BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keperawatan maternitas merupakan
salah satu bentuk pelayanan profesional keperawatan yang ditujukan kepada
wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan system reproduksi,
kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai
umur 40 hari, beserta keluarganya, berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar
dalam beradaptasi secara fisik dan psikososial untuk mencapai kesejahteraan
keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Asuhan keperawatan
yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien dan keluarganya
serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang
sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan
mendidik WUS dan melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah
kehamilanpersalinan dan nifas, membantu dan mendeteksi
penyimpangan-penyimpangan secara dini dari keadaan normal selama kehamilan
sampai persalinan dan masa diantara dua kehamilan, memberikan konsultasi
tentang perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan, membantu dalam proses
persalinan dan menolong persalinan normal, merawat wanita masa nifas dan bayi
baru lahir sampai umur 40 hari menuju kemandirian, merujuk kepada tim kesehatan
lain untuk kondisikondisi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
B.
Tujuan
a.
Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memehami konsep keperawatan
maternitas tentang cara pemberian asuhan keperawatan antenatal care.
b. Tujuan
Khusus
·
Mahasiswa dapat memahami pengertian ANC
·
Mahasiswa dapat memahami tujuan ANC
·
Mahasiswa dapat memahami fase kehamilan
·
Mahasiswa dapat memahami tanda dan gejala ANC
·
Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang
ANC
·
Mahasiswa dapat memahami perubahan-perubahan dan
adaptasi psikologis dalam masa kehamilan
·
Mahasiswa dapat memahami teknik pemijatan bayi
·
Mahasiswa dapat memahami tujuan pemijatan bayi
·
Mahasiswa dapat memahami manfaat pemijatan bayi
C.
Manfaat
1. Memberikan penjelasan tentang konsep antenatal
care dan pemberian asuhan keperawatanya.
2. Mengetahui teknik pemijatan bayi dan
dapat mengaplikasikan denan benar sesuai teori yang ada.
BAB II
Tinjauan teori
A.
Definisi Antenatal Care
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC)
adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik
ibu hamil, hingga mampu menghdapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan
ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008).
Pemeriksaan kehamilan merupakan
pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak
dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum
sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Prawiroharjo 2005)
Kunjungan Antenatal Care (ANC)
adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji
kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi
dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan. (Henderson 2006)
B.
Tujuan Antenatal care
Menurut Depkes RI (2004) tujuan Antenatal
Care (ANC) adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa
kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan
bayi yang sehat.
Tujuan:
1.
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang janin.
2.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
maternal dan sosial ibu dan bayi.
3.
Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
4.
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5.
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI Eksklusif.
6.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
7.
Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
perinatal.
C. Dampak Tidak Memeriksakan Kehamilan Secara Teratur
Pelayanan/asuhan antenatal memiliki manfaat yang baik untuk
mengetahui perkembangan ibu hamil dan juga janin dalam kandungannya, hal itu
dapat tercapai juka ibu melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur dan jika
tidak maka akan beresiko bagi ibu dan janin dalam kandungan, dalam Ratirochmat
(2009), dijelaskan dampak tersebut sebagai berikut:
1.
Tidak dapat diupayakan kehamilan yang sehat
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau
komplikasi sehingga ibu hamil memerlukan pemantauan selama kahamilan agar dapat
diupayakan kehamilan yang sehat.
2.
Tidak dapat melakukan deteksi dini komplikasi,
melakukan penatalaksanaan awal serta persiapan rujukan bila diperlukan.
Dengan tidak memeriksakan keamilan secara teratur maka tidak
dapat dikenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum sehingga
penatalaksanaan awal dan persiapan rujukan tidak dapat dipersiapkan.
3.
Tidak dapat melakukan Persiapan persalinan yang bersih
dan aman
Dengan tidak terdeteksi komplikasi sejak dini maka dapat
berdampak pada persalinan dan nifas yang bermasalah.
4.
d.
Ibu, suami dan Keluarga tidak dapat mengetahui perencanaan antisipstif
dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.
D.
Manifestasi Klinis Anc
Tanda dan gejala (keluhan) pada wanita hamil :
1. Morning
Sicknees
Morning sickness adalah hal yang
wajar terjadi pada ibu hamil, terutama di masa-masa awal kehamilan. Setiap
pagi, dilalui dengan mual, muntah, juga diiringi dengan pusing kepala. Segala
aktivitas menjadi terhambat, karena harus banyak-banyak beristirahat. Hampir
sepertiga ibu hamil di dunia mengalami ini. Jadi, jangan kuatir.
Yang patut diwaspadai adalah
manakala morning sickness ini menjadi tidak wajar. Misalkan, ada yang sampai
tidak bisa melihat makanan dalam bentuk apapun, muntah setiap kali makan
sehingga harus diopname berkali-kali.
2. Kaki keram
3. Varises tampak
4. Sesak bagian bawah
5. Pinggang pegal
6. Edema
7. Hemeroit
E.
Fase Kehamilan
Dalam pertumbuhan janin ada beberapa fase yaitu :
1. Fase
0 – 4 Minggu
Pada minggu-minggu awal ini, janin memiliki panjang tubuh
kurang lebih 2 mm. Perkembangannya juga ditandai dengan munculnya cikal bakal
otak, sumsum tulang belakang yang masih sederhana, dan tanda-tanda wajah yang
akan terbentuk.
2.
Fase 4 – 8 Minggu
Ketika usia kehamilan mulai mencapai usia 6 minggu, jantung
janin mulai berdetak, dan semua organ tubuh lainnya mulai terbentuk. Muncul
tulang-tulang wajah, mata, jari kaki, dan tangan.
3.
Fase 8 – 12 Minggu
Saat memasuki minggu-minggu ini, organ-organ tubuh utama
janin telah terbentuk. Kepalanya berukuran lebih besar daripada badannya,
sehingga dapat menampung otak yang terus berkembang dengan pesat. Ia juga telah
memiliki dagu, hidung, dan kelopak mata yang jelas. Di dalam rahim, janin mulai
diliputi cairan ketuban dan dapat melakukan aktifitas seperti menendang dengan
lembut. Organ-organ tubuh utama janin kini telah terbentuk.
4.
Fase 12 – 16 Minggu
Paru-paru janin mulai berkembang dan detak jantungnya dapat
didengar melalui alat ultrasonografi (USG). Wajahnya mulai dapat membentuk
ekspresi tertentu dan mulai tumbuh alis dan bulu mata. Kini ia dapat memutar
kepalanya dan membuka mulut. Rambutnya mulai tumbuh kasar dan berwarna.
5.
Fase 16 – 20 Minggu
Ia mulai dapat bereaksi terhadap suara ibunya. Akar-akar gigi
tetap telah muncul di belakang gigi susu. Tubuhnya ditutupi rambut halus yang
disebut lanugo. Si kecil kini mulai lebih teratur dan terkoordinasi. Ia bisa
mengisap jempol dan bereaksi terhadap suara ibunya. Ujung-ujung indera pengecap
mulai berkembang dan bisa membedakan rasa manis dan pahit dan sidik jarinya
mulai nampak.
6.
Fase 20 – 24 Minggu
Pada saat ini, ternyata besar tubuh si kecil sudah sebanding
dengan badannya. Alat kelaminnya mulai terbentuk, cuping hidungnya terbuka, dan
ia mulai melakukan gerakan pernapasan. Pusat-pusat tulangnya pun mulai
mengeras. Selain itu, kini ia mulai memiliki waktu-waktu tertentu untuk tidur.
7.
Fase 24 – 28 Minggu
Di bawah kulit, lemak sudah mulai menumpuk, sedangkan di
kulit kepalanya rambut mulai bertumbuhan, kelopak matanya membuka, dan otaknya
mulai aktif. Ia dapat mendengar sekarang, baik suara dari dalam maupun dari
luar (lingkungan). Ia dapat mengenali suara ibunya dan detak jantungnya
bertambah cepat jika ibunya berbicara. Atau boleh dikatakan bahwa pada saat ini
merupakan masa-masa bagi sang janin mulai mempersiapkan diri menghadapi hari
kelahirannya.
8.
Fase 28 – 32 Minggu
Walaupun gerakannya sudah mulai terbatas karena beratnya yang
semakin bertambah, namun matanya sudah mulai bisa berkedip bila melihat cahaya
melalui dinding perut ibunya. Kepalanya sudah mengarah ke bawah. Paru-parunya
belum sempurna, namun jika saat ini ia terlahir ke dunia, si kecil kemungkinan
besar telah dapat bertahan hidup.
F. Perubahan Fisik dan Psikologis Ibu Hamil
a. Perubahan fisik pada ibu hamil
Kehamilan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan
perempuan. Suatu peristiwa yang dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai
keluarnya hasil konsepsi dari dalam rahim. Kehamilan membawa perubahan terhadap
kondisi fisik dan psikis perempuan yang bersangkutan (Saifuddin, 2002, hlm.
89).
b. Perubahan
Organ
·
Adanya hiperpigmentasi karena meningkatnya MSH
terutama pada papilla mammae
·
Perubahan pada perut semakin membesar > 5
bulan pusat menonjol
·
Pada tungkai adanya pelebaran pada vena tungkai
·
Perubahan pada payudara yang semakin membesar
dan tegang disebabkan karena meningkatnya hormone estrogen, progesterone
c. Perbahan
pada Alat Kelamin
·
Membesarnya ukuran uterus seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan. Pembesaran uterus ini mengakibatkan pembesaran
abdomen
·
Adanya tanda Chadwick
Yaitu keadaan vulva merah kebiruan karena peningkatan hormone estrogen
dan hipervascularisasi
·
Adanya tanda Braxtonhicks
·
Adanya kontraksi dan relaksasi otot uterus pada
minggu pertama namun tidak menimbulkan nyeri
·
Pada ovarium Corpus luteum tidak menjadi corpus
albican bahkan terus mengeluarkan hormone estrogen dan progesteron untuk
menjaga kehamilan
d.
Perubahan pada Alat Pencernaan
· Adanya
rasa mual dan muntah terutama pada pagi hari / morning sickness disebabkan peningkatan HCG dan
perubahanmetabolisme karbohidrat
· Pada
hamil tua nafsu makan menurun dan tidak dapat banyak makan karena alat
pencernaan agak terdorong keatas
e. Perubahan psikologis pada ibu hamil
Kehamilan adalah hal yang luar biasa
karena menyangkut perubahan yang fisiologis, biologis dan psikis yang mengubah
hidup seorang wanita (Maulana, 2008).
Kehamilan juga merupakan suatu perubahan
hormonal, yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap kehamilan yang dapat
menimbulkan stres, dapat menjadi perubahan mood, hampir sama seperti saat
mereka akan menstruasi atau selama menopause (Bobak, Lowdermilk & Jensen,
2005).
Perubahan psikologis pada wanita hamil
dipengaruhi beberapa factor diantaranya:
·
Apakah kehamilan tersebut benar-benar
direncanakan atau tidak
·
Apakah kehamilan tersebut memang diinginkan
·
Keadaan status ekonomi
·
Jumlah anak dalam keluarga serta interval antara
anak yang lahir
·
Latar belakang kultur budaya serta kepercayaan
yang dianut ibu hamil
·
Riwayat penyakit yang diderita ibu termasuk
infertilitas yang pernah dialami sebelumnya
G.
Lokasi Pelayanan Antenatal Care
Menurut Dep Kes RI (1994 : 16), tempat pemberian pelayanan
antenatal care dapat bersifat statis dan aktif meliputi :
1. Puskesmas/
puskesmas pembantu
2. Pondok
bersalin desa.
3. Posyandu.
4. Rumah
sakit pemerintah/ swasta
5. Rumah
sakit bersalin
6. Tempat
praktek swasta (bidan dan dokter).
H.
Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Care
Pelayanan antenatal care selengkapnya
mencakup anemnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan
laboratorium atas indikasi dasar dan intervensi khusus sesuai dengan tingkat
resiko. Dengan penerapan operasionalnya dikenal standar minimal ”7T” untuk
pelayanan antenatal yang terdiri atas :
1. Timbang berat badan
Penimbangan dilakukan setiap kali ibu
hamil memeriksakan diri,
karena hubungannnya erat dengan pertambahan berat badan lahir bayi. Berat badan ibu hamil yang sehat
akan bertambah antara 10-12 Kg sejak sebelum hamil
2. Ukuran tekanan darah, diukur setiap
kunjungan
Pengukuran tekanan darah harus
dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini terhadap
terjadinya tiga gejala preeklamsi. Tekanan darah tinggi, protein urin positif,
pandangan kabur atau oedema pada ekstremitas. Apabila tekanan darah mengalami
kenaikan 15 mmHg dalam dua kali pengukuran dengan jarak 1 jam atau tekanan
darah > 140/90 mmHg maka ibu hamil
mengalami preeklamsi.
3. Ukur tinggi fundus uteri
Dilakukan
setiap kunjungan dimana fundus uteri mulai teraba setelah usia kehamilan >
12 minggu.
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan secara rutin untuk mendeteksi
secara dini terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan janin
intrauterin, tinggi fundus uteri juga dapat digunakan untuk mendeteksi terhadap
terjadinya molahidatidosa, janin ganda atau hidramnion.
4. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid atau TT
lengkap
Mulai
diberikan usia kehamilan 16 minggu dengan interval pemberian selanjutnya 4
minggu. Pemberian imunisasi
TT ini untuk mencegah terjadinya
penyakit tetanus.
5.
Pemberian
tablet zat besi minimal 90 tablet selama hamil, mulai diberikan pada usia
kehamilan 20 minggu diminum 1 hari 1 tablet.
Pemberian tablet tambah darah dimulai
setelah rasa mual hilang satu tablet setiap hari, minimal 90 tablet. Tiap
tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 μg. Tablet
besi sebaiknya tidak minum bersama kopi, teh karena dapat mengganggu
penyerapan.
6.
Tes laboratorium (rutin
dan khusus).
Pemeriksaan
laboratorium rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin, protein urine, gula darah,
dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus dilakukan didaerah prevalensi tinggi dan
atau kelompok perilaku terhadap HIV, sifilis, malaria, tubercolusis, cacingan
dan thalasemia.
7.
Temu wicara (konseling).
Memberikan penyuluhan sesuai dengan
kebutuhan seperti perawatan diri selam hamil, perawatan payudara, gizi ibu
hamil, tanda-tanda bahaya kehamilan dan janin sehingga ibu dan keluarga dapat
segera mengambil keputusan dalam perawatan selanjutnya dan mendengarkan keluhan
yang disampaikan (Prawirohardjo, 2006).
I.
Frekuensi
Kunjungan Antenatal Care
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara
ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti
bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan tetapi dapat juga
sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan dirumahnya.
Selama kehamilan keadaan ibu dan janin
harus selalu dipantau jika terjadi penyimpangan dari keadaan normal dapat
dideteksi secara dini dan diberikan penanganan yang tepat. Oleh karena itu ibu
hamil diharuskan memeriksakan diri secara berkala selama kehamilannya.
Menurut Manuaba (2000 : 129), berdasarkan
standar pemeriksaan kehamilan dilakukan berulang dengan ketentuan sebagai
berikut :
·
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah
diketahui terlambat haid.
·
Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7
bulan.
·
Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan.
·
Setiap minggu sejak umur kehamilan 8 bulan
sampai dengan bersalin.
Dalam pelaksanaan ANC terdapat kesepakatan
adanya standar minimal yaitu dengan pemeriksaan ANC 4 kali selama kehamilan dengan
distribusi sebagai berikut
·
Minimal satu kali pada trimester I (< 14
minggu)
·
Minimal satu kali pada trimester II (14-28
minggu)
·
Minimal dua kali pada trimester III (28-36
minggu dan sesudah minggu ke-36). (Saifuddin, 2005))
Menurut Jumiarni (1995 : 34), frekuensi
ANC diharapkan paling kurang 8 kali (7 – 9 kali) sehingga pengawasan ibu dan
janin dapat dilaksanakan dengan optimal. Pemeriksaan kehamilan tersebut
dilaksanakan dengan jadwal dan kegiatan sebagai berikut :
a. Kunjungan
1 (0-12 minggu) kunjungan II 12-24 minggu
Pada kunjungan ini dilakukan:
1.
Anamnesis lengkap, termasuk mengenai riwayat obstrtric
dan ginekologi.
2.
Pemeriksaan fisik ; Tekanan darah, nadi, pernafasan,
suhu tubuh, bunyi jantung, bunyi pernafasan, reflek patella, edema dan
lain-lain.
3.
Pemeriksaan obstetric : Usia kehamilan, tinggi fundus
uteri, DJJ (kehamilan lebih dari 12 minggu), pengukuran panggul luar.
4.
Pemeriksaan laboratorium : urine lengkap, darah
(Haemoglobin, leukosit, Diff, Golongan darah, Rhesus, sitologi, dan gula
darah).
5.
Penilaian status gizi, dilihat dari keseimbangan antara
berat badan (BB) dan tinggi badan (TB).
6.
Penilaian resiko kehamilan.
7.
KIE pada ibu hamil tentang keberhasilan diri dan gizi
ibu hamil.
8.
Pemberian imunisasi TT 1.
b. Kunjungan
III, 28 – 32 Minggu
Pemeriksaan terutama untuk
menilai resiko kehamilan, laju pertumbuhan janin, kelainan atau cacat bawaan.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Anemnese
meliputi keluhan dan perkembangan yang dirasakan oleh ibu.
2. Pemeriksaan
fisik dan obstetric (pengukuran panggul luar tak perlu dilakukan lagi).
3. Pemerksaan
dengan USG. Biometri janin (besar dan usia kehamilan), aktifitas janin,
kelainan, cairan ketuban dan letak plasenta, serta keadaan plasenta.
4. Penilaian
resiko kehamilan.
5. KIE
tentang perawatan payudara.
6. Pemberian
imunisasi TT 2 dan vitamin bila perlu.
c. Kunjungan
IV kehamilan 34 minggu.
Pemeriksaan terutama untuk
menilai resiko kehamilan dan pemeriksaan laboratorium ulang. Kegiatannya adalah
1. Anamnese
keluhan dan gerakan janin.
2. Pengamatan
gerak janin
3. Pemeriksaan
fisik dan obstetrik (pemeriksaa panggl dalam bagi kehamilan pertama)
4. Penilaian
resiko kehamilan.
5. Pemeriksaan
laboratorium ulang : Hb, Ht, dan gula darah.
6. Nasehat
senam hamil, perawatan payudara dan gizi.
d. Kunjungan
V (36 minggu), Kunjungan VI (38 minggu), Kunjungan VII (40 minggu) (2 minggu 1
kali)
Pemeriksaan terutama untuk
menilai resiko kehamilan, aktifitas janin dan pertumbuhan janin secara klinis.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Anamnese
meliputi keluhan, gerakan janin dan keluhan.
2. Pemeriksaan
laboratorium ulang (Hb dan gula darah).
3. Pemeriksaan
fisik dan obstetrik.
4. Penilaian
resiko kehamilan.
5. USG
ulang pada kunjungan 4.
6. KIE
tentang senam hamil, perawatan payudara dan persiapan persalinan.
7. Pengawasan
penyakit yang menyertai kehamilan dan komplikasi trimester III.
8. Penyuluhan
diet 4 sehat 5 sempurna.
e. Kunjungan
VIII 41 minggu, kunjungan IX 42 minggu (1 minggu sekali)
Pemeriksaan terutama ditujukan
kepada penilaian, kesejahteraan janin dan fungsi plasenta serta persiapan
persalinan.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Anamnese
meliputi keluhan dan lain-lain.
2. Pengamatan
gerak janin.
3. Pemeriksaan
fisik dan obstetric.
4. Pemeriksaan
USG yaitu pemeriksaan yang memantau keadaan jantung janin sehubungan dengan
timbulnya kontraksi.
5. Memberi
nasehat tentang tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan dan rencana untuk
melahirkan.
6. Sesuai
standar kunjungan ibu hamil diatas maka semakin tua umur kehamilan harus
semakin sering memeriksakan kehamilannya, resiko kehamilan semakin tinggi,
semakin tinggi pula kebutuhan untuk memeriksakan kehamilannya.
J.
Faktor
Resiko Ibu Hamil
Menurut Dep Kes RI (1992) faktor resiko ibu hamil seperti
yang tercantum dalam KMS ibu hamil adalah sebagai berikut :
1.
Anemia berat (Hb < 8 gr %)
2.
Tekanan darah diastole > 90 mmHg
3.
Perdarahan selama kehamilan
4.
Kelainan pada persalinan terdahulu
5.
Jarak kehamilan terakhir kurang dari 2 tahun
6.
Tinggi badan kurang dari 140 cm
7.
Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih 35 tahun
8.
Pernah sakit kronis
Tabel 2.3.3. Penilaian resiko kehamilan (Depkes RI, 1992 :
85)
No.
|
Kriteria
|
|
Jumlah Nilai
|
1.
|
Kematian neonatal
Riwayat preterm
Riwayat preeklamsi
Penyakit paru
Anemi 8-10 gr%
Tinggi badan < 145 cm
|
BB < 40 atau > 70 kg
Premipara < 20 tahun dan > 35 tahun
Multi para > 40 tahun
Paritas > 3
Tanpa antenatal
|
1
|
2.
|
Abortus > 3
Riwayat SC
Placenta previa
Diabetes mellitus
|
Gemelli
Sungsang
Partus percobaan
Hiperteoridism
|
2
|
3.
|
Riwayat lahir mati
Penyakit ginjal
Partus 32 – 36 minggu
Posterum > 42 minggu
Penyakit hepar
Preeklamsi berat
|
Sungsang (premipara)
Ketuban pecah > 6 jam
Mekonium (kepala)
Partus > 24 jam
Plasenta previa
SC
|
3
|
4.
|
Diabetes mellitus
Fitiumcordis
KMK
|
DJJ ireguler < 120 atau > 180 kali / menit
|
4
|
5.
|
Eklamsi
Hedramnion
Infeksi intra partum
KPD > 24 jam
|
Incomtabilitas RH
Solutio pacenta
Letak lintang
Prolapsus tali pusat
|
5
|
Keterangan :
1. Bila
jumlah nilai resikonya > 3 ibu hamil perlu dirujuk ke Puskesmas untuk
mendapatkan pemriksaan dan penanganan yang lebih teliti dari dokter.
2. Bila
jumlah nilai resiko > 5 ibu hamil harus dirujuk ke rumah sakit. Ibu
hamil yang boleh ditolong perawat/ bidan hanya pasien dengan resiko rendah
dengan nilai < 3.
K. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes
darah
Jenis
pemeriksaan ini dianjurkan dokter setelah pasien dinyatakan positif hamil.
Contoh darah akan diambil untuk diperiksa apakah terinfeksi virus tertentu atau
resus antibodi. Contoh darah calon ibu juga digunakan untuk pemeriksaan hCG. Dunia
kedokteran menemukan, kadar hCG yang tinggi pada darah ibu hamil berarti ia
memiliki risiko yang tinggi memiliki bayi dengan sindroma Down.
2.
Alfa Fetoprotein (AFP)
Tes ini hanya
pada ibu hamil dengan cara mengambil contoh darah untuk diperiksa. Tes
dilaksanakan pada minggu ke-16 hingga 18 kehamilan. Kadar Maternal-serum alfa-fetoprotein
(MSAFP) yang tinggi menunjukkan adanya cacat pada batang saraf seperti spina
bifida (perubahan bentuk atau terbelahnya ujung batang saraf) atau anencephali
(tidak terdapatnya semua atau sebagian batang otak). Kecuali itu, kadar MSAFP
yang tinggi berisiko terhadap kelahiran prematur atau memiliki bayi dengan
berat lahir rendah.
3. Sampel
Chorion Villus (CVS)
Tes ini jarang
dilakukan oleh para dokter karena dikhawatirkan berisiko menyebabkan abortus
spontan. Tes ini dilakukan untuk memeriksa kemungkinan kerusakan pada kromosom.
Serta untuk mendiagnosa penyakit keturunan. Tes CVS ini mampu mendeteksi adanya
kelainan pada janin seperti Tay-Sachs, anemia sel sikel, fibrosis berkista,
thalasemia, dan sindroma Down.
4.
Ultrasonografi (USG)
Tes ini dilakukan
untuk mendeteksi kelainan struktural pada janin, seperti; bibir sumbing atau
anggota tubuh yang tidak berkembang. Sayangnya USG tidak bisa mendeteksi
kecacatan yang disebabkan oleh faktor genetik. Biasanya USG dilakukan pada
minggu ke-12 kehamilan. Pada pemeriksaan lebih lanjut USG digunakan untuk
melihat posisi plasenta dan jumlah cairan amnion, sehingga bisa diketahui lebih
jauh cacat yang diderita janin. Kelainan jantung, paru-paru, otak, kepala,
tulang belakang, ginjal dan kandung kemih, sistem pencernaan, adalah hal-hal
yang bisa diketahui lewat USG.
5.
Amiosentesis
Pemeriksaan
ini biasanya dianjurkan bila calon ibu berusia di atas 35 tahun. Karena hamil
di usia ini memiliki risiko cukup tinggi. Terutama untuk menentukan apakah
janin menderita sindroma Down atau tidak. Amniosentesis dilakukan dengan cara
mengambil cairan amnion melalui dinding perut ibu. Cairan amnion yang
mengandung sel-sel janin, bahan-bahan kimia, dan mikroorganisme, mampu
memberikan informasi tentang susunan genetik, kondisi janin, serta tingkat
kematangannya. Tes ini dilakukan pada minggu ke-16 dan 18 kehamilan. Sel-sel
dari cairan amnion ini kemudian dibiakkan di laboratorium. Umumnya memerlukan
waktu sekitar 24 sampai 35 hari untuk mengetahui dengan jelas dan tuntas hasil
biakan tersebut.
6.
Sampel darah janin atau cordosentesis
Sampel darah
janin yang diambil dari tali pusar. Langkah ini diambil jika cacat yang
disebabkan kromosom telah terdeteksi oleh pemeriksaan USG. Biasanya dilakukan
setelah kehamilan memasuki usia 20 minggu. Tes ini bisa mendeteksi kelainan
kromosom, kelainan metabolis, kelainan gen tunggal, infeksi seperti
toksoplasmosis atau rubela, juga kelainan pada darah (rhesus), serta problem
plasenta semisal kekurangan oksigen.
7. Fetoskopi
Meski
keuntungan tes ini bisa menemukan kemungkinan mengobati atau memperbaiki
kelainan yang terdapat pada janin. Namun tes ini jarang digunakan karena risiko
tindakan fetoskopi cukup tinggi. Sekitar 3 persen sampai 5 persen kemungkinan
kehilangan janin. Dilakukan dengan menggunakan alat mirip teleskop kecil,
lengkap dengan lampu dan lensa-lensa. Dimasukkan melalui irisan kecil pada
perut dan rahim ke dalam kantung amnion. Alat-alat ini mampu memotret janin.
Tentu saja sebelumnya perut si ibu hamil diolesi antiseptik dan diberi anestesi
lokal.
8. Biopsi
kulit janin
Pemeriksaan
ini jarang dilakukan di Indonesia. Biopsi kulit janin (FSB) dilakukan untuk
mendeteksi kecacatan serius pada genetika kulit yang berasal dari keluarga,
seperti epidermolysis bullosa lethalis (EBL). Kondisi ini menunjukkan lapisan
kulit yang tidak merekat dengan pas satu sama lainnya sehingga menyebabkan
panas yang sangat parah. Biasanya tes ini dilakukan setelah melewati usia
kehamilan 15-22 minggu.
L.
Keluhan Pada
Masa Kehamilan
Keluhan ada masa hamil menurut Dep.Kes.RI.
(1994: 84) adalah suatu kondisi bersifat subyektif dimana pada individu yang
hamil terjadi proses adaptasi terhadap kehamilannya. Keluhan-keluhan tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut :
v Keluhan
pada Triwulan I usia kehamilan 1 – 3 bulan
Pada triwulan ini keluhan yang
timbul adalah :
1. Mual
dan Muntah
Terutama terjadi pada pagi hari
dan akan hilang menjelang tengah hari. (Morning Sicknes)
2. Perasaan
neg atau mual
Hal ini terjadi bila mencium bau
yang menyengat penciuman, misalnya : Bawang goreng, minyak rambut.
3. Pusing
terutama bila akan bangun dari tidur, hal ini terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan, perut kosong.
4. Sering
kencing
Sering kencing terjadi karena
tekanan uterus yang membesar dan menekan pada kandung kencing.
5. Keputihan
(leukorhoe)
Pengaruh peningkatan hormon
kehamilan (estrogen dan progesteron) yang mempengaruhi mukosa servix dan
vagina.
6. Pengeluaran
darah pervagina
7. Bila
terjadi perdarahan, perlu diwaspadai ancaman abortus.
8. Perut
membesar lebih besar dari usia kehamilan
Bila terjadi pembesaran uterus
tidak sesuai dengan umur kehamilan diwaspadai kemungkinan terjadi molla
hidatidosa.
v Keluhan
pada triwulan II, usia 4 – 6 bulan
Pada triwulan ini keluhan yang bersifat
subyektif sudah berakhir, sehingga bila ada ibu hamil masih mendapatkan keluhan
seperti pada triwulan I yang menyangkut faktor-faktor subyektif, perlu
diwaspadai kemungkinan adanya faktor psikologis. Pada triwulan ini sering
ditandai adanya adaptasi ibu terhadap kehamilannya, perasaan ibu cenderung
lebih stabil, karena keluhan yang terjadi pada triwulan I sudah terlewati. Ibu
merasakan pengalaman baru, mulai merasakan gerakan bayi, terdengarnya detak
jantung janin (DJJ) melalui alat doptone atau melihat gambar/posisi melalui
pemeriksaan USG.
Triwulan II juga dikatakan fase aman
untuk kehamilan, sehingga aktifitas ibu dapat berjalan tanpa gangguan yang
berarti.
v Pada
triwulan III, usia kehamilan 7 – 9 bulan
Pada triwulan ini keluhan yang sering
muncul akan mencerminkan prognose kehamilan. Keluhan yang bersifat subyektif
perlu mendapatkan perhatian karena hal ini menunjukkan kepada kondisi
patologis. Kejadian yang sering timbul antara lain :
1.
Pusing disertai pandangan berkunang-kunang
Hal ini dapat menunjukkan
kemungkinan terjadi anemia dengan HB kurang dari 10 %.
2.
Pandangan mata kaburdisertai pusing
Hal ini dapat digunakan rujukan
kemungkinan adanya hipertensi.
3.
Kaki odem
Odem pada kaki perlu dicurigai
karena sebagai salah satu gejala dari trias klasik ekslamsi, yakni hipertensi,
odem pada kaki dan protein uri. Sesak nafas pada triwulan III perlu dicurigai
kemungkinan adanya kelainan adanya kelainan letak (sungsang) kelainan posisi
bayi.
4.
Perdarahan
Pada triwulan III bisa terjadi
perdarahan pervaginam perlu dicurigai adanya placenta praevia atau solutio
plasenta.
5.
Keluar cairan di tempat tidur pada siang atau malam
hari, cairan jernih bukan pada saat kencing perlu dicurigai adanya ketuban
pecah dini (KPD).
6.
Sering kencing
Pada triwulan
III karena kepala bayi akan masuk ke pintu atas panggul (PAP) pada usia
kehamilan 36 minggu. Sering kencing disebabkan tekanan kepala bayi pada kandung
kemih.
Apabila ibu
hamil mendapat keluhan diatas, perlu segera periksa ke fasilitas kesehatan,
untuk itu penyuluhan pada triwulan III diarahkan kepada hal-halyang berkaitan
dengan antisipasi dari keluhan di atas. Selain keluhan di atas pada truwulan
III ditandai dengan adanya kegembiraan emosi karena akan lahirnya seorang bayi.
Reaksi calon ibu terhadap persalinan secara umum tergan\tung pada persiapan dan
persepsinya terhadap kewjadian ini, untuk itu kerjasama dan komunikasi yang
baik selama ANC perlu dibina sehingga ibu dapat melalui masa kehamilan dan
persalinan dengan perasaan gembira (Hamiton, 1998: 163).
M. Pengertian Pijat Bayi
Sentuhan
atau pijatan pada bayi dapat merangsang prodksi ASI, meningkatkan nafsu makan
dan berat badannya. Tindakan ini juga akan mempererat tali kasih orangtua dan
anak, serta menjadi dasar positif bagi pertumbuhan emosi dan fisik bayi.
Sentuhan alamiah pada bayi sesungguhnya sama artinya dengan tindakan mengurut
atau memijat. Kalau tindakan ini dilakukan secara teratur dan sesuai dengan
tata cara dan teknik pemijatan bayi, ia bisa menjadi terapi untuk mendapatkan
banyak manfaat buat si bayi yang Anda cintai. Untuk keperluan itu, kita tidak
perlu mengundang dukun pijat bayi sebab pemijatan bisa Anda lakukan sendiri.
Dalam
bukunya Pedoman Pijat Bayi, dr. Utami Roesli Sp.A., M.B.A menyebutkan, terapi
sentuhan (pijat) bisa memberikan efek positif secara positif, antaras lain
kenaikan berat badan dan peningkatan produksi ASI.
Hal
itu sudah dibuktikan oleh penelitian T.Field dan Scafidi dari Universitas
Miami, AS, yang menunjukkan bahwa 20 bayi premature mengalami kenaikan berat
badan 20-47% per hari setelah dipijat 3x5 menit selama 0 hari.
Bayi
cukup bulan usia 1-3 bulan yang dipijat 15 menit dua kali seminggu selama enam
minggu mengalami kenaikan berat badan lebih tinggi dari pada kelompok bayi yang
tidak dipijat. Bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus-nya
(saraf otak ke 10). Ini membuat kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin naik
sehingga penyerapan terhadaop sari makanan pun menjadi lebih baik.
Penyerapan
makanan yang lebih baik akan menyebabkan si kecil cepat lapar dan karena itu
lebih sering menyusui. Akibatnya prodksi ASI akan lebih banyak.
Rene
Spitz, dokter anak dan psikiater dari Amerika, melaporkan, bayi yang banyak
memperoleh senthan, khususnya dari ibu, akan jarang mengalami simpton
hospitalimus (gangguan seperti di radannnng telinga tengah, campak, gangguan
usus,dll)
Pengamat
T.Field seperti dikutip dr. J. David Hull, ahli vrologi molekuler dari Innggrs,
dalam makalah berjudul Touch Therapy :Science Confirms Instinct, menyebutkan
terapi pijat 30 menit per hari bisa mengurangi depresi dan kecemasan. Tidurnya pun
bertambah tenang. Terapi pijat 15 menit selama enam minggu pada bayi 1-3 bulan
jga akan meningkatkan kesiagaan (alertness) dan tangisnya berkurang. Ini akan
diikuti peningkatan berat badan, perbaiki kondisi psikis, berkurangnya kadar
hormon stress, dan bertambahnya kadar serotonin. Meningkatnya aktivitas
neurotransmitter srotonin ini akan meningkatkan kapasitas sel reseptor yang
mengikat glucocorticoid (adrenalin). Proses ini menyebabkan terjadinya
penurunan kadar hormon adrenalin (hormon stress), dan selanjjtnya akan
meningkatkan daya tahan tubuh.
Lebih
dari itu, sentuhan, belaian, dan pijatan akan memperat ikatan kasih sayang
orang tua dengan anak. Terhadap perkembangan emosi anak, sentuhan orang tua
merupakan dasar perkembangan komunikasi, yang akan memupuk cinta kasih timbal
balik, dan menjadi penentu bagi anak untuk menjadi anak yang berbudi pekerti
dan percaya diri. Lagi pula ia akan merasa aman karena karena merasa yakin
memiliki kasih sayang dan erlindngan dari orangtua.
Untuk
mengrangi kolik-yang biasanya ditandai dengan tangis melengking orangtua
dianjurkan memijat bayinya ketika kolik berlangsung, dan setiap kali sebelum
bayi tidur. Dengan memijat, interaksi bayi dengan orangtua lebih positif, dan
bayi menjadi lebih tenang, serta waktu tidur dan bangunnya lebih teratur.
Selain dapat melegakan saluran napas yang menyempit karena asma, pijatan juga
berfungsi mampu mengrangi perasaan gelisah dan depresi sehingga serangan asma
berkurang. Bahkan pemijatan pada bayi dari ibu HIV-positif dapat lebih
menaikkan berat badan dan meningkatkan perkembangan motorik bayi.
Setiap
gerakan yang berkaitan dengan kegiatan menggrut atau memijat pada dasarnya
memiliki khasiat. Gerakan usapan misalnya, dapat menenangkan anak, sehingga
bermanfaat bagi anak yang berpawakan gugup. Pada anak yang les dan malas
bergerak, Barbara Ahr, ahli fisioterapi, menganjurkan agar usapan dilakukan
sedikit lebih bertenaga dan diarahkan ke jantung. Usapan juga dapat merangsang
aliran darah dan getah bening. Anda dapat mengusap-ngusap bagan punggung,
tungkai atau lengan si kecil. Mengurut bayi bisa juga dengan gerakan remasan.
Remasan,
Menurut Ahr, berkhasiat pada jaringan penentu kemelaran otot yang terletak pada
gelondong jaringan otot. Dengan kata lain, remasan dapat membuat otot bayi
menjadi lebih kuat, sekaligus akan lebih melancarkan peredaran darah.
Teknik
remasan dilakukan dengan cara bagian tungkai atau lengan dipadatkan atau
dimelarkan menggunakan sisi tangan bagian dalam dan sedikit gerakan memeras,
mirip gerakan membuat adonan roti. Teknik kocokan dilakukan dengan cara menggulung.
Tangan diletakkan sejajar dengan anggota badan, sambil mengurut seperti
menggulung sosis atau mengaduk adonan. Teknik ini bermanfaat untuk mengendurkan
jaringan. Cara lain, dengan teknik melingkar. Mula-mula dilakukan usapan,
kemudian membuat bentuk lingkaran-lingkaran dengan kedua tangan. Dari lingkaran
besar kemudian mengecil. Dengan latihan, lingkaran yang terbentuk akan makin
bulat. Teknik urut lingkar, menurut Ahr, akan memberikan stimulasi pada
permukaan jaringan, bahkan ke bagian jaringan lebih daam. Haasilnya,aliran
darah meningkat dan pembuluh darah lebih lebar. Sema teknik urut (usapan,
remasan, kocokan, dan gerakan lingkar) bisa saling melengkapi.
Bila
dikerjakan secara lengkap, hasilnya akan lebih baik. Pemijatan bisa dilakukan
oleh ayah, ibu, nenekatau anggota keluarga lain. Penelitian di Australia
membuktikan, bawa bayi yang dipijat ayahanya berat Badannya cenderung naik dan
hubungan dengan yahnya pun makin baik. Bahkan bayi yang dipijat sejak usia
sebulan, ketika mencapai usia 3 bulan akan lebih responsive.
N. Kontra Indikasi
1.
Jangan dilakukan pada bayi yang suhu tubuhnya tinggi
2.
Jangan dilakukan pada bayi yang sedang sakit
O. Manfaat Pijat Bayi
1.
Mampu meningkatan daya tahan tubuh bayi.
2.
Membuat bayi tidur lebih nyenyak dan lelap.
3.
Meningkatkan kesiagaan untuk mudah balajar sesuatu.
4.
Memperbaiki sirkulasi darah dan pernapasan.
5.
Merangsang fungsi pencernaan dan pembuangan sisa-sisa
makanan.
6.
Meningkatkan kenaikan berat badan.
7.
Membuat bayi lebih tenang.
8.
Mengurangi kembung dan sakit perut.
9.
Meningkatkan hubungan batin antara orang tua dan bayi.
P.
Hal-Hal Yang
Perlu Dipersiapkan
1.
Atur temperetur ruang memijat bayi, jangan sampai bayi kedinginan
saat dibuka bajunya.
2.
Letakkan bayi di tempat yang aman.
3.
Ketikan akan memijat perhatikan tangan dan jari
pemijat, jangan sampai jari-jari tangan pemijat yang kasar menggores kulit bayi
yang lembut dan peka.
4.
Buka cincin dan gelang ketikan akan memijat bayi,
selain lebih nyaman juga tidak membahayakan.
5.
Pada saat akan mengoleskan minyak, teteskan minyak di
telapak tangan pemijat dulu baru kemudian dioleskan ke bayi.
Q. Waktu yang dianjurkan untuk Pijat Bayi
1. Dapat segera dimulai setelah bayi
dilahirkan
2. Dilakukan setiap hari sampai bayi berusia
6-7 bulan
R. Waktu Terbaik
- Pagi hari, saat orang tua dan anak siap memulai hari baru
- Malam hari, sebelum tidur, sangat baik untuk membantu bayi tidur lebih nyenyak.
S.
Persiapan
Sebelum Memijat
1.
Tangan
bersih dan hangat
2.
Potong kuku
& lepas perhiasan Anda
3.
Ruang untuk
memijat diupayakan hangat dan tidak pengap
4.
Bayi selesai
makan atau sedang tidak lapar
5.
Sediakan waktu 15 menit tanpa gangguan
6.
Duduklah dengan posisi yang nyaman
7.
Baringkan
bayi di atas permukaan kain yang rata, lembut dan bersih
8.
Siapkan
handuk, popok, baju ganti dan baby lotion
9.
Mintalah ijin pada bayi sebelum memijat dengan membelai
wajah dan kepala bayi sambil mengajaknya bicara
T.
Tindakan
yang disarankan selama pemijatan
1.
Memandang
mata bayi dengan kasih sayang
2.
bernyanyilah
atau putar lagu-lagu lembut
3.
awalilah
pemijatan dengan sentuhan ringan, kemudian secara bertahap tambahkan tekanan
4.
sebelum
pemijatan, lumurkan baby oil atau lotion
5.
sebaiknya
ppemijatan dimulai dari kaki
6.
tanggap pada
isyarat yang diberikan bayi
7.
mandikan
segera setelah pemijatan terakhir agar bayi merasa segar. Jika pemijatan
dilakukan malam hari, bayi diseka dengan air hangat
8.
hindarkan
mata bayi dari baby oil
U. Tindakan yang tidak dianjurkan
1.
Memijat bayi
langsung setelah makan
2.
Membangunkan bayi khusus untuk pemijatan
3.
Memijat bayi saat tidak sehat
4.
Memijat bayi saat tidak mau dipijat
5.
Memaksa
posisi pijat tertentu pada bayi
V. Cara Pemijatan Sesuai Usia Bayi
1.
0 – 1 bulan
disarankan gerakan yang lebih mendekati usapan-usapan halus. Sebelum tali pusat
lepassebaiknya tidak melakukan pemijatan di daerah perut
2.
1
- 3 bulan, disarankan gerakan halus disertai dengan tekanan ringan
dalam waktu yang singkat
3.
3 – 3 tahun,
disarankan seluruh gerakan dilakukan dengan tekanan dan waktu yang semakin
meningkat.
W.
Pijat Bayi Terapi
Multifungsi
Cara Memijat
MODEL I :
Ø Pemijatan kaki dengan cara
memegang pangkal paha bayi, lalu tangan digerakkan ke arah pergelangan kaki
seperti memerah susu. Atau dua tangan bergerak bersamaan, dan pangkal paha
dengan gerakan memeras, memijat, dan memutar kaki bayi secara lembut. Telapak
kaki diurut dengan kedua ibu jari. Atau membuat lingkaran-lingkaran kecil pada
telapak kaki. Jemari kaki dipijat satu persatu dengan gerakan memutar menjaui
telapak kai, dan diakhiri dengan tarikan lembut pada tiap ujung jari.
Ø Punggung kaki dirurt dengan
kedua ibu jari. Atau ibu jari membuat lingkaran-lingkaran kecil dari mata kaki
ke jari kaki. Selanjutnya kedua tangan membuat gerakan menggulung ke arah
pergelangan kaki. Akhirnya, kedua kaki bayi diraptkan, dan dengan alus kedua
kaki bayi diusap dari atas ke bawah.
Ø Untuk memijat perut, lakukan
gerakan pada perut bayi seperti mengayu pedal sepeda, dari atas ke bawa, dengan
telapak tangan kanan dan kiri secara bergantian. Selanjutnya, gerakan menekuk
kedua lutut bayi secara lembut hingga menekan ke perut bayi. Ada juga gerakan
membuat lingkaran-lingkaran serah jarum jam, gerakan ini membentuk uruf U, dll.
Ø Dada dipijat dengan telapak
tangan yang membuat gerakan dari tengah dada ke samping. Atau gerakan membentuk
gambar jantung dengan meletakkan ujung-ujung jari pada ulu hati.
Ø Cara lain, gearakan seperti
membuat gambar jantung kecil disekitar putting susu. Atau gerakan membuat
gambar jantung besar hingga ke tepi selangka,l lalu jari-jari tangan
diregangkan seola membuat gambar burung kecil.
Ø Pemijatan tangan dimulai
dari pundak, tangan kanan dan kiri Anda seperti bergerak memera susu. Atu kedua
tangan melakukan gerakan memeras, memijit, dan memutar secara lembut pada
lengan bayi.
Ø Pada telapak tangan, kedua
ibu jari membuat lingkaran-lingkaran kecil. Sementara keempat jari Anda memijat
bagian punggung tangan bayi. Jari bayi dipijat satu per satu ke ara ujung jari
dengan gerakan memutar. Gerakan ini diakiri dengan tarikan lembut pada tiap
ujung jari.
Ø Lengan bayi dipijat dengan
gerakan menggulung dari kedua telapak tangan Anda. Kemudian kedua lengan bayi
dirapatkan kebadannyandan diusap lembut.
Ø Pemijatan muka dimulai
dengan mengusap wajah bayi ke arah samping dengan kedua telapak tangan. Lalu
jemari menekan lembut ditengah dahi, dan membat gerakabn ke samping kiri dan
kanan. Buat lingkaran-lingkaran kecil dipelipis, juga ke daerah pipi di bawah
mata. Kedua ibu jari memijat alis mulai dari tengah ke samping. . Pemijatan
punggung dilakukan menggunakan kedua telapak. Atau, dengan gerakan mengusap,
membuat lingkaran-lingkaran kecil, gerakan menggark dengan tekanan lembut.
Ø Berikut ini contoh teknik
lain mengurut wajah bayi
1. Gerakan membedaki hidung,
Hidung bayi “dicolek” bedak dengan telunjuk
2. Gerakan menyetrika dahi.
Caranya, pelipis diusap dengan telapak tangan
3. Gerakan cicncin mata.
Membuat lingkaran di sekeliling mata dengan ujung jari.
4. Gerakan lingkar dipipi
dengan cara menggambar lingkaran di pipi, mula-mula besar kenudian makin kecil
5. Gerakan mencubit-cubit kulit
pipi.
6. Menempelkan telapak tangan
dipipi lalu digoyang-goyangkan
7. Gerakan bersiul, yaitu
dengan mengusahakan agar mulut bayi dimonyongkan. Selain untuk wajah, teknik
urut serupa juga bisa untuk persenjataan bagian kaki, tungkai dan lengan,
perut, dada, dan punggung. ;
MODEL II : Latihan Peregangan Dengan Teknik Pemijatan
Ø Tahap-tahap pemijatan untuk
bayi dalam buku “The Book of Message” oleh Lucindo Lidell, adalah contoh
latihan peregangan yang baik. Pertama-tama, minyaki tubuh bayi dari bahu ke
kaki, lalu secara perlahan lakukan gerakan-gerakan berikut ini ;
- Membuka dada dengan gerakan usap memutar dari dada ke arah luar.
- Usap pinggul dan bahu dengan menggerakkan kedua tangan Anda ke atas dan ke bawah dari panggul ke bahu bayi.
- Remas kedua lengan dari tangan ke bahu.
- Membuka dan membentangkan kedua tangan dengan menggerakkan tangan Anda pada telapak tangannya bersamaan dengan itu regangkan jari-jarinya.
- Usap perut, dari kanan ke kiri dalam gerakan kontinu.
- Usap perut, dan tungkai dari pusar ke lutut dengan lengan bawah Anda.
- Remas kedua tungkai dari paha ke tumit.
- Membuka dan membentangkan kaki dengan meremas telapal lali dengan ibu jari Anda dari pusat ke samping dan menekan telapak tangan Anda pada telapak kaki dari tumit ke jari-jari. Regangkan jari-jari kaki perlahan.
- Usap bagian belakang badan bayi dengan menggerakkan tangan Anda dari bagian belakang atas ke bawah, sambil meremas bokong.
- Hubungkan bagian belakang badan dan tungkai dengan menggerakkan tangan sepanjang bagian belakang ke tungkai dengan usapanyang kontinu.
- Usap sepanjang dahi, pipi dan sekitar mulut. Hindari mata dan jangan gunakan minyak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Antenatal Care
adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama kehamilannya yang
sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang sudah ditentukan (Depkes RI,
2001:3).
Dalam pelayanan ANC dikemukakan
beberapa tujuan antara lain :
1.
Memantau kondisi kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang bayi.
2.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
mental, sosial, ibu dan bayi.
3.
Menganalisa secara dini adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit
secara umum yaitu pembedahan dan kebidanan.
4.
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5.
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif.
6.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar tumbuh dan berkembang secara normal.
7.
Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, nifas dan aspek keluarga berencana.
8.
Menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal
perinatal (Sarwono, 2002:90, Manuaba, 1998:129).
Bayi adalah sosok tubuh kecil, mungil dan imut, oleh sebab
itu kita selalu ingin menyentuhnya, dan ingin mencintai dan menyayanginya.
Untuk mewujudkan rasa cinta dan sayang ini salah satunya dengan memberikan
perhatian. Perwujudan perhatian kita salah satunya dengan memberikan pijatan.
Karena dengan pemijatan ini dapat membantu bayi dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
Pijatan pada bayi akan lebih memberikan kesempatan kepada
ibu untuk mengenali bayinya, mengerti bahasa tubuh bayinya secara individual,
pijatan bayi inipun dapat membantu bayi untuk mengenal dan beradaptasi dengan
dunia luar yang serba baru dan asing baginya, dan juga lebih meningkatkan hubungan
batin antara ibu dan bayinya.
Pijatan pada bayi memberikan banyak manfaat, seperti hal di
atas, untuk itu para orang tua harus banyak mengetahui cara pemijatan bayi
dengan cara yang baik dan benar agar tidak memberikan suatu kesalahan. Begitu
pula dengan perawat, harus mengetahui teknik pemijatan bayiyang berguna untuk
penyuluhan bagi masyarakat awam yang balum paham akan pemijatan bayi selain itu
juga bermanfaat saat kita mempunyai seorang anak.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembuatan makalah
ini penulis mengharapkan terutama kepada pembaca khususnya mahasiswa Stikes Yarsi Mataram agar menambah wawasan
tentang konsep ANC dan Pijat Bayi
DAFTAR PUSTAKA
Ayah bunda no.23, tanggal 7-20 September 1996. memijat bayi
sentuhan kasih.
Ayah bunda no.3, tanggal 13-26 Pebruari 1996. cara tepat
pijat bayi.
Majalah
Cermin Kedokteran. Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Tahun 2003.
Roesti,
Utami. 2004. Bayi segat berkat Asi Ekskisif. PT. Elex Media Komputindo,
Keluarga Gramedia, Jakarta
Syafrida,
1996, Hubungan Pelayanan Antenatal Dengan Kematian Perinatal di Dati II Bogor
Tahun 1996-1997, Tesis Bidang Ilmu Kesehatan, Universitas Indonesia, Depok.
Wiknjosastro,
Hanifa, Prof. Dr, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga Cetakan Kedua, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992.
0 komentar:
Posting Komentar