ASKEP ANEMIA SEL SABIT
PENGERTIAN
Anemia sel sabit adalah sejenis anemia kongenital dimana sel darah merah
berbentuk menyerupai sabit, karena adanya hemoglobin abnormal. (Noer Sjaifullah
H.M, 1999, hal 535)
ANATOMI FISIOLOGI
Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cairan bikonkaf yang
tidak berinti yang kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m pada bagian
tengah tebalnya 1 m atau kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam
perjalanannya melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar
yang mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan B serta faktor Rh
yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama sel darah merah adalah
protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan pH normal
melalui serangkaian dapar intrasellular. Molekul-molekul Hb terdiri dari 2
pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus heme, masing-masing mengandung
sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat
sempurna. (Price A Sylvia, 1995, hal : 231)
PENYEBAB / ETIOLOGI
Hal-hal yang dapat menjadi penyebab anemia sel sabit adalah : (Price A
Sylvia, 1995, hal : 239)
a. Infeksi
b. Disfungsi jantung
c. Disfungsi paru
d. Anastesi umum
e. Dataran tinggi
f. Menyelam
INSIDEN
Prevalensi gen sel sabit yang tinggi terdapat di bagian tropik yang dapat
mencapai hingga 40 % di daerah tertentu. Dikenal 3 jenis mutasi gen yaitu
bantu, benin dan senegal yang
diberi nama sesuai daerah asalnya. Prevalensi Hb S lebih rendah di dapat juga
di daerah Mediteranian, Saudi Arabia dan beberapa bagian di
India. Hemoglobin S adalah hemoglobin abnormal yang paling banyak didapat.
Pembawa sifat diturunkan secara dominan. Insiden diantara orang Amerika
berkulit hitam adalah sekitar 8 % sedangkan status homozigot yang diturunkan
secara resesif berkisar antara 0,3 – 1,5 %. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal
535)
PATOFISIOLOGI
Defeknya adalah satu substitusi asam amino pada rantia beta hemoglobin
karena hemoglobin A normal mengandung dua rantai alfa dan dua rantai beta, maka
terdapat dua gen untuk sintesa tiap rantai.
Trail sel sabit hanya mendapat satu gen normal, sehingga sel darah merah
masih mampu mensintesa kedua rantai beta, jadi mereka mempunyai hemoglobin A
dan S sehingga mereka tidak menderita anemia dan tampak sehat.
Apabila dua orang dengan trait sel sabit sama menikah, beberapa anaknya
akan membawa dua gen abnormal dan mempunyai rantai s bila ada hemoglobin S,
maka anak akan menderita anemia sel sabit. (Smeltzer C Suzanne, 2002, hal : 943
– 944).
MANIFESTASI KLINIK
·
Sistem jantung : nafas pendek, dispnea sewaktu
kerja berat, gelisah
·
Sistem pernafasan : nyeri dada, batuk, sesak
nafas, demam, gelisah
·
Sistem saraf pusat : pusing, kejang, sakit
kepala, gangguan BAK dan BAB
·
Sistem genitourinaria : nyeri pinggang,
hematuria
·
Sistem gastrointestinal : nyeri perut,
hepatomegali, demam
·
Sistem okular : nyeri, perubahan penglihatan,
buta
·
Sistem skeletal : nyeri, mobilitas berkurang,
nyeri dan bengkak pada lengan dan kaki.
(Price A Sylvia,
19995, hal : 240)
TES DIAGNOSTIK
·
Pemeriksaan darah lengkap : retikulosit (jumlah
darah bervariasi dari 30% - 50%), leukositos (khususnya pada krisis
vaso-oklusit) penurunan Hb/Ht dan total SDM.
·
Pemeriksaan pewarnaan SDM : menunjukkan sabit
sebagian atau lengkap, sel bentuk bulan sabit.
·
Tes tabung turbiditas sabit : pemeriksaan rutin
yang menentukan adanya hemoglobin S, tetapi tidak membedakan antara anemia sel
sabit dan sifat yang diwariskan (trait)
·
Elektroforesis hemoglobin : mengidentifikasi
adanya tipe hemoglobin abnormal dan membedakan antara anemia sel sabit dan
anemia sel trait.
·
LED : meningkat
·
GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2
·
Bilirubin serum : meningkat
·
LDH : meningkat
·
IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi
kerusakan ginjal
·
Radiografik tulang : mungkin menunjukkan
perubahan tulang
·
Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang
(Doenges E.M,
2002, hal : 585).
PROGNOSIS / PENATALAKSANAAN
Sekitar 60 % pasien anemia sel sabit mendapat serangan nyeri yang berat
hampir terus-menerus dan terjadinya anemia sel sabit selain dapat disebabkan
karena infeksi dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor misalnya perubahan
suhu yang ekstrim, stress fisis atau emosional lebih sering serangan ini
terjadi secara mendadak.
Orang dewasa dengan anemia sel sabit sebaiknya diimunisasi terhadap
pneumonia yang disebabkan pneumokokus. Tiap infeksi harus diobati dengan
antibiotik yang sesuai. Transfusi sel darah merah hanya diberikan bila terjadi
anemia berat atau krisis aplastik
Pada kehamilan
usahakan agar Hb berkisar sekitar 10 – 12 g/dl pada trimester ketiga. Kadar Hb
perlu dinaikkan hingga 12 – 14 g/dl sebelum operasi. Penyuluhan sebelum memilih
teman hidup adalah penting untuk mencegah keturunan yang homozigot dan
mengurangi kemungkinan heterozigot. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal : 534)
KOMPLIKASI
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak
kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi
pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga hematokrit
mendadak menurun.
Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung
progresif. Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis,
serangan-serangan priapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena
kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling dan
infaris menyebabkan hematuria yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya
ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine. Kasus-kasus Hb S trait juga dapat
mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal : 536).
PENGOBATAN
Sampai saat ini belum diketahui ada pengobatan yang dapat memperbaiki
pembentukan sabit, karena itu pengobatan secara primer ditujukan untuk
pencegahan dan penunjang. Karena infeksi tampaknya mencetuskan krisis sel
sabit, pengobatan ditekankan pada pencegahan infeksi, deteksi dini dan
pengobatan segera setiap ada infeksi pengobatan akan mencakup pemberian
antibiotik dan hidrasi dengan cepat dan dengan dosis yang besar. Pemberian
oksigen hanya dilakukan bila penderita mengalami hipoksia. Nyeri hebat yang
terjadi secara sendiri maupun sekunder terhadap adanya infeksi dapat mengenai
setiap bagian tubuh. Tranfusi hanya diperlukan selama terjadi krisis aplastik
atau hemolitis. Transfusi juga diperlukan selama kehamilan.
Penderita seringkali cacat karena adanya nyeri berulang yang kronik
karena adanya kejadian-kejadian oklusi pada pembuluh darah. Pada kelompok
penderita terdapat insiden yang tinggi terhadap ketergantungan obat, terdapat
juga insiden yang tinggi atas sulitnya mengikuti sekolah dan melakukan
pekerjaan. (Price A Sylvia, 1995, hal : 239)
- Profilaktik hindari faktor-faktor yang diketahui mencetuskan krisis.
- Asam folat, misalnya 5 mg perhari, jika diit buruk.
- Gizi umum baik dan hygiene.
- Krisis – istirahat, dehidrasi, berikan antibiotik jika terdapat infeksi, bikarbonat jika pasien asidosis. Analgetik kuat biasanya diperlukan, transfusi diberikan hanya jika anemia sangat berat dengan gejala transfusi. Sukar mungkin dibutuhkan pada kasus berat.
- Perawatan khusus diperlukan pada kehamilan dan anestesi sebelum persalinan atau operasi, pasien dapat ditransfusi berulang dengan darah normal untuk mengurangi proporsi haemoglobin S yang beredar.
- Transfusi ini juga kadang-kadang diberikan pada pasien yang sering mengalami krisis untuk menekan produksi Hb S secara lengkap selama jangka waktu beberapa bulan. (Hoffbrand V.A, 1996, hal : 77).
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan untuk meningkatkan, mencegah dan memulihkan kesehatan melalui 4
tahap yang terdiri dari pengkajian, perencanam pelaksanaan, dan evaluasi.
Proses
keperawatan adalah cara pendekatan sistematis yang diterapkan dalam
melaksanakan fungsi keperawatan, pendekatan yang dimiliki, karakteristik,
sistematis, bertujuan, interaksi, dinamis dan ilmiah.
PENGKAJIAN DATA
Data yang perlu
dikumpulkan pada klien dengan anemia adalah sebagai berikut :
Pengumpulan data
·
Identifikasi klien : nama klien, jenis kelamin,
status perkawinan, agama, suku / bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
·
Identitas penanggung
·
Keluhan utama dan riwayat kesehatan masa lalu
o
Keluhan utama : pada keluhan utama akan nampak
semua apa yang dirasakan klien pada saat itu seperti kelemahan, nafsu makan
menurun dan pucat.
o
Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat kesehatan
masa lalu akan memberikan informasi kesehatan atau penyakit masa lalu yang
pernah diderita,
·
Pemerisaan fisik
- Aktivitas / istirahat
Gejala : Keletihan / kelemahan terus-menerus sepanjang
hari.
Kebutuhan tidur
lebih besar dan istirahat.
Tanda : Gangguan gaya
berjalan
- Sirkulasi
Gejala : Palpitasi atau nyeri.
Tanda : Tekanan darah menurun, nadi lemah, pernafasan
lambat, warna kulit pucat atai
sianosis, konjungtiva pucat.
- Eliminasi
Gejala : Sering berkemih, nokturia (berkemih malam
hari.
- Integritas ego
Gejala : Kuatir, takut.
Tanda : Ansietas, gelisah.
- Makanan / cairan
Gejala : Nafsu makan menurun.
Tanda : Penurunan berat badan, turgor kulit buruk
dengan bekas gigitan, tampak kulit dan membran mukosa kering.
- Hygiene
Gejala : Keletihan / kelemahan
Tanda : Penampilan tidak rapi.
- Neurosensori
Gejala : Sakit kepala / pusing, gangguan penglihatan.
Tanda : Kelemahan otot, penurunan kekuatan otot.
- Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri pada punggung, sakit kepala.
Tanda : Penurunan rentang gerak, gelisah.
- Pernafasan
Gejala : Dispnea saat bekerja.
Tanda : Mengi
- Keamanan
Gejala : Riwayat transfusi.
Tanda : Demam ringan, gangguan penglihatan.
- Seksualitas
Gejala : Kehilangan libido.
(Doenges, E, Marilynn, 2000, hal : 582 – 585).
·
Pemeriksaan Penunjang
1) Jumlah darah lengkap (JDL) : leukosit dan trombosit menurun.
2) Retikulosit : jumlah dapat bervariasi dari 30 % - 50 %.
3) Pewarnaan SDM : menunjukkan sebagian sabit atau lengkap.
4) LED : meningkat
5) Eritrosit : menurun
6) GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2
7) Billirubin serum : meningkat
8) LDH : meningkat
9) TIBC : normal sampai menurun
10) IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal
11) Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang
12) Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang.
Klasifikasi data
Data subjektif
·
Keletihan / kelemahan.
·
Nokturi.
·
Nafsu makan menurun.
·
Nyeri pada punggung.
·
Sakit kepala.
·
Berat badan menurun.
·
Gangguan penglihatan.
Data objektif
·
h) Konjungtiva pucat.
·
Gelisah.
·
j) Warna kulit pucat.
·
k) Gangguan gaya berjalan.
·
l) Tekanan darah menurun.
·
m) Demam ringan.
·
n) Eritrosit menurun.
·
o) Bilirubin serumen : meningkat.
·
p) JDL : leukosit dan trombosit menurun.
·
q) LDH meningkat.
(Doenges E.
Mariylnn, 2000, hal : 582 – 585).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun
kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien anemia sel sabit baik aktual maupun
potensial adalah sebagai berikut :
- Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi jaringan (Hb menurun).
- Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan fungsi / gangguan pada sum-sum tulang.
- Aktifitas intolerance berhubungan dengan kelemahan otot.
- Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan porsi makan tidak dihabiskan.
- Integritas kulit berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke jaringan.
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
- Kecemasan / kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya.
RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi
jaringan (HB rendah)
Tujuan : Tidak
merasakan nyeri,
Tindakan keperawatan
·
Kaji tingkat nyeri
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri dapat mempermudah dalam
menentukan intervensi selanjutnya.
·
Anjurkan klien teknik nafas dalam
Rasional : Dengan menarik nafas dalam memungkinkan sirkulasi O2 ke
jaringan terpenuhi.
·
Bantu klien dalam posisi yang nyaman
Rasional : Mengurangi ketegangan sehingga nyeri berkurang.
·
Kolaborasi pemberian penambah darah
Rasional : Membantu klien dalam menaikkan tekanan darah dan proses
penyembuhan.
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan
dengan penurunan fungsi / gangguan sumsum tulang.
Tujuan : Perfusi
jaringan adekuat
Tindakan keperawatan :
·
Ukur tanda-tanda vital :
Rasional : Untuk mengetahui derajat / adekuatnya perfusi jaringan dan
menentukan intevensi selanjutnya.
·
Tinggikan kepala tempat tidur klien
Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler
·
Pertahankan suatu lingkungan yang nyaman.
Rasional : Vasekonstriksi menurunkan sirkulasi perifer dan menghindari
panas berlebihan penyebab vasodilatasi.
·
Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila
terjadi kelemahan.
Rasional : Stres kardiopulmonal dapat menyebabkan kompensasi.
3. Aktivitas intolerance berhubungan dengan
kelemahan otot
Tujuan :
aktifitas toleransi, dengan kriteria : klien bisa melakukan aktivitas sendiri.
Tindakan keperawatan
·
Kaji tingkat aktifitas klien
Rasional : Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan klien dan untuk
menetukan intervensi selanjutnya.
·
Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien
Rasional : Untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
·
Bantu pasien dalam melakukan latihan aktif dan
pasif
Rasional : Untuk meningkatkan sirkulasi jaringan
·
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADLnya
Rasional : Dengan bantuan perawat dan keluarga klien dapat memenuhi
kebutuhannya.
·
Berikan lingkungan tenang
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan regangan jantung dan
paru..
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan porsi makan tidak dihabiskan.
Tujuan : Nutrisi
terpenuhi dengan kriteria : nafsu makan meningkat, porsi makan dihabiskan.
Tindakan keperawatan :
·
Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang
disukai
Rasional : Mengidentifikasi efisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
·
Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering
dan bervariasi
Rasional : Pemasukan makanan atau menambah kekuatan dan diberikan
sedikit-sedikit agar pasien tidak merasa bosan.
·
Beri HE tentang pentingnya makanan atau gizi
Rasional : Makanan yang bergizi dapat mempercepat penyembuhan
penyakitnya..
·
Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Mengawasi penurunan BB atau efektivitas intervensi nutrisi.
·
Penatalaksanaan pemberian vitamin B1.
Rasional : Vitamin bisa menambah nafsu makan.
·
Konsul pada ahli gizi
Rasional : Membantu dalam membuat rencana diit untuk memenuhi kebutuhan
individu.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan menurunnya aliran darah ke jaringan
Tujuan :
Mempertahankan integritas kulit dengan kriteria : kulit segar, sirkulasi darah
lancar
Tindakan keperawatan .
·
Kaji integritas kulit, catat pada perubahan
turgor, gangguan warna
Rasional : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan
imobilitas
·
Anjurkan permukaan kulit kering dan bersih
Rasional : Area lembab, terkontamiansi memberikan media yang sangat baik
untuk pertumbuhan organisme patogenik
·
Ubah posisi secara periodik
Rasional : Meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit membatasi iskemia
jaringan / mempengaruhi hipoksia selular.
·
Tinggikan ekstremitas bawah bila duduk
Rasional : Meningkatkan aliran balik vena menurunkan statis vena /
pembentukan edema.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
gangguan integritas kulit
Tujuan :
Mencegah / menurunkan resiko infeksi
Tindakan keperawatan
·
Berikan perawatan kulit
Rasional : Menurunkan resiko kerusakan kulit / jaringan dan infeksi
·
Dorong perubahan posisi / ambulasi yang sering
Rasional : Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu mobilisasi
sekresi
·
Tingkatkan masukan cairan adekuat
Rasional : Membantu dalam mengencerkan sekret pernafasan untuk
mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh
·
Pantau suhu, catat adanya menggigil dan
takikardia.
Rasional : Adanya proses inflamasi / infeksi membutuhkan evaluasi /
pengobatan.
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penyakitnya
Tujuan :
Memahami tentang penyakitnya, mau menerima keadaan penyakitnya, klien tidak
bertanya tentang penyakitnya
Tindakan keperawatan
·
Berikan informasi tentang penyakitnya
Rasional : Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat
pilihan yang tepat, menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam
program terapi
·
Kaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya
Rasional : Memberi pengetahuan berdasarkan pola kemampuan klien untuk
memilih informasi
·
Dorong mengkonsumsi sedikitnya 4 – 6 liter
cairan perhari
Rasional : Mencegah dehidrasi dan konsekuensi hiperviskositas yang dapat
membuat sabit / krisis.
·
Dorong latihan rentang gerak dan aktivitas fisik
teratur dengan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
Rasional : Mencegah demineralisasi tulang dan dapat menurunkan resiko
fraktur.
PELAKSANAAN
Pelaksanaan adalah pengobatan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran
dokter dan menjalankan ketentuan dari rumah sakit. Sebelum pelaksanaan terlebih
dahulu harus mengecek kembali data yang ada, karena kemungkinan ada perubahan
data bila terjadi demikian kemungkinan rencana harus direvisi sesuai kebutuhan
pasien.
EVALUASI
Evaluasi adalah pengukuran dari keberhasilan rencana perawatan dalam
memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam
menggunakan proses perawatan.
Hasil evaluasi yang diharapkan / kriteria : evaluasi pada klien dengan
anemia sel sabit adalah sebagai berikut :
1. Mengatakan
pemahaman situasi / faktor resiko dan program pengobatan individu dengan
kriteria :
a. Menunjukkan teknik / perilaku yang memampukan
kembali melakukan aktivitas.
b. Melaporkan kemampuan melakukan
peningkatan toleransi aktivitas.
2. Menyatakan
pemahaman proses penyakit dan pengobatan dengan kriteria :
a.
Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala peyebab.
b.
Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada
pengobatan.
3. Mengidentifikasi
perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi dengan kriteria:
c. Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan.
d. Menyukai diri sebagai orang yang berguna.
4. Mempertahankan
hidrasi adekuat dengan kriteria :
Tanda-tanda vital stabil, turgor
kulit normal, masukan dan keluaran seimbang.
5. Menunjukkan
perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan / mempertahankan berat badan
yang sesuai dengan kriteria :
Menunjukkan
peningkatan berat badan, mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal.
DAFTAR
PUSTAKA
1.Doenges, E. M,
Mary F.M, Alice C.G, (2002), Rencana Asuhan
Keperawatan, EGC, Jakarta.
2.Smeltzer C.
Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3, EGC : Jakarta.
3.Price A. S,
Wilson M. Lorraine, (1995), Patofisiologi, vol. 2, EGC : Jakarta.
4.Hoffbrand V.A,
Pettit E.J, (1996), Kapita Selekta Hematologi, EGC : Jakarta.
5.Hall and
Guyton, (1997), Fisiologi Kedokteran, EGC : Jakarta.
6.Noer
Sjaifullah H. M, (1999), Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar