BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR
BELAKANG
Manusia,
seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk mempertahankan homeostasis, yang
berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya bekerjasama untuk mengatur
suhu tubuh, keasaman darah, ketersediaan oksigen danvariabel lainnya. Mengingat
bahwa organisme hidup harus mengambil nutrisi danair, satu fungsi homeostatis
penting adalah eliminasi, atau kemampuan untuk mengeluarkan bahan kimia
dan cairan, sehingga dapat menjaga keseimbangan internal. Sistem kemih memainkan peran ekskretoris dan homeostatik penting. Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung
pada pemeliharaan kosentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di
lingkungan cairan internal.
Kelangsungan hidup sel juga
bergantung pada pengeluaran secara terus menerus
zat-zat sisa metabolism toksik dan dihasilkan oleh sel pada saat melakukan berbagai reaksi semi kelangsungan hidupnya. Traktus urinarius merupakan system yang terdiri dari organ-organ dan struktur-struktur yang menyalurkan urin dari ginjal ke luar tubuh. Ginjal
berperan penting mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi
banyak konstituen plasma, terutama elektrolit dan air dan dengan
mengeliminasi semuazat sisa metabolisme. Sistem urin
adalah bagian penting dari tubuh manusia yang terutama bertanggung jawab
untuk menyeimbangkan air dan elektrolit tertentu sepertikalium dan natrium,
membantu mengatur tekanan darah dan melepaskan produk limbah yang disebut
urea dari darah.
Sistem kemih
terdiri terutama pada ginjal, yang menyaring darah, sedangkan ureter, yang bergerak urin dari ginjal ke kandung kemih, kandung kemih,
yang menyimpan urin, dan saluran kencing, urin keluar melalui tubuh. Peran dari sistem urin dengan yang biasa bagi kebanyakan orang
adalah bahwa ekskresi; melalui air seni, manusia membebaskan diri dari air
tambahan dan bahan kimia dari aliran darah. Aspek penting lain dari sistem urin
adalah kemampuannya untuk membedakan antara senyawa dalam darah yang bermanfaat
untuk tubuh dan harus di jaga,
seperti gula, dan senyawa dalam darah yang beracun dan harus dihilangkan.
1.2. TUJUAN
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun yang menjadi
tujuan penulisan dari makalah ini ialah sebagai berikut :
1.2.1. Tujuan Umum
Dengan adanya makalah asuhan
keperawatan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami serta mampu menjelaskan
tentang konsep penyakit batu uretra serta asuhan keperawatan batu
uretra.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa
mampu mengetahui definisi dari batu uretra.
b. Agar mahasiswa
mampu memahami anatomi dari uretra.
c. Agar mahasiswa
mampu mengetahui etiologi serta patofisiologi dari batu uretra.
d. Agar mahasiswa
mampu mengidentifikasi manifestasi klinis dari batu uretra.
e. Agar mahasiswa mampu menjelaskan
tentang penatalaksanaan dari batu uretra.
f. Agar mahasiswa mampu menyebutkan komplikasi
dari batu uretra.
g. Agar mahasiswa mampu memahami serta
mampu melakukan pengkajian batu uretra.
h. Agar mahasiswa mampu memahami serta
mampu merumuskan diagnose keperawatan batu uretra.
i. Agar mahasiswa mampu memahami serta
mampu membuat intervensi batu uretra.
j. Agar mahasiswa mampu memahami serta
mampu melakukan evaluasi terhadap pasien batu uretra.
1.3. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai
mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta
upaya pencegahan penyakit Batu Uretra agar terciptanya kesehatan masyarakat yang
lebih baik.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang Batu Uretra
lebih dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit Batu
Uretra.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam
penanganan Batu Uretra sehingga
dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang baik.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah informasi tentang Batu Uretra serta dapat
meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ini.
BAB II
KERANGKA KONSEP
2.1. Laporan
Pendahuluan
2.1.1. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN (URETRA)
Sistem
perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih).
Gambar : Sistem Urinaria pada laki-laki dan Perempuan
Bagian-bagian
sistem perkemihan adalah :
1. Ginjal
Posisi
anatomi ginjal kiri lebih tinggi dari ginjal kanan, yang normalnya tepat pada
iga ke 12. Yang berfungsi sebagai pembentuk urine. Ukuran setiap ginjal orang
dewasa adalah panjang 10 cm; 5,5 cm pada sisi lebar ; dan 3 cm pada sisi sempit
dengan berat setiap ginjal berkisar 150 g. (Arif Muttaqin : 2008).
2. Ureter
Ureter
merupakan bagian dari saluran perkemihan yang berbentuk tabung kecil yang
berfungsi mengalirkan urine dari pilum ginjal ke dalam kandung kemih. Pada
orang dewasa, panjangnya kurang lebih 20 cm. (Arif Muttaqin : 2008)
2.
Kandung Kemih
Kandung
Kemih atau Vesika Urinaria berfungsi menampung urine dari ureter dan
kemudiannya mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih).
(Arif Muttaqin : 2008)
4. Uretra
a). Definisi
Uretra merupakan saluran yang
membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat
beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki
panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan
dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 4 cm
dan diameter lubangnya adalah 6 mm. Selain itu, pria memiliki dua otot
sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan
bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa,
bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa
(distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter). (Anatomi dan
Fisiologi, Sylvia Verralls : 1997).
Gambar : Uretra pada Laki-laki
Gambar :
Uretra pada perempuan
Pada pria,
uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa
dan pars spongiosa yaitu :
1. Pars
pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek
superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter
urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini
disuplai oleh persarafan simpatis.
2. Pars
prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat.
Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
3. Pars
membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian
ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma
urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae
eksternal yang berada di bawah kendali volunter (somatis).
4. Pars
spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars
membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh
korpus spongiosum di bagian luarnya.
b). Struktur
Makroskopis Uretra
Gambar : Struktur Makroskopis Uretra
1. Meatus Internus : terletak pada perbatasan
antara uretra dan vesika urinaria.
2. Meatus
Externus : ostium uretra yang bermuara ke dalam vestibulum. Meatus Externus ini
terletak kira-kira 2,5 cm di bawah klitoris.
3. Kripta Uretra : merupakan salauran buntu yang
merupakan lubang dari dinding uretra.
4. Duktus Skene
: merupakan saluran yang paling bawah yang bermuara pada vestibulum.
c). Fungsi Uretra
1. Uretra
berfungsi sebagai saluran yang dilalui oleh urine untuk di keluarkan dari
tubuh.
2. Saluran
uretra juga penting dalam proses ejakulasi semen dari saluran reproduksi pria.
2.1.2. Definisi Penyakit Batu Uretra
Batu Uretra adalah batu yang
terdapat disaluran uretra, umumnya merupakan batu sekunder karena tidak
terbentuk di uretra. Batu berasal dari saluran proksimal uretra, baik vesika
urinaria, ureter maupun ginjal yang kemudian turun sampai ke uretra. Batu
primer jarang terbentuk di uretra, kecuali terdapat divertikula di uretra.
2.1.3. Etiologi
1. Infeksi :
disebabkan karena kelainan-kelainan pada kelenjar prostat.
2. Trauma
internal atau external pada uretra.
3. Kelainan
bawaan.
2.1.4. Gejala
Biasanya
pasien datang dengan keluhan sulit kencing atau tidak dapat kencing
sama sekali yang mendadak (retensi urin, bedakan dengan retensi urin
karena BPH). Hal ini diakibatkan karena tersumbatnya saluran uretra. (Nursalam
: 2011)
2.1.5. Patofisiologi
Lesi pada epitel uretra atau putusnya jaringaan / kontinuitas, baik oleh
proses infeksi maupun akibat trauma akan menimbulkan terjadinya
reaksi peradangan. Iritasi dari urine pada uretra akan mengundang reaksi
fibroblastik yang berkelanjutan dan proses fibrosis semakin menghebat sehingga
terjadilah penyempitan bahkan penyumbatan dari lumen uretra serta aliran urine
mengalami hambatan dengan segala akibatnya. (Nursalam : 2011).
2.1.6. Penatalaksanaan
Batu uretra harus dilakukan operasi segera agar tidak terjadi
retensi urin terlalu lama sehingga tidak menimbulkan penurunan fungsi ginjal. Untuk
batu yang terdapat diujung uretra bisa dilakukan dengan meatotomi. Dan untuk
batu primer yang terbentuk karena terdapat divertikel, sebaknya dilakukan
diverkulectomi untuk menghindari batu residif.
2.2. KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN PERKEMIHAN BATU URETRA
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian adalah
pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental,
social, dan lingkungan.
a. Data
Biografi
1.
Identitas
pasien.
Identitas
pasien meliputi:
·
Nama pasien
·
Umur : paling
sering terjadi pada usia antara 30-60 tahun.
·
Jenis kelamin : menyerang
laki-laki tiga kali lebih sering daripada wanita.
·
Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai
pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik
(sedentary life).
·
Agama
·
Suku / bangsa
·
Alamat
·
Tanggal MRS
·
Diagnosa Medis : batu
uretra.
2.
Identitas
Penanggung Jawab
Identitas
penanggung jawab meliputi Nama, Umur, Jenis kelamin, alamat
dan hubungan dengan pasien.
b. Riwayat
Penyakit
1. Keluhan Utama : sulit
kencing atau tidak dapat kencing sama sekali yang mendadak (retensi
urine). Keluhan lainnya biasanya
adalah berhubungan dengan gejala iritasi dan infeksi seperti penis yang
membengkak.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan tentang factor yang melatar belakangi atau hal-hal yang
mempengaruhi atau mendahului keluhan, bagaimana sifat terjadinya, bagaimana
gejalanya (mendadak, perlahan-lahan, terus-menerus, berupa serangan, hilang
timbul, atau berhubungan dengan waktu), lokasi terjadinya gejala dan sifatnya
(menjalar, menyebar, berpindah-pindah atau menetap), berat ringannya keluhan
dan perkembangannya (apakah menetap, cenderung bertambah atau berkurang),
lamanya keluhan berlangsung, kapan dimulainya, dan upaya apa yang telah
dilakukan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang :
· Riwayat pemakaian obat : apa jenisnya, berapa
dosisnya, berapa dosis terakhirnya, dan bagaimana cara pemakaiannya.
· Riwayat atau pengalaman masa lalu tentang
kesehatan atau penyakit yang pernah di alami, riwayat masuk rumah sakit, atau
riwayat kecelakaan.
4. Riwayat Penyakit
Keluarga
Tanyakan
tentang riwayat kesehatan atau keperawatan yang dimiliki oleh salah satu
anggota keluarga, apakah ada penyakit seperti yang dialami pasien, apakah
mempunyai penyakit keturunan.
5. Riwayat Penyakit Lingkungan
Tanyakan
tentang keadaan lingkungan di rumah. Apakah rumah yang di tempati cukup memadai
dalam segi kesehatan (ventilasi yang cukup, kondisi kamar tidur, apakah ada
tempat pembuangan kotoran atau sampah).
c. Kebutuhan Bio – Psiko – Sosial –
Spiritual
1)
Pernafasan
:
Biasanya
tidak terjadi gangguan pernafasan, karena batu uretra terdapat di uretra yang termasuk
dalam system perkemihan, tidak melewati atau memasuki saluran peernafasan.
2)
Kebutuhan
nutrisi
·
Mengalami anoreksia
·
Mual-muntah
3)
Kebutuhan
eliminasi
·
Mengalami retensi urin
4)
Kebutuhan
istirahat tidur
·
Pasien
biasanya
sulit tidur
5)
Kebutuhan
aktifitas latihan
·
Aktivitas terganggu karena nyeri
6)
Kebutuhan aman
nyaman
·
Adanya ketidaknyamanan (nyeri akut),
nyeri saat miksi
·
Pengkajian PQRST yang biasanya
dirasakan klien dengan batu uretera:
P : Nyeri terasa
di daerah punggung, pinggang bahkan uretera.
Q : Nyeri
seperti di tusuk-tusuk
R : Nyeri
akut, hilang timbul
S : Nyeri skala
4-5
T : nyeri
bertambah saat beraktifitas, secara tiba-tiba saat miksi
7)
Kebutuhan
seksual dan reproduksi
· Adanya
gangguan karena adanya penyebaran nyeri ke area paha dan genitalia.
8)
Kebutuhan
psikologi
·
Ansietas karenakurang informasi.
9)
Integritas ego
·
Mengalami stress baik emosional
maupun fisik
10)
Kebutuhan social
·
Hubungan pasien dengan keluarga, tetangga, tim medis, dan juga
dengan pasien lain
11)
Kebutuhan
spiritual
·
Rutinitas dalam beribadah, kebutuhan akan rohaniawan.
d.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dengan palpasi
pada penis di dapatkan adanya suatu kelainan akibat fibrosis di uretra atau
terbentuknya suatu fistula.
1)
Keadaan umum
: lemah
·
Kesadaran : compos mentis
·
Ekspresi wajah : wajah
tampak meringis.
2)
Pemeriksaan
tanda-tanda vital
· Suhu
: suhu tubuh subnormal (hipertermi)
· Nadi
: frekuensi nadi subnormal (takikardi)
· RR
: Frekuensi pernapasan normal
· TD
: peningkatan TD (hipertensi)
3)
Head to toes
·
Leher : bentuk
normal.
·
Kepala : struktur wajah simetris
dan tidak ada pembengkakan.
·
Mata : visus
normal, tidak ada gangguan pada konjungtiva, sklera, kornea, dan pupil.
·
Telinga : tidak
ada gangguan pendengaran
·
Hidung : tidak ada polip
·
Mulut : radang pada bibir, gusi, lidah
akibat dehidrasi yang dialami.
· Dada : Bentuk dada simetris,
denyut jantung meningkat, tidak peningkatan frekuensi pernapasan.
·
Abdomen : Nyeri abdomen
menjalar ke punggung dan pinggang
·
Pemeriksaan anggota gerak (ekstermitas)
Ø Ekstremitas
atas : tidak ada gangguan pada ekstremitas atas
Ø Ekstremitas
bawah : sulit
berjalan karena nyeri yang menyebar ke paha dan genitalia.
e. Pengkajian Diagnostik (Nursalam : 2011)
1).
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan
untuk pelengkap pelaksanaan pembedahan dan untuk mengetahui adanya tanda-tanda
infeksi melalui pemeriksaan urinalisis dan kultur urine.
2). Uroflowmetri
Pemeriksaan untuk menentukan
kecepatan pancaran urine.
3). Radiologi
Diagnosis pasti dibuat dengan
uretrografi sehingga dapat melihat letak penyempitan dan besarnya
penyempitan uretra.
f. Pengkajian
Penatalaksanaan medis
Tidak ada terapi medis untuk
mengobati penyakit ini, tetapi untuk mengatasi masalah ini dengan cara
pembedahan seperti :
a. Pelebaran uletra baik secara
uretrotomi internal atau pemasangan sten uretra.
b. Bedah rekonstruksi.
h. Pengelompokkan Data
Data
Subjektif
|
Data
Objektif
|
-
Klien mengeluh sulit kencing.
-
Klien mengeluh penisnya membengkak.
-
P : Nyeri terasa di daerah punggung,
pinggang bahkan uretra.
-
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
-
R : Nyeri akut, hilang timbul
-
S : Nyeri skala 4-5
-
T : Nyeri bertambah saat beraktifitas, secara
tiba-tiba saat miksi
-
Klien mengeluh gelisah tentang penyakitnya.
-
Klien mengeluh cemas
-
Klien mengeluh sulit BAK
|
- Klien
tampak meringis kesakitan.
-
Klien tampak lemas.
-
Bingung dengan kondisinya.
-
Ketidakmampuan berkonsetrasi
- Tidak ada urine keluar sama sekali.
|
g. Analisa Data
No.
|
Symptom
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
2.
3.
|
DS : - Klien
mengeluh sulit kencing.
- Klien
mengeluh penisnya membengkak.
- P : Nyeri
terasa di daerah punggung, pinggang bahkan uretra.
- Q : Nyeri
seperti di tusuk-tusuk
- R: Nyeri
akut, hilang timbul
- S : Nyeri skala 4-5
-
T : Nyeri bertambah saat beraktifitas, secara
tiba-tiba saat miksi
DO : - Klien
tampak meringis kesakitan.
- Klien tampak lemas.
DS :
- Klien mengeluh gelisah tentang
penyakitnya.
-
Klien mengeluh cemas
DO : -
Bingung dengan kondisinya.
- Ketidakmampuan
`berkonsetrasi
DS : -
Klien mengeluh sulit BAK
DO : -
Tidak ada urine keluar sama sekali.
|
Uretra terhambat
Akumulasi urine
Efek
mengejan pada saat miksi sekunder
Batu uretra
Obstruksi urine
Tindakan pembedahan
Batu Uretra
Obstruksi
Respon Obstruksi
Retensi Urine
|
Nyeri
Ansietas
Gangguan eliminasi
urine.
|
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan efek
mengejan pada saat miksi sekunder dan nyeri paska bedah.
2. Ansietas berhubungan dengan tindakan
pembedahan.
3. Gangguan eliminasi berhubungan
dengan retensi urine.
2.2.3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan efek
mengejan pada saat miksi sekunder dan nyeri paska bedah.
Tujuan : nyeri berkurang/hilang
atau beradaptasi
Kriteria hasil : - Secara subyektif melaporkan nyeri berkurang
atau dapat diadaptasi.
- Skala nyeri 0-1 (0-4)
- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
- Pasien tidak gelisah
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 – 10).
|
Berguna dalam
pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan.
|
Jelaskan
dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri non-farmakologi dan non-invasif.
|
Pendekatan
dengan menggunakan relaksasi dan non-farmakologi lainnya telah menunjukkan
keefektifan dalam mengurangi nyeri.
|
Lakukan manajemen nyeri:
·
Istirahatkan pasien pada
saat nyeri muncul
·
Ajarkan teknik relaksasi
napas dalam saat nyeri muncul.
·
Ajarkan teknik distraksi
pada saat nyeri.
|
Manajemen nyeri:
·
Istirahat secara fisiologis
dapat menurunkan kebutuhan oksigen.
·
Meningkatkan intake oksigen
sehingga akan menurunkan nyeri sekunder.
·
Distraksi (pengalihan
perhatian) dapat menurunkan stimulus internal.
|
Tingkatkan
pengetahuan pasien tentang penyebab nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri akan
berlangsung.
|
Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengembangkan kepatuhan pasien terhadap
nyeri terapeutik
|
2. Ansietas
berhubungan dengan tindakan pembedahan.
Tujuan : Mendemonstrasikan
koping yang positif dan mengungkapkan penurunan kecemasan
Kriteria hasil : - menunjukkan rileks dan melaporkan penurunan
ansietas sampai tingkat yang dapat ditangani.
-
Menyatakan kesadaran perasaan
ansietas dan cara sehat menerimanya.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji tingkat
kecemasan
|
Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh klien
sehingga memudahkan dlam tindakan selanjutnya
|
Berikan
dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan dengarkan semua
keluhannya.
|
Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa aman dalam
segala hal tundakan yang diberikan
|
Jelaskan semua prosedur dan pengobatan
|
Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau bekejasama
dalam perawatannya.
|
Berikan dorongan spiritual
|
Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan
penyakitnya, masih ada yang berkuasa menyembuhkannya yaitu Tuhan Yang Maha
Esa.
|
3.
3.
Ga
3. Gangguan eliminasi berhubungan
dengan retensi urine.
Tujuan : Dalam waktu
5x24 jam pola eliminasi optimal sesuai kondisi klien.
Kriteria
hasil : - Eliminasi
urine tanpa ada keluhan subjektif seperti nyeri.
- Eliminasi
urine tanpa menggunakan kateter.
- Paska bedah
tanpa komplikasi.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji pola perkemihan dan catat
produksi urine tiap 6 jam.
|
Mengetahui
pengaruh iritasi kandung kemih dengan frekuensi miksi.
|
Monitor adanya keluhan subjektif
pada saat melakukan eliminasi urine.
|
Parameter
penting dalam mengevaluasi intervensi yang telah dilaksanakan.
|
Kolaborasi
:
1. Pelebaran
uretra, baik secara uretromi internal atau pemasangan sten uretra.
2. Bedah
rekonstruksi.
|
Intervensi
bedah dilakukan untuk mengatasi masalah gangguan eliminasi urine. Pemilihan
jenis pembedahan dilakukan sesuai derajat penyempitan dan tingkat tolerasi
individu.
|
Evaluasi paska intervensi
pelebaran uretra.
|
Kekambuhan
batu uretra dari intervensi pelebaran uretra adalah komplikasi yang paling
umum. Meskipun jarang intervensi untuk melebarkan uretra dapat menyebabkan
trauma uretra, kondisi ini termasuk instrumen yang dimasukkan melalui
uretolium ke dalam korpus spongiosum. Resiko ini dapat diminimalisasi dengan
teknik hati-hati dan pilihan pelebaran yang tepat untuk pasien.
|
2.2.4. Evaluasi
1. Penurunan skala nyeri.
2. Penurunan tingkat kecemasan.
3. Gangguan pemenuhan eliminasi
urine teratasi.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Sistem
perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih).
Antomi
system perkemihan terdiri dari :
1. Ginjal
2. Ureter
3. Kandung
kemih
4. Uretra
Uretra
merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju
lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita.
Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai
organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada
wanita panjangnya sekitar 4 cm dan diameter lubangnya adalah 6 mm. Selain itu,
pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan
dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra
pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki
m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).
Batu Uretra adalah batu yang
terdapat disaluran uretra, umumnya merupakan batu sekunder karena tidak
terbentuk di uretra. Batu berasal dari saluran proksimal uretra, baik vesika
urinaria, ureter maupun ginjal yang kemudian turun sampai ke uretra. Batu
primer jarang terbentuk di uretra, kecuali terdapat divertikula di
uretra.
3.2. SARAN
1.
Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini
diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan
mengenai penyebab serta upaya pencegahan penyakit Batu Uretra agar terciptanya
kesehatan masyarakat yang lebih baik.
2.
Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat
mengetahui tentang Batu Uretra lebih dalam sehingga dapat mencegah serta
mengantisipasi diri dari penyakit Batu Uretra.
3.
Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan
dan informasi dalam penanganan Batu Uretra sehingga dapat meningkatkan
pelayanan keperawatan yang baik.
4.
Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah informasi tentang
Batu Uretra serta dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ini.
1 komentar:
boleh tau sumbernya dari mana?
butuh buat tugas
Posting Komentar