevia atau solutio plasenta.
5.      Keluar cairan di tempat tidur pada siang atau malam hari, cairan jernih bukan pada saat kencing perlu dicurigai adanya ketuban pecah dini (KPD).
6.      Sering kencing
Pada triwulan III karena kepala bayi akan masuk ke pintu atas panggul (PAP) pada usia kehamilan 36 minggu. Sering kencing disebabkan tekanan kepala bayi pada kandung kemih.
Apabila ibu hamil mendapat keluhan diatas, perlu segera periksa ke fasilitas kesehatan, untuk itu penyuluhan pada triwulan III diarahkan kepada hal-halyang berkaitan dengan antisipasi dari keluhan di atas. Selain keluhan di atas pada truwulan III ditandai dengan adanya kegembiraan emosi karena akan lahirnya seorang bayi. Reaksi calon ibu terhadap persalinan secara umum tergan\tung pada persiapan dan persepsinya terhadap kewjadian ini, untuk itu kerjasama dan komunikasi yang baik selama ANC perlu dibina sehingga ibu dapat melalui masa kehamilan dan persalinan dengan perasaan gembira (Hamiton, 1998: 163).

M.      Pengertian Pijat Bayi
Sentuhan atau pijatan pada bayi dapat merangsang prodksi ASI, meningkatkan nafsu makan dan berat badannya. Tindakan ini juga akan mempererat tali kasih orangtua dan anak, serta menjadi dasar positif bagi pertumbuhan emosi dan fisik bayi. Sentuhan alamiah pada bayi sesungguhnya sama artinya dengan tindakan mengurut atau memijat. Kalau tindakan ini dilakukan secara teratur dan sesuai dengan tata cara dan teknik pemijatan bayi, ia bisa menjadi terapi untuk mendapatkan banyak manfaat buat si bayi yang Anda cintai. Untuk keperluan itu, kita tidak perlu mengundang dukun pijat bayi sebab pemijatan bisa Anda lakukan sendiri.
Dalam bukunya Pedoman Pijat Bayi, dr. Utami Roesli Sp.A., M.B.A menyebutkan, terapi sentuhan (pijat) bisa memberikan efek positif secara positif, antaras lain kenaikan berat badan dan peningkatan produksi ASI.
Hal itu sudah dibuktikan oleh penelitian T.Field dan Scafidi dari Universitas Miami, AS, yang menunjukkan bahwa 20 bayi premature mengalami kenaikan berat badan 20-47% per hari setelah dipijat 3x5 menit selama 0 hari.
Bayi cukup bulan usia 1-3 bulan yang dipijat 15 menit dua kali seminggu selama enam minggu mengalami kenaikan berat badan lebih tinggi dari pada kelompok bayi yang tidak dipijat. Bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus-nya (saraf otak ke 10). Ini membuat kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin naik sehingga penyerapan terhadaop sari makanan pun menjadi lebih baik.
Penyerapan makanan yang lebih baik akan menyebabkan si kecil cepat lapar dan karena itu lebih sering menyusui. Akibatnya prodksi ASI akan lebih banyak.
Rene Spitz, dokter anak dan psikiater dari Amerika, melaporkan, bayi yang banyak memperoleh senthan, khususnya dari ibu, akan jarang mengalami simpton hospitalimus (gangguan seperti di radannnng telinga tengah, campak, gangguan usus,dll)
Pengamat T.Field seperti dikutip dr. J. David Hull, ahli vrologi molekuler dari Innggrs, dalam makalah berjudul Touch Therapy :Science Confirms Instinct, menyebutkan terapi pijat 30 menit per hari bisa mengurangi depresi dan kecemasan. Tidurnya pun bertambah tenang. Terapi pijat 15 menit selama enam minggu pada bayi 1-3 bulan jga akan meningkatkan kesiagaan (alertness) dan tangisnya berkurang. Ini akan diikuti peningkatan berat badan, perbaiki kondisi psikis, berkurangnya kadar hormon stress, dan bertambahnya kadar serotonin. Meningkatnya aktivitas neurotransmitter srotonin ini akan meningkatkan kapasitas sel reseptor yang mengikat glucocorticoid (adrenalin). Proses ini menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin (hormon stress), dan selanjjtnya akan meningkatkan daya tahan tubuh.
Lebih dari itu, sentuhan, belaian, dan pijatan akan memperat ikatan kasih sayang orang tua dengan anak. Terhadap perkembangan emosi anak, sentuhan orang tua merupakan dasar perkembangan komunikasi, yang akan memupuk cinta kasih timbal balik, dan menjadi penentu bagi anak untuk menjadi anak yang berbudi pekerti dan percaya diri. Lagi pula ia akan merasa aman karena karena merasa yakin memiliki kasih sayang dan erlindngan dari orangtua. 
Untuk mengrangi kolik-yang biasanya ditandai dengan tangis melengking orangtua dianjurkan memijat bayinya ketika kolik berlangsung, dan setiap kali sebelum bayi tidur. Dengan memijat, interaksi bayi dengan orangtua lebih positif, dan bayi menjadi lebih tenang, serta waktu tidur dan bangunnya lebih teratur. Selain dapat melegakan saluran napas yang menyempit karena asma, pijatan juga berfungsi mampu mengrangi perasaan gelisah dan depresi sehingga serangan asma berkurang. Bahkan pemijatan pada bayi dari ibu HIV-positif dapat lebih menaikkan berat badan dan meningkatkan perkembangan motorik bayi.
Setiap gerakan yang berkaitan dengan kegiatan menggrut atau memijat pada dasarnya memiliki khasiat. Gerakan usapan misalnya, dapat menenangkan anak, sehingga bermanfaat bagi anak yang berpawakan gugup. Pada anak yang les dan malas bergerak, Barbara Ahr, ahli fisioterapi, menganjurkan agar usapan dilakukan sedikit lebih bertenaga dan diarahkan ke jantung. Usapan juga dapat merangsang aliran darah dan getah bening. Anda dapat mengusap-ngusap bagan punggung, tungkai atau lengan si kecil. Mengurut bayi bisa juga dengan gerakan remasan.
Remasan, Menurut Ahr, berkhasiat pada jaringan penentu kemelaran otot yang terletak pada gelondong jaringan otot. Dengan kata lain, remasan dapat membuat otot bayi menjadi lebih kuat, sekaligus akan lebih melancarkan peredaran darah.
Teknik remasan dilakukan dengan cara bagian tungkai atau lengan dipadatkan atau dimelarkan menggunakan sisi tangan bagian dalam dan sedikit gerakan memeras, mirip gerakan membuat adonan roti. Teknik kocokan dilakukan dengan cara menggulung. Tangan diletakkan sejajar dengan anggota badan, sambil mengurut seperti menggulung sosis atau mengaduk adonan. Teknik ini bermanfaat untuk mengendurkan jaringan. Cara lain, dengan teknik melingkar. Mula-mula dilakukan usapan, kemudian membuat bentuk lingkaran-lingkaran dengan kedua tangan. Dari lingkaran besar kemudian mengecil. Dengan latihan, lingkaran yang terbentuk akan makin bulat. Teknik urut lingkar, menurut Ahr, akan memberikan stimulasi pada permukaan jaringan, bahkan ke bagian jaringan lebih daam. Haasilnya,aliran darah meningkat dan pembuluh darah lebih lebar. Sema teknik urut (usapan, remasan, kocokan, dan gerakan lingkar) bisa saling melengkapi.
Bila dikerjakan secara lengkap, hasilnya akan lebih baik. Pemijatan bisa dilakukan oleh ayah, ibu, nenekatau anggota keluarga lain. Penelitian di Australia membuktikan, bawa bayi yang dipijat ayahanya berat Badannya cenderung naik dan hubungan dengan yahnya pun makin baik. Bahkan bayi yang dipijat sejak usia sebulan, ketika mencapai usia 3 bulan akan lebih responsive.

N.       Kontra Indikasi
1.    Jangan dilakukan pada bayi yang suhu tubuhnya tinggi
2.    Jangan dilakukan pada bayi yang sedang sakit

O.       Manfaat Pijat Bayi
1.      Mampu meningkatan daya tahan tubuh bayi.
2.      Membuat bayi tidur lebih nyenyak dan lelap.
3.      Meningkatkan kesiagaan untuk mudah balajar sesuatu.
4.      Memperbaiki sirkulasi darah dan pernapasan.
5.      Merangsang fungsi pencernaan dan pembuangan sisa-sisa makanan.
6.      Meningkatkan kenaikan berat badan.
7.      Membuat bayi lebih tenang.
8.      Mengurangi kembung dan sakit perut.
9.      Meningkatkan hubungan batin antara orang tua dan bayi.


P.        Hal-Hal Yang Perlu Dipersiapkan
1.      Atur temperetur ruang memijat bayi, jangan sampai bayi kedinginan saat dibuka bajunya.
2.      Letakkan bayi di tempat yang aman.
3.      Ketikan akan memijat perhatikan tangan dan jari pemijat, jangan sampai jari-jari tangan pemijat yang kasar menggores kulit bayi yang lembut dan peka.
4.      Buka cincin dan gelang ketikan akan memijat bayi, selain lebih nyaman juga tidak membahayakan.
5.      Pada saat akan mengoleskan minyak, teteskan minyak di telapak tangan pemijat dulu baru kemudian dioleskan ke bayi.

Q.       Waktu yang dianjurkan untuk Pijat Bayi
1.      Dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan
2.      Dilakukan setiap hari sampai bayi berusia 6-7 bulan

R.       Waktu Terbaik
  1. Pagi hari, saat orang tua dan anak siap memulai hari baru
  2.  Malam hari, sebelum tidur, sangat baik untuk membantu bayi tidur lebih nyenyak.

S.         Persiapan Sebelum Memijat
1.       Tangan bersih dan hangat
2.       Potong kuku & lepas perhiasan Anda
3.       Ruang untuk memijat diupayakan hangat dan tidak pengap
4.       Bayi selesai makan atau sedang tidak lapar
5.       Sediakan waktu 15 menit tanpa gangguan
6.       Duduklah dengan posisi yang nyaman
7.       Baringkan bayi di atas permukaan kain yang rata, lembut dan bersih
8.       Siapkan handuk, popok, baju ganti dan baby lotion
9.       Mintalah ijin pada bayi sebelum memijat dengan membelai wajah dan kepala bayi sambil mengajaknya bicara

T.        Tindakan yang disarankan selama pemijatan
1.       Memandang mata bayi dengan kasih sayang
2.       bernyanyilah atau putar lagu-lagu lembut
3.       awalilah pemijatan dengan sentuhan ringan, kemudian secara bertahap tambahkan tekanan
4.       sebelum pemijatan, lumurkan baby oil atau lotion
5.       sebaiknya ppemijatan dimulai dari kaki
6.       tanggap pada isyarat yang diberikan bayi
7.       mandikan segera setelah pemijatan terakhir agar bayi merasa segar. Jika pemijatan dilakukan malam hari, bayi diseka dengan air hangat
8.       hindarkan mata bayi dari baby oil

U.       Tindakan yang tidak dianjurkan
1.       Memijat bayi langsung setelah makan
2.       Membangunkan bayi khusus untuk pemijatan
3.       Memijat bayi saat tidak sehat
4.       Memijat bayi saat tidak mau dipijat
5.       Memaksa posisi pijat tertentu pada bayi

V.       Cara Pemijatan Sesuai Usia Bayi
1.    0 – 1 bulan disarankan gerakan yang lebih mendekati usapan-usapan halus. Sebelum tali pusat lepassebaiknya tidak melakukan pemijatan di daerah perut
2.    1 -  3 bulan, disarankan gerakan halus disertai dengan tekanan ringan dalam waktu yang singkat
3.    3 – 3 tahun, disarankan seluruh gerakan dilakukan dengan tekanan dan waktu yang semakin meningkat.


W.     Pijat Bayi Terapi Multifungsi
Cara Memijat
MODEL I :
Ø  Pemijatan kaki dengan cara memegang pangkal paha bayi, lalu tangan digerakkan ke arah pergelangan kaki seperti memerah susu. Atau dua tangan bergerak bersamaan, dan pangkal paha dengan gerakan memeras, memijat, dan memutar kaki bayi secara lembut. Telapak kaki diurut dengan kedua ibu jari. Atau membuat lingkaran-lingkaran kecil pada telapak kaki. Jemari kaki dipijat satu persatu dengan gerakan memutar menjaui telapak kai, dan diakhiri dengan tarikan lembut pada tiap ujung jari.
Ø  Punggung kaki dirurt dengan kedua ibu jari. Atau ibu jari membuat lingkaran-lingkaran kecil dari mata kaki ke jari kaki. Selanjutnya kedua tangan membuat gerakan menggulung ke arah pergelangan kaki. Akhirnya, kedua kaki bayi diraptkan, dan dengan alus kedua kaki bayi diusap dari atas ke bawah.
Ø  Untuk memijat perut, lakukan gerakan pada perut bayi seperti mengayu pedal sepeda, dari atas ke bawa, dengan telapak tangan kanan dan kiri secara bergantian. Selanjutnya, gerakan menekuk kedua lutut bayi secara lembut hingga menekan ke perut bayi. Ada juga gerakan membuat lingkaran-lingkaran serah jarum jam, gerakan ini membentuk uruf U, dll.
Ø  Dada dipijat dengan telapak tangan yang membuat gerakan dari tengah dada ke samping. Atau gerakan membentuk gambar jantung dengan meletakkan ujung-ujung jari pada ulu hati.
Ø  Cara lain, gearakan seperti membuat gambar jantung kecil disekitar putting susu. Atau gerakan membuat gambar jantung besar hingga ke tepi selangka,l lalu jari-jari tangan diregangkan seola membuat gambar burung kecil.
Ø  Pemijatan tangan dimulai dari pundak, tangan kanan dan kiri Anda seperti bergerak memera susu. Atu kedua tangan melakukan gerakan memeras, memijit, dan memutar secara lembut pada lengan bayi.
Ø  Pada telapak tangan, kedua ibu jari membuat lingkaran-lingkaran kecil. Sementara keempat jari Anda memijat bagian punggung tangan bayi. Jari bayi dipijat satu per satu ke ara ujung jari dengan gerakan memutar. Gerakan ini diakiri dengan tarikan lembut pada tiap ujung jari.
Ø  Lengan bayi dipijat dengan gerakan menggulung dari kedua telapak tangan Anda. Kemudian kedua lengan bayi dirapatkan kebadannyandan diusap lembut.
Ø  Pemijatan muka dimulai dengan mengusap wajah bayi ke arah samping dengan kedua telapak tangan. Lalu jemari menekan lembut ditengah dahi, dan membat gerakabn ke samping kiri dan kanan. Buat lingkaran-lingkaran kecil dipelipis, juga ke daerah pipi di bawah mata. Kedua ibu jari memijat alis mulai dari tengah ke samping. . Pemijatan punggung dilakukan menggunakan kedua telapak. Atau, dengan gerakan mengusap, membuat lingkaran-lingkaran kecil, gerakan menggark dengan tekanan lembut.
Ø  Berikut ini contoh teknik lain mengurut wajah bayi
1.    Gerakan membedaki hidung, Hidung bayi “dicolek” bedak  dengan telunjuk
2.    Gerakan menyetrika dahi. Caranya, pelipis diusap dengan telapak tangan
3.    Gerakan cicncin mata. Membuat lingkaran di sekeliling mata dengan ujung jari.
4.    Gerakan lingkar dipipi dengan cara menggambar lingkaran di pipi, mula-mula besar kenudian makin kecil
5.    Gerakan mencubit-cubit kulit pipi.
6.    Menempelkan telapak tangan dipipi lalu digoyang-goyangkan
7.    Gerakan bersiul, yaitu dengan mengusahakan agar mulut bayi dimonyongkan. Selain untuk wajah, teknik urut serupa juga bisa untuk persenjataan bagian kaki, tungkai dan lengan, perut, dada, dan punggung. ;

MODEL II : Latihan Peregangan Dengan Teknik Pemijatan
Ø  Tahap-tahap pemijatan untuk bayi dalam buku “The Book of Message” oleh Lucindo Lidell, adalah contoh latihan peregangan yang baik. Pertama-tama, minyaki tubuh bayi dari bahu ke kaki, lalu secara perlahan lakukan gerakan-gerakan berikut ini ;
    1. Membuka dada dengan gerakan usap memutar dari dada ke arah luar.
    2. Usap pinggul dan bahu dengan menggerakkan kedua tangan Anda ke atas dan ke bawah dari panggul ke bahu bayi.
    3. Remas kedua lengan dari tangan ke bahu.
    4. Membuka dan membentangkan kedua tangan dengan menggerakkan tangan Anda pada telapak tangannya bersamaan dengan itu regangkan jari-jarinya.
    5. Usap perut, dari kanan ke kiri dalam gerakan kontinu.
    6. Usap perut, dan tungkai dari pusar ke lutut dengan lengan bawah Anda.
    7. Remas kedua tungkai dari paha ke tumit.
    8. Membuka dan membentangkan kaki dengan meremas telapal lali dengan ibu jari Anda dari pusat ke samping dan menekan telapak tangan Anda pada telapak kaki dari tumit ke jari-jari. Regangkan jari-jari kaki perlahan.
    9. Usap bagian belakang badan bayi dengan menggerakkan tangan Anda dari bagian belakang atas ke bawah, sambil meremas bokong.
    10. Hubungkan bagian belakang badan dan tungkai dengan menggerakkan tangan sepanjang bagian belakang ke tungkai dengan usapanyang kontinu.
    11. Usap sepanjang dahi, pipi dan sekitar mulut. Hindari mata dan jangan gunakan minyak.
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Antenatal Care adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama kehamilannya yang sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang sudah ditentukan (Depkes RI, 2001:3).
Dalam pelayanan ANC dikemukakan beberapa tujuan antara lain :
1.      Memantau kondisi kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2.      Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial, ibu dan bayi.
3.      Menganalisa secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum yaitu pembedahan dan kebidanan.
4.      Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5.      Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6.      Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar tumbuh dan berkembang secara normal.
7.      Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas dan aspek keluarga berencana.
8.      Menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal perinatal (Sarwono, 2002:90, Manuaba, 1998:129).
Bayi adalah sosok tubuh kecil, mungil dan imut, oleh sebab itu kita selalu ingin menyentuhnya, dan ingin mencintai dan menyayanginya. Untuk mewujudkan rasa cinta dan sayang ini salah satunya dengan memberikan perhatian. Perwujudan perhatian kita salah satunya dengan memberikan pijatan. Karena dengan pemijatan ini dapat membantu bayi dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Pijatan pada bayi akan lebih memberikan kesempatan kepada ibu untuk mengenali bayinya, mengerti bahasa tubuh bayinya secara individual, pijatan bayi inipun dapat membantu bayi untuk mengenal dan beradaptasi dengan dunia luar yang serba baru dan asing baginya, dan juga lebih meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayinya.
Pijatan pada bayi memberikan banyak manfaat, seperti hal di atas, untuk itu para orang tua harus banyak mengetahui cara pemijatan bayi dengan cara yang baik dan benar agar tidak memberikan suatu kesalahan. Begitu pula dengan perawat, harus mengetahui teknik pemijatan bayiyang berguna untuk penyuluhan bagi masyarakat awam yang balum paham akan pemijatan bayi selain itu juga bermanfaat saat kita mempunyai seorang anak.

B.  Saran
          Berdasarkan hasil pembuatan makalah ini penulis mengharapkan terutama kepada pembaca khususnya mahasiswa Stikes Yarsi Mataram agar menambah wawasan tentang konsep ANC dan Pijat Bayi














DAFTAR PUSTAKA

Ayah bunda no.23, tanggal 7-20 September 1996. memijat bayi sentuhan kasih.
Ayah bunda no.3, tanggal 13-26 Pebruari 1996. cara tepat pijat bayi.
Majalah Cermin Kedokteran. Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Tahun 2003.
Roesti, Utami. 2004. Bayi segat berkat Asi Ekskisif. PT. Elex Media Komputindo, Keluarga Gramedia, Jakarta
Syafrida, 1996, Hubungan Pelayanan Antenatal Dengan Kematian Perinatal di Dati II Bogor Tahun 1996-1997, Tesis Bidang Ilmu Kesehatan, Universitas Indonesia, Depok.
Wiknjosastro, Hanifa, Prof. Dr, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga Cetakan Kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992.



















0 komentar:

Posting Komentar

 
;